01

360 8 17
                                    

Hamparan salju putih menutupi seluruh jalanan. Orang-orang berlalu lalang hilir mudik dengan memakai setelan musim dingin. Lampu-lampu menyinari jalanan yang mulai gelap.

Di sebuah taman tak jauh dari jalan utama, seorang pemuda yang memiliki tubuh tidak terlalu tinggi duduk seorang diri di bangku taman di bawah pohon. Sesekali matanya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya seolah sedang menunggu sesuatu.

Sang pemuda berdiri tatkala netranya melihat seorang pemuda lain berlari ke arahnya. Pemuda itu tampak manis dengan setelan musim dingin merah jambu yang dikenakannya. Dia berhenti di depan pemuda yang yang sedikit lebih tinggi darinya dan keduanya berhadapan.

“Maaf Ryo, aku terlambat.”

“Tidak apa-apa, Yuri.”

Pemuda bernama Yamada Ryosuke mengajak pemuda lain yang diketahui bernama Chinen Yuri untuk duduk di bangku yang sempat dipakainya. Saat ini keduanya saling duduk bersebelahan dan satu tangan Yamada melingkari bahu Chinen.

“Aku rindu.”

“…..”

Alis Yamada terangkat saat tidak mendapati respon dari eksistensi di sampingnya. “Yuri daijoubu?” Perasaan Yamada mulai tidak enak saat melihat Chinen menunduk menyembunyikan wajahnya.

“R-Ryo. . .” Chinen mencicit.

“Iya?”

Situasi seperti ini tidak pernah terjadi selama lebih dari sepuluh tahun mereka menjadi sepasang kekasih. Chinen Yuri yang diketahui Yamada adalah pemuda yang enerjik dan ceria. Tapi hari ini Chinen tampak murung.

“Ayo putus.”

Butuh beberapa detik untuk Yamada dapat mencerna dua kata yang terucap dari bibir kekasihnya. Apa katanya tadi? Putus? Setelah sepuluh tahun bersama? Cih! Yang benar saja!

“Tidak!”

“Tapi aku ingin!” Chinen mengangkat kepalanya menatap Yamada penuh keseriusan. “Aku ingin putus!”

“Katakan!” tangan Yamada mencengkram kedua bahu mungil Chinen. “Katakan alasannya! Kamu ingin kita putus karena apa? kamu sudah bosan? Aku terlalu cuek? Atau kamu punya yang lain? Jawab Yuri!”

Hiks… maaf….”

“Chinen Yuri!” Yamada kembali membentak.

Sejujurnya dia tidak pernah mengharapkan hubungannya dengan Chinen berakhir, itu mimpi buruk!

“Kita harus berpisah.”

Tangan Chinen melepas kedua tangan Yamada yang mencengkram bahunya. Pemuda chibi itu berdiri dan membungkuk. “Maaf.” Dan berlari meninggalkan Yamada seorang diri menatap tidak percaya kepergian kekasihnya.

Atau sekarang disebut mantan?

“Yuri. . .” Gumam Yamada dengan tetasan air mata sambil menggenggam sebuah kotak cincin di dalam saku mantelnya.





#





Dalam sebuah kamar yang hanya diterangi bias sinar rembulan yang mengintip dari celah jendela, sepasang anak adam baru saja memadu kasih. Masing-masing tubuh mereka dibasahi peluh. Ruangan itu dipenuhi suara nafas yang memburu.

Keduanya saling berpelukan dibalik selimut. Yang lebih muda meringkuk dalam rengkuran pria yang lebih tua menghirup aroma ocean deep yang candu baginya. Pun dengan yang lebih tua. Sebelah tangannya mengelus surai beige blonde pemuda dalam pelukannya dengan penuh sayang. Sesekali yang lebih tua juga mengecup pucuk kepala yang lebih muda, memberikan afeksi sebuah rasa yang terbalas.

Hachibee. . .” Yang lebih tua memanggil. “Aku mohon setelah ini berjanjilah padaku, tolong tetaplah mencintaiku.”

“Tapi aku. . .”

“Tolong Hachibee.”

Yang lebih muda merasakan tetes air mulai membasai kepalanya dan pelukan pria di depannya mengerat.

“Besok aku harus pergi. Aku tidak bisa berada di sisimu untuk waktu yang lama. Jadi kumohon, kumohon Hachibee, tolong tetaplah mencintaiku meski aku tidak disampingmu.”

“Aku tidak mau,” Kepala yang lebih muda menggeleng. “Aku ingin bersamamu.” Dan yang lebih muda juga ikut menangis bersama yang lebih tua.

“Kau mencintaiku kan, Hachibee?” yang lebih tua dapat merasakan pria dalam dekapannya mengangguk. “Kalau kau mencintaiku tolong tunggu aku kembali.”

“Bawa aku.”

Hachibee,” yang lebih tua mengusap jejak air mata yang lebih muda dengan ibu jarinya. Pandangan lembut dan penuh cinta ditujukan untuk pria yang menyandang stasus sebagai tunangannya itu. “Ingat apa yang pernah aku katakana padamu?”

Yang lebih tua melihat lawan bicaranya mengangguk. Sebuah kurva terbentuk saat mengetahui bahwa pria itu masih ingat sesuatu yang dulu pernah menjadi janji mereka.

“Terimakasih Hachibee, terimakasih.”

Keduanya saling berpelukan dan menangis. Mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhir mereka. Berat memang, tapi tidak ada plihan lain. Mereka harus berjauhan untuk sebuah masa depan yang mereka rencanakan.

Malam itu empat pasang mata menangis bersama.






























=TBC=





















Pojok curcol:

Yaaayyyy.. Hima kambek.. muach.. muach.. muach.. 😘😘

Sebenernya ff ini akan publish pas ultah Yabu kemaren tapi hari itu Hima kena musibah dan harus diundur.. sedih.. 🥺🥺🤧🤧

ff kali ini pairnya bukan YabuHika aja tapi semua pair yg ada di Hey!Bilang!LOMPAT, YabuNoo, TakaDai, TakaNoo, AriYama, YutoYama, YutoKeto, YamaChii, dll.. mungkin bakal panjang juga..

Eitss.. semua pair ada bukan berarti semua romance loch yaa.. ada friendship, siblings, atau hanya sebatas momen kedekatan biasa.. kalo dibikin romance semua kasihan yg statusnya ngga jelas seme or ukenya.. ehe.. 👉👈

Oh ya, ff ini akan update tiap hari selasa (kalo ngga ada halangan), dicatat ya harinya, dan chap 2 akan up nanti malam..

Otanoshimi.. 😘😘

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang