pagi menyongsong dengan arunika yang terpatri di cakrawala. membuat suasana hati Gentala sedikit lebih baik.
tubuh berbalut kemeja kotak-kotak coklat itu beranjak menuju stasiun kereta api biasa yang selalu ia kunjungi sejak menjadi guru di sekolah umum.
"selamat pagi Gentala." sapa Denok saat dirinya melewati kedai kopi yang telah ramai akan pengunjung.
Gentala menyunggingkan senyuman kecil. "pagi mbak Denok, mari."
"iya." kata Denok seadanya.
Gentala melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tak kala Denok menyapa. sedikit merasa heran akan sifat Denok. karena selama ini wanita bunga desa itu tak pernah menyapanya.
guru sekolah umum itu menghela napas pelan guna membuang pikiran aneh yang bertengger di dalam kepala miliknya.
sampai tak sadar jika Hattala sedaribtadi tengah tersenyum begitu lebar di depan sana saat melihat dirinya yang berjalan pelan munju stasiun.
"mengapa bisa seorang pria terlihat begitu manis nan memabukkan." batin Hattala berteriak.
"selamat pagi Hattala." sapa suara sutra itu di iringi senyum merekah bak dahlia.
Hattala terkekeh. "selamat pagi Gentala."
keduanya berjalan beriringan masuk ke dalam gerbong yang mulai ramai akan penumpang. keduanya masih duduk saling berhadapan dan saling melempar senyum.
sedikit membuat gadis yang duduk di samping keduanya agak mengira jika lelaki tampan di hadapan tengah tersenyum malu ke arah mereka.
oh, sungguh di sayangkan pemikiran sepihak tersebut. entah apa yang mereka pikirkan jika senyum manis itu bukanlah untuk mereka. malu adalah kemungkinan paling utama.
kereta melaju menuju pusat dengan santai di iringi beberapa obrolan ringan para penumpang dan perasaan berbunga milik Hattala dan Gentala.
menit demi menit berlalu, akhirnya kereta sampai di tujuan. seluruh penumpang berbondong turun agar sampai ke tujuan selanjutnya tepat waktu.
"ku antar ke sekolah lagi ya?" kata Hattala menawarkan.
Gentala terkekeh lalu menggeleng tak kala netranya menangkap Chris dan Iyok yang tengah berdiri di depan stasiun.
"ndak usah, anak murid ku sepertinya telah menjemput." ujarnya pelan.
Hattala menoleh ke arah pandang Gentala dan mendapati anak belanda yang tengah menatapnya sengit dengan seorang ningrat jawa di belakangnya.
"kita bersaing sekarang." ujar Chris pelan seraya menarik lengan Gentala cepat.
Iyok mendengus malas. "maafkan teman ku pak."
"oh, seorang ningrat berteman dengan anak pejabat belanda ta?" tanya Hattala heran.
"intinya maafkan sifatnya." ujar Iyok seraya berlalu dari hadapan Hattala.
pemuda pejuang itu terkekeh. "saingan apa? mendapatkan Gentala?"
tawa berat itu meledak seraya sang empu yang menggeleng dan beranjak menuju barak dengan hati yang geli akan tingkah anak belanda yang cemburu.
Iyok menatap Chris marah. "mengapa berkata demikian terhadap pak Hattala?"
"dia tak setua itu untuk kau panggil pak, Pangeran." ujar Chris malas.
saat ini keduanya tengah duduk di bawah dedaunan pohon rambutan di seberang lapangan seraya memakan bekal makan siang.
Iyok menghela napas. "sopan santun itu perlu."
"terserah kau saja." ujar Chris acuh dan lanjut memakan roti selai kacang miliknya.
"tak bersaing pun, kau memang telah kalah sebelum berperang." kata Iyok malas.
pemuda berkebangsaan belanda itu mendengus. "tak usah mengurusi hidup ku."
"berhentilah menolak kenyataan. sekarang sifat belanda mu terlihat sekali." rutuk Iyok kesal seraya bangkit dari duduknya.
selera makan milik lelaki ningrat itu menguap entah kemana. sedikit merutuki hatinya yang berlabuh pada anak belanda yang merupakan musuh negaranya.
"apa kau marah?" tanya Chris yang ikut menyusul langkah Iyok.
salah satu anggota kerajaan itu menghela napas itu menghela napas guna meredam amarah lalu berbalik.
"aku tak marah pada diri mu, tetapi aku marah pada sikap mu." ujarnya tenang.
"tapi aku begitu menyukai pak Gentala." cicit Chris seraya menggambar lingkaran menggunakan kaki yang berbalut sepatu hitam itu.
tidakkah manusia berkulit salju di hadapannya ini pepat kuku seperti bulan tiga hari. rasanya Iyok hendak marah, mengapa pula tuhan menakdirkan manusia elok ini sebagai belanda yang ia benci.
"rasa suka mu tak sebesar itu. kau hanya menyukainya sebatas kakak. kau masih terlalu muda untuk paham akan apa yang hati mu mau." ujar Iyok tegas lalu beranjak meninggalkan pemuda Starkenborgh.
Chris menghela napas kesal. "lalu jika bukan pak Gentala, siapa yang harus ku sukai?"
Iyok yang belum terlalu jauh dari Chris masih bisa mendengar seruan kesal milik anak belanda itu.
"aku." ujarnya tegas lalu melanjutkan tungkainya untuk memasuku kelas.
"apa itu tadi." ujar Chris pelan seraya menutup mulutnya menggunakan kotak bekal miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juwita Malam Season 1 [TELAH TERBIT]
FanficMana kala hati jatuh pada yang jauh dari norma, Hattala bisa apa? Paras Gentala selalu elok bagai delima, buat dia tak bisa pindahkan pandangannya. Cinta yang tak bisa ditunjukkan pada seluruh dunia memang tak pernah bisa dapatkan akhir yang benar-b...