ㅡ Almost, hampir yang tak akan pernah terjadi. ㅡ
Sumire berlari kecil menuju meja makan kecilnya yang sempat ia duduki tadi. Meraih cepat gulungan kecil yang masih tertutup rapat, memasukannya kembali ke dalam saku lebarnya. Tentu saja ia harus menyembunyikan benda itu dari penglihatan Mitsuki.
Kembali ia berjalan ke pintu berdaun satu itu, sedikit menarik nafas. "Lagi pula, dia kenapa kemari?"
Ia mengapit dagu lancipnya, mengetuk pelan, berpikir sebentar, mengabaikan Mitsuki di luar. "Dia ... khawatir padaku?"
Dengan cepat, kedua telapak tangan itu menepuk wajahnya, menggeleng cepat hingga poni ungu itu berantakan. "Tidak-tidak! Apa yang kaupikirkan?!"
"Sumire, kau di sana?" Mitsuki kembali memanggilnya dalam balik pintu yang ada di hadapan Sumire, sepertinya ia sudah sedikit bosan, padahal baru beberapa detik, mungkin satu menit?
"Iya, tunggu sebentar!"
Tangannya membuka pengait yang merekatkan pintu itu, hingga tak lagi terkunci dan terbuka, menunjukan lelaki bulan itu.
"Mitsuki-san, ada apa? Kenapa ke rumahku?" tanyanya langsung, ketika irisnya menangkap Mitsuki.
Tangan pucat itu terangkat menunjukan sebuah paper bag yang ia genggam, tersenyum hangat. "Menjengukmu."
"Aku tidak apa-apa, lagi pula demamku sudah membaik."
Bibir itu melepaskan senyuman hangat itu pergi. "Kau mengusirku?"
"B-bukan begitu." Sumire menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Baiklah, ayo masuk."
Wajah Mitsuki kembali girang, tubuh tegap itu berjalan mengikuti Sumire ke dalam apartment cantiknya. Melepaskan pembungkus kakinya, baru melenggang masuk ke dalam rumah Sumire.
Mata kuning mengkilap itu memperhatikan ruang televisi yang bergabung dengan dapur, sangat rapih tetapi dingin, sepertinya gadis itu lupa untuk menyalakan penghangat ruangan.
"Sumire, kau tidak kedinginan? Apartment-mu tidak ada alat untuk menghangatkan ruangan?"
Gadis itu terdiam, merekatkan bibirnya rapat, kemudian menyengir dengan sedikit rasa malu. "Aku lupa."
Sumire berjalan ke sudut ruangan, di mana alat itu bertengger, menekan beberapa tombol hingga benda itu mulai mengeluarkan aura hangat.
Mitsuki sudah duduk di kursi pasangan dari meja makan minimalis yang terdapat di atasnya sebuah gulungan yang terbuka. "Kau sedang mempelajari tembakan ini untuk esok, ya?"
"Seperti yang kau lihat, tapi aku belum menyelesaikannya," ujarnya. "Kau ingin minum apa?"
"Aku tidak minum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost
Fanfiction[Boruto, N. Next Gen] [TrueFanficIndo March'21 Reading List] Ini tentang hampir yang tak pernah jadi, juga rasa yang sama. Namun, tak pernah terungkap. Rahasia dan keraguan, hingga waktu telah terlambat, mereka tak bisa bersama lagi. "Tapi ... kenap...