17

65 7 5
                                    

Sepasang anak adam saling berbagi kehangatan dengan pelukan dalam sebuah selimut tebal. Keduanya bermandikan peluh dan terdengar nafas yang saling memburu. Pendingin ruangan tidak mampu menyejukkan keduanya yang ditelan panasnya asmara.

Bias cahaya rembulan menyelip masuk dari celah jendela. Kamar itu gelap dan hanya temeran lampu tidur yang menyala sebagai satu-satunya sumber penerangan di sana.

“Keith. . .” Suara berat Nakajima memecah kesunyian. Dalam rengkuhannya tubuh telanjang Okamoto juga balas mendekapnya.

Hmm?” Okamoto membalas dengan suara sengau.

“Besok aku harus pergi.”

“Besok?” Kepala Okamoto mendongak. “Bukankah jadwalnya satu minggu lagi?”

“Perusahaan itu memajukan jadwalnya, sepertinya mereka puas dengan relasi J.J. Express. Jadi aku dan Marius akan pergi ke perusahaan orang tuanya di Jerman untuk menjalin relasi untuk cabang luar negeri.”

“Dan setelah itu kau akan melamarku?”

“Tentu saja, aku akan melamarmu di Inggris.” Jawab Nakajima sambil mengelus sisi wajah Okamoto.

Keduanya memang dijohkan, tapi hubungan mereka belum ke tahap yang lebih serius. Masing-masing sibuk dengan pekerjaan mereka dan tidak ada waktu untuk saling bertemu, hanya jika salah satu diantara keduanya pergi ke negara tempat tinggal yang lain.





#





Hubungan Arioka dan Chinen sudah lebih baik. Pemuda yang dipaksa tinggal di rumah CEO J.J. Express itu mulai terbuka. Chinen menceritakan semuanya yang terjadi pada Arioka, termasuk hubungannya dengan kekasihnya yang harus berakhir.

Arioka cukup senang Chinen bisa terbuka padanya. Dua tahun tinggal di sana Arioka sama sekali tidak bisa mendekati perasaan pemuda itu, dan kesabarannya berbuah manis.

Ada saat di mana Chinen akan lepas kendali. Seperti saat Nakajima menidurinya di malam hari, pagi harinya Chinen akan menangis dan berteriak histeris. Dan saat ingatan-ingatan menyakitkan itu kembali terngiang di waktu kapanpun, Arioka harus siap menenangkan pemuda itu.

“Chii. . .”

Arioka menghampiri Chinen yang duduk di tepi bed. Semalam Nakajima tidak pulang ke rumah jadi Chinen bisa sedikit bernafas lega. Kekasih Takaki itu mendudukkan dirinya di samping Chinen dan mengelus punggungnya.

“Ayo sarapan.”

“Memangnya aku boleh keluar dari kamar ini?”

“Yuto-kun pergi ke Jerman beberapa hari, jadi tidak apa-apa.”

“Dan saudaranya?” Chinen tampak masih ragu.

“Yuyan juga tidak pulang semalam.” Tangan Arioka berpindah menggenggam tangan mungil Chinen. “Ayo, nanti makanannya dingin.”

Kepala Chinen mengangguk dan membiarkan Arioka menuntunnya keluar. Beberapa maid mengbungkuk saat melihat Arioka. Pemuda itu juga membalas semua sapaan dari para maid dan butler hingga sampai di ruang makan.

“Duduklah.” Arioka menarik sebuah kursi di meja makan. “Akan kusiapkan makanannya.”

Chinen melihat Arioka kembali ke dapur sesaat setelah dia duduk. Ini pertama kalinya dia keluar dari kamar Nakajima selama dua tahun tinggal di sana. Ah, ralat. Selama dua tahun dia disekap di sana. Selama ini Arioka selalu memenuhi kebutuhannya, membawakan makanannya, mengobati luka-lukanya yang didapat dari perlawanannya dengan Nakajima, dan menghiburnya saat kesepian.

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang