keduanya bertemu lagi, di dalam gerbong kereta api yang sama seperti sebelumnya.
Hattala terkekeh tak kala ia menangkap basah Gentala yang tengah menatapnya sekilas.
"mengapa?" tanya Hatta heran.
"hah?" ujar Gentala yang linglung akibat di sapa.
pemuda pejuang itu tersenyum kecil lalu terkekeh. "bagaimana hari mu?"
"monoton." jawab Gentala pelan.
Hattala mengangguk pelan. "tak ingin bertanya tentang hari ku?"
"b-bagaimana hari mu?" tanya Gentala cepat.
"melelahkan, tapi setelah melihat mu rasanya lebih baik." jawab Hattala pelan.
tetapi masih bisa di dengar oleh Gentala dengan jelas. suara kereta api tak membuatnya tuli mendadak.
jangan kalian tanya bagaimana perasaan Gentala sekarang. kakinya terasa lemah bak kehilangan tulang.
jantungnya menggila senang sedangkan pipinya mungkin sekarang telah memerah bak bunga kertas. tak begitu merah namun bersemu.
"kau sungguh manis." ujar Hattala lagi.
kalimat menggoda itu benar-benar membuat Gentala siap mati kapan saja. bukan dalam artian ia benar-benar siap mati bertemu tuhan. itu hanya perumpamaan saja.
Hattala terkekeh. "mengapa diam?"
"bisakah kau diam." ujar Gentala seketika.
membuat Hattala sedikit terperanjat. batinnya sedikit terluka. apakah pemuda manis ini tak menyukai kalimat jujur miliknya.
"maaf." ujar Hattala pelan.
Gentala menggeleng. "ucapan mu membuat ku hampir mati."
"maksud mu?" tanya Hattala hati-hati.
pemuda manis itu berdecak. "jantung ku berdetak dengan cepat secara tiba-tiba dan itu menyakitkan. seperti rasanya aku siap mati walau jauh di dalam sana aku tak siap."
"mengapa tak siap?" tanya Hattala sembari terkekeh.
"bagaimana bisa siap jika aku bahkan belum mengenal mu lebih jauh." lirih Gentala.
gelak tawa pejuang tampan itu terdengar memenuhi gerbong yang hanya di isi oleh keduanya.
"maka dari itu, ayo kita berkenalan lebih jauh." ujarnya tenang.
Gentala mengulum bibirnya lalu mengangguk malu. membuat Hattala menahan perasaan gemas yang memberontak mati-matian.
Chris menatap dua manusia yang berjalan beriringan dengan alis yang bertaut. membuat Iyok menghela napas.
"itu Hattala, sang tentara terbaik dan tertampan." ujar Iyok memberi informasi.
Chris mendengus. "iya, tau. aku bertemu dengannya saat menaiki kereta menuju desa pak Genta."
"apakah mereka berteman?" tanya Iyok penasaran.
"mana ku tahu." jawab Chris ketus.
Iyok terkekeh saat melihat raut cemburu milik anak yang berusia belasan tahun itu. "kau cemburu."
"mengapa harus." tanya Chris malas yang mencoba untuk mengusir rasa tak suka dalam dirinya.
pemuda keturunan raja itu berdecak malas lalu berbalik. "pak Genta tak menyukai anak ingusan. tapi aku mungkin iya."
"Maksud mu?" tanya Chris bingung.
Iyok mengangkat bahunya acuh lalu beranjak masuk ke kelas lalu meletakan kepala di atas meja.
"romo pasti akan memenggal kepala ku." ujarnya lelah.
Hattala tersenyum tipis saat keduanya telah sampai di sekolah tempat Gentala mengajar.
semalam, sebelum berpisah. Hattala berpesan untuk Genta menunggunya di stasiun supaya mereka bisa pergi bersama.
lalu saat telah sampai tadi, Hattala memaksa untuk turut mengantarkan Gentala ke sekolah tempat pemuda elok itu mengajar.
"terimakasih." ujar Gentala tepat setelah keduanya sampai.
Hattala terkekeh lalu menganggu. "iya. nanti kau pulang pukul berapa?"
"malam. mungkin waktu yang sama seperti mu pulang bertugas." ujar Gentala dengan tertunduk. jantungnya tengah bersorak menggila sekarang.
"yasudah. ku jemput malam nanti." kata Hattala mutlak.
Gentala mengangguk pelan lalu tersenyum malu. "kalau begitu, pergi lah ke barak. selamat bertugas."
"terimakasih, kau juga. selamat bertugas." ujar Hattala membalas senyuman lalu berbalik untuk menuju barak.
iyok = jaehyuk.
ps : aku cuman ngenalin tokoh yang bakal reinkarnasi di book juwita malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juwita Malam Season 1 [TELAH TERBIT]
FanfictionMana kala hati jatuh pada yang jauh dari norma, Hattala bisa apa? Paras Gentala selalu elok bagai delima, buat dia tak bisa pindahkan pandangannya. Cinta yang tak bisa ditunjukkan pada seluruh dunia memang tak pernah bisa dapatkan akhir yang benar-b...