[🌖] 11. - Kiri dan Konoha

93 19 30
                                    

ㅡ Almost, hampir yang tak akan pernah terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅡ Almost, hampir yang tak akan pernah terjadi. ㅡ

"Kau benar-benar harus istirahat selepas ini," peringatnya, "jangan berbohong lagi, Sumire."

"Iya-iya."

Kini Mitsuki kembali berdiri pada depan pintu apartment Sumire, hendak pulang karena hari semakin gelap. Tidak baik lelaki itu berlama-lama di sini, apalagi hanya berdua dengan Sumire. Walaupun ia tahu Mitsuki adalah laki-laki polos.

"Kau berkata iya, tapi masih saja berbohong padaku."

Tangan kanannya menyentuh leher belakangnya, menyengir canggung. "M-maaf."

Mitsuki mengangkat kedua lengannya, membuka sebuah ruang berhadapan dengan dada bidangnya, menatap Sumire lekat.

Iris ungunya melebar, sedikit tersentak mendapati lelaki itu memasang ancang-ancang memeluk. "A-apa?"

"Memberi pelukan, cepat ke sini."

"U-untuk a-apa?"

"Sebagai teman," ucapnya.

"H-hah?"

"Aduh, kau lamban!" Jemarinya menarik pelan Sumire hingga pipi lucunya menempel pada pundak tegap Mitsuki, matanya berhadapan dengan leher pucatnya yang terdapat wewangian maskulin menempel erat.

"Tsuki ...." Kelopak seputih susu itu tertutup rapat, wajahnya panas dengan semburat merah yang mewarnai pipinya.

Kenapa Mitsuki suka sekali melakukan hal manis yang membuat gadis itu malu, padahal, mereka hanya teman. Apa perasaannya sudah terbalas?

Tangan pucat kekar itu mendekap punggung kecil Sumire, merekatkan kedua insan itu, dan mengusap surai violet kesukaannya.

Hidungnya menghirup aroma lavender yang menguar dari gadis itu, terasa memabukan hingga membuat candu. "Aku menyukainya."

"M-menyukai apa?"

Kepala bersurai biru muda itu menggeleng. "Tidak jadi."

"Sumire," panggilnya pelan. "Kita akan menjadi teman baik yang selalu berpelukan ketika salah satu merasa tidak baik-baik saja."

"H-hah, selalu berpelukan?" Darah dalam tubuhnya berdesir hingga jantungnya terasa ingin lepas saat ini juga. "M-mana ada teman baik macam itu."

"Ada, kita! Aku tidak menerima penolakan, karena aku ingin melakukan ini bersamamu."

"Ey, m-mana bisa begitu," sergahnya. "M-memangnya kau pernah memeluk seorang t-teman dengan waktu sesering itu?"

Almost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang