10. Siapa Pelakunya?

16 1 1
                                    

Aku merasakan sakit yang sangat luar biasa di perutku ini. Siapa yang melakukan ini kepadaku? Apa tujuannya? Entah kenapa, aku tidak dapat mendengar apapun.

Zahra, Rina, Luay, dan Faris berada di sekelilingku. Mereka memanggil namaku, menanyakan kepadaku apakah aku baik-baik saja. Namun, aku tidak dapat mendengar mereka. Di pandanganku, mereka seperti berbicara tanpa suara. Kepalaku sakit. Pandanganku agak kabur. Aku tidak bisa fokus. Pertama kalinya aku merasakan rasa sakit yang luar biasa seperti ini.

Pandanganku semakin lama semakin gelap. Sesaat, aku melihat ada orang yang tersenyum sambil mengangkat kepala. Orang itu berada di depan pintu kelas. Siapakah dia? Aku tidak dapat melihatnya dengan jelas. Pandanganku semakin gelap. Tubuhku lemas. Telingaku tak mendengar apa-apa. 

Teman-teman sekitarku heboh. Mereka panik. Apalagi Zahra. Ia sangat panik melihatku pingsan. Ia mengambil kotak susu yang tadi kuminum dan melihat tulisan kecil yang dibacakan oleh Luay barusan.

"Siapa sih yang tega ngelakuin begini ke Dimas? Emangnya dia salah apa?" Ucap Zahra sambil meletakkan kembali susu kotak itu. Ia mengucapkannya dengan nada lemas. Wajahnya cemas.

Rina yang berada di samping Zahra menggenggam tangan Zahra.

BRAKK
Tiba-tiba Luay berdiri.
"Gue kayaknya tau siapa yang ngelakuin!" Ucapnya dengan nada kesal
"Siapa, Ay?" Tanya Faris kesal

"Masih belom pasti. Gue pengen mastiin dulu ke dia. Lu bawa si Dimas ini ke UKS, Ris. Biar dia istirahat di sana" Ucap Luay meninggalkan mereka.

Faris pun mengangguk.

*****

Luay datang untuk menemui Aldi. Ia pun langsung menarik baju Aldi dan memojokkannya ke tembok.
"Lu apain si Dimas?" Ucapnya dengan garang.

"Aduh... E... Emang Dimas kenapa?" Ucap Aldi dengan sambil menahan sakit.

"Jangan pura-pura gak tau lu! Udah cepet ngaku! Lu apain si Dimas?" Ucap Luay dengan nada kesal sambil menekan dadanya ke tembok.

Aldi merasa sesak. Napasnya terengah-engah. Tidak bisa melawan.

"E... E... Emang. Di... Dimas. Ke... Kenapa??" Ucapnya sambil tidak bisa bernafas.

Luay yang semakin kesal pun semakin menekan dadanya ke tembok.
"MASIH GAK NGAKU JUGA? GUE TAU PASTI ELU...."

BUKKK!!!
Tiba-tiba Faris datang sambil memukul Luay dengan sangat kencang. Luay pun sedikit terpental karena pukulannya. Aldi akhirnya terlepas dari tangan Luay.

"LU KENAPA BELAIN DIA BEGO, RIS?" Ucap Luay sambil memegang pipinya.

"LU YANG BEGO! LU GAK LIAT ANAK ORANG SAMPE SUSAH NAFAS BEGINI? KATANYA LU CUMAN MAU MASTIIN DOANK! KENAPA LU NUDUH DIA?"

Aldi masih terjatuh. Ia berusaha untuk mengatur kembali pernafasannya menggunakan mulut. Namun, nafasnya masih terengah-engah. Matanya pun hampir tertutup. Ia terlihat tak berdaya.

"Lu gapapa, Al?" Tanya Faris sambil memegang punggung Aldi.
Nafasnya masih terengah-engah, "Gue... Gue gapapa, kok. Nan... Nanti juga udah bisa nafas normal lagi."

Tentu saja, Faris masih sangat kesal dengan Luay. Mengapa dirinya bisa bertindak bodoh seperti ini. Apakah ini caranya untuk memastikan seseorang? Faris pun berdiri dan menghadap Luay.

"Gue tau lu panik, Ay. Gue tau lu cinta banget sama Dimas. Gue paham lu ngerasa sakit kalo dia sakit." Ucap Faris sambil mendekat ke Luay.

Luay yang berada di depan Faris pun tertunduk diam. Tangannya terkepal erat. Air matanya bergelinang.

Faris semakin mendekat dan mengepalkan tangannya. Tangannya yang terkepal itu pun ia tempelkan ke dada Luay dengan lembut.

"النفس كالطفل إن تهمله شبا على حب الرضاع إن تفتمح ينفطم
Annafsu Kathifli in tuhmilhu syaba 'alaa hubbir rodhoo'i in taftimhu yanfathimi"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mariposa di Angkasa (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang