17. Gift
“Aku tidak sengaja, itu kecelakaan!” Luna meringis ketika merasa Cecilion menatapnya sedingin daratan Northern Vale, padahal baru saja dia ingin berpura-pura tidak melakukan apa-apa.
Apa boleh buat, demon yang satu ini benar-benar licik. Ia benar-benar tidak ingin memprovokasinya sejujurnya.
“Bagaimana bisa dia memakan manisanmu?” Carmilla menatap Archi geli, “Setahu Ibu, dia hanya menyukai daging.”
Archi turun dari lengan Cecilion dan langsung pergi ke pangkuan Carmilla yang masih duduk di kursi, “Aku tidak sengaja memasukkan manisan ke mulutnya.”
Archi berdehem sedikit ketika mengatakan sedikit kebohongan tersebut, sengaja bukan tidak sengaja sebenarnya.
Dia merasa dirinya benar naif ketika mengadukan manisan-manisannya yang hilang di makan Luna. Padahal jiwanya sudah dewasa, tapi hanya karena manisan dia bertindak merengek seperti ini.
Pipinya benar-benar panas sepertinya, itu juga salah Luna. Niat awal dia memberi manisan kepada Luna sebenarnya hanya untuk sekedar menjahilinya, namun sepertinya justru Luna menyukai manisan yang dia masukkan ke mulutnya.
Awalnya memang Luna mengembalikan kembali manisan gula yang sempat ia ambil, namun siapa yang tahu ketika dirinya tidak memperhatikan Luna, rubah putih itu dengan rakus melahap semua manisan yang ada.
“Bukankah itu kesalahanmu juga?” Carmilla mencubit hidung Archi pelan lalu mencium kedua pipi Archi dengan gemas berulang kali.
Archi sedikit merengut protes, “Bu, berhenti menciumku!”
Archi menangis tanpa suara dan air mata, dia merasa ini benar-benar memalukan. Dia adalah wanita dewasa, di perlakukan seperti bayi besar rasanya benar-benar aneh baginya.
Sungguh ini benar-benar aneh dan campur aduk, bahkan ibunya di dunia aslinya tidak pernah menciumnya seperti ini sewaktu dia masih kecil. Yang dia ingat tentang masa kecilnya adalah ketika dia berumur empat tahun, itu adalah awal mula ibunya mulai mendaftarkannya pada jenis-jenis les dan private.
Dia di bina terlalu dini, kedua orang tuanya membesarkannya dengan segala jenis pendidikan agar dia bisa mewarisi perusahaan yang mereka punya. Maka dari itu, dia sering di juluki si tukang belajar dan kutu buku dari keluarga kaya.
Karena itu juga menjadi alasan mengapa di usianya yang sudah dua puluh lima tahun dia tidak mempunyai seorang yang di jadikannya sebagai sahabat. Bisa di bilang sahabatnya hanya buku, pena, dan laptop.
Tidak pernah ada waktu baginya untuk sekedar bermain layaknya gadis-gadis muda saat dia duduk di bangku SMA. Ketika teman-temannya sibuk dengan teman baru dan menjalin hubungan dengan anak laki-laki sebagai bentuk masa pubertas, yang di lakukannya saat itu hanyalah belajar dan belajar.
Dia benar-benar menyesali kehidupannya yang terlalu monoton, dia merasa benar-benar sudah seperti robot yang hidup tanpa perasaan.
Carmilla yang melihat Archi masih menurunkan bibirnya kesal segera berpura-pura sedih, “Ada apa, apakah putri ibu benar-benar tidak menyukainya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Legends: Multiverse Dawn
Fantasía[ 𝐅𝐚𝐧𝐭𝐚𝐬𝐲 x 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ] {Dunia Paralel-Another Dimension#series1} R14+ (Minor Romance+Child Romantic) Hal yang tidak pernah bisa dibayangkan secara nalar adalah ketika kamu berpindah jiwa ke sebuah novel atau komik yang kamu baca...