[🌖] 1O. - Kagum

109 26 11
                                    

ㅡ Almost, hampir yang tak akan pernah terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅡ Almost, hampir yang tak akan pernah terjadi. ㅡ

Sudah beberapa menit sejak Mitsuki menarik tangannya untuk kembali masuk ke apartment-nya, membujuk gadis itu agar mengisi perutnya dengan beberapa suapan makan, karena Sumire telah menengguk tablet obat tersebut.

"Nee, Sumire, kenapa lelaki itu membunuh temannya?"

Sumire mendesah malas, hingga karbondioksida hangat itu menggerakan poninya. "Tadi, 'kan, sudah dijelaskan di awal."

"Tapi apa maksudnya? Aku tidak memahami artinya."

"Ya sudah, kau tonton saja, nanti juga mengerti."

"Tapi--"

"Nikmati saja, jangan terus bertanya, nanti kau semakin tidak paham."

Bibir pucat itu menutup, matanya kembali fokus pada benda persegi panjang yang tidak terlalu lebar di depannya.

Setelah mengetahui Sumire meminum tablet obat penurun panas, Mitsuki kembali membujuk gadis violet itu untuk segera melahap makanan dan mengabaikan seleranya yang sedang turun.

Namun kini, Mitsuki malah menaruh seluruh berat badannya pada sofa empuk, dan menemani Sumire menonton sebuah film yang menurutnya sangat membingungkan, karena gadis itu beralasan ingin mencari hiburan sebelum memakan sesuatu.

Mulutnya kembali menyesap cairan coklat pada sebuah mug keramik yang sempat Sumire buatkan untuk menemani acara nonton mereka, jemari panjangnya juga mengambil sebutir popcorn dan mengunyahnya pelan.

Ia benar-benar tidak mengerti dengan alur perjalanan film yang matanya sedang tonton sekarang, entah karena Mitsuki yang memang tidak berniat untuk menonton, atau memang jalan ceritanya berjalan dengan sangat cepat. Ia tak berhenti menanya pada Sumire tentang hal-hal yang membuatnya bingung pada tontonannya ini, tak berhenti juga Sumire terganggu dan menyuruh lelaki itu diam.

"Eh, kenapa pembunuh itu tiba-tiba menikah? Dia tak dipenjara?"

Sumire hanya diam, menganggap pertanyaan itu sebagai angin lewat, lebih memilih merekatkan selimut hitam itu ke tubuh hangatnya.

Tangan pucat Mitsuki menarik-narik selimut hitam itu, menganggu Sumire agar ia kunjung menjawab. "Sumiree, kenapa?"

"Aku pun tidak tahu, Mitsuki."

Dorr!

"Ah!" Sumire menutupi matanya dengan selimut. Sang tokoh pembunuh dalam film itu kembali membunuh orang dengan menarik pelatuk pistol, darah mulai berceceran di lantai acara pernikahannya, juga tubuh manusia yang sudah tak bernyawa.

Almost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang