14

59 6 0
                                    

Setelah mengetahui Takaki sedang berusaha dekat dengan seseorang setidaknya membuat Inoo cemburu. Belum selesai masalahnya dengan Yaotome, kekasihnya itu kembali melirik pria lain.

Kekasih? Bisa dikatakan begitu, mengingat tidak ada kata putus diantara keduanya.

Inoo tertawa miris. Saat ini ia sedang dalam perjalanan ke rumah Takaki untuk mengambil berkas. Pria cantik itu mentertawakan hidupnya. Bukankah ini seperti karma? Dulu dirinya memutuskan hubungan dengan kekasihnya demi Takaki, hanya karena Takaki lebih mapan. Kekasihnya seorang dokter dan dia memutuskan hubungan mereka di depan banyak dokter dan perawat juga pasien.

Sekarang dia tahu secuilpun Takaki tidak mencintainya. Kalimat yang diucapkan Takaki malam itu terus terngiang di pikirannya. ‘Yang kau inginkan dariku adalah uang yang kupunya. Kau tidak memberikan cintamu seperti Dai-chan. Anggap saja kita saling menguntungkan. Kau mendapat uangku dan aku mendapat tubuhmu.’

Takaki memang tidak memecatnya atau meminta putus, tapi hubungan mereka menjadi renggang. Mereka hanya sebatas atasan dan sekretaris. Inoo juga tidak pernah masuk ruangan Takaki kecuali jika perlu. Semua terasa berbeda.

Yang mengagetkan ternyata Takaki sedang memcoba mendekati Yabu. Astaga, demi Tuhan! Dari sekian banyak orang kenapa harus Yabu?

Tanpa terasa mobil yang dikendarai Inoo sampai di kediaman Takaki. Dia turun dari mobil dengan anggun dan menyapa butler di sana. Sekarang Inoo tidak membutuhkan izin dari Arioka. Kekasih sah Takaki itu mengizinkannya datang kapanpun dia mau.

Inoo merasa sangat malu. Dulu dia mentertawakan Arioka karena Takaki lebih memilihnya. Tapi semua itu berbalik pada dirinya. Arioka malah tidak menghinanya, pemuda itu justru menghiburnya dan menguatkannya, mengatakan semua kebusukan Takaki tanpa ada yang ditutupi.

Saat melewati kamar Nakajima telinganya seperti mendengar suara orang menangis. Diliputi rasa penasaran pemuda itu menghampiri kamar adik Takaki. Pintunya tidak terkunci dan sedikit terbuka.

Chinen duduk di atas bed dengan menekuk lututnya. Wajahnya tertutup poni dan suara isakannya terdengar dari luar. Inoo yang merasa asing dengan pemuda itu masuk ke kamar Nakajima dan mengambil duduk di depannya.

“Hey. . .”

Tidak ada jawaban. Inoo menghela nafas, melihat kondisinya, ia jadi teringat Yaotome. Takaki memaksanya untuk tidur bersama. Apa mungkin Nakajima juga begitu?

A-anoo. . .”

Akhirnya Chinen mengangkat kepalanya. Inoo dapat melihat mata Chinen yang merah dan bengkak, wajahnya begitu kuyu dan tulang pipinya begitu jelas terlihat.

“Kau siapa? Kau bukan Dai-chan.”

Hati Inoo bergetar mendengar suaranya. Terirat sebuah penderitaan dari pemuda itu. Dia tidak tahu seberapa lama Chinen ada bersama Nakajima, tapi dari penampilannya Inoo menyimpulkan Jika pemuda di depannya sudah sangat lama di rumah ini.

“Aku Inoo.”

“Inoo siapa? Apa kau juga simpanan laki-laki bajingan itu?”

“A-aku. . .”

Tenggorokan Inoo serasa tercekat. Siapa laki-laki brengsek yang dimaksud Chinen? Takaki? Atau Nakajima?

“Jika kau salah satu simpanannya apa kau mencari uang?”

Ucapan Chinen membuat Inoo tertohok. Ingatan-ingatan saat ia memutuskan hubungannya dengan sang kekasih demi harta Takaki kembali terngiang. Rasanya takdir seakan kembali mempermainkannya.

Nee, siapa namamu dan ceritakan padaku kenapa kau bisa ada di sini?”





#





ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang