23

5.3K 1.4K 314
                                    

Hattala menyantap sarapan miliknya dengan senyuman yang sangat lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hattala menyantap sarapan miliknya dengan senyuman yang sangat lebar. membuat ibuk terheran.

"mengapa memandangi ibuk seperti itu?" tanya ibuk heran.

pejuang muda itu menggeleng dengan senyum yang masih terpatri di wajah rupawan miliknya.

"aku boleh ndak menginap di rumah Gentala malam ini?" tanya Hattala.

Ibuk mengangguk. "iyo boleh."

"besok aku akan melakukan penyerangan, sebelum berangkat ke jogja aku akan menemui ibuk terlebih dahulu." ujar Hattala pelan seraya meneguk teh hangat miliknya.

ibuk terkekeh. "tak perlu, langsung saja pergi menuju medan perang. sampaikan salam ibuk ke Gentala ya."

"iyo buk." ujar Hattala pelan.

tubuh tinggi itu bangkit, lalu menyambar senapan panjang miliknya. lalu dengan cepat memeluk sang ibuk erat.

"mengapa memeluk ibuk seerat ini?" tanya Ibuk heran.

pejuang muda itu terkekeh. "hanya ingin aku akan merindukan ibuk."

di kecupnya dahi sang ibuk. "akan sangat sangat rindu."

"berapa lama memangnya kau di jogja?" tanya ibuk heran.

Hattala tersenyum. "ndak tahu, bisa saja seminggu atau sebulan tergantung situasi."

"kau harus kuat dan sehat saat kembali." kata Ibuk pelan.

pejuang muda itu terkekeh lalu mengusap pipi sang ibuk. "tolong ikhlaskan setiap langkah kepergian ku dari rumah buk."

"mengapa berbicara seperti itu Hattala?" tanya ibuk marah.

helaan napas berat terdengar. "kita tak tahu apa yang terjadi."

"kau benar, pergi lah. nanti terlambat sampai ke barak. doa ibuk akan selalu menyertai setiap langkah mu." ujar ibuk.

Hattala tersenyum lalu mengangguk dan menyium punggung tangan sang wanita terkasih lama.

"Hattala pamit ya buk. sampai jumpa." ujarnya dengan senyuman.

Ibuk mengangguk lalu melambai seiring berjalannya tubuh tinggi itu keluar dari pintu utama rumah mereka.

sersan muda itu berjalan dengan sesekali membalas sapaan dari warga dengan anggukan dan senyuman. betapa ramahnya diri mu Hattala.

senyuman mulai merekah lebih lebar lagi saat melihat wajah melamun milik Gentala yang tengah terduduk di kursi tunggu stasiun.

tangan lebar milik Hattala terangkat guna mengusap helaian sutra milik Gentala yang sekarang menjengit terkejut.

"kenapa suka sekali membuat ku terkejut?" tanya Gentala.

Hattala terkekeh lalu mengulurkan telapak tangan miliknya. "mari naik ke kereta."

"seri wajah mu benar-benar cerah." ujar Gentala seraya meletakan tangannya ke telapak tangan Hattala.

pejuang tampan itu terkekeh. "tidak kah aku tampan?"

"sangat amat tampan." jawab Gentala jujur.

tawa itu pecah, membuat Gentala menyunggingkan senyum samar. rasa hati hendak sekali memeluk pria besar kesayangan tetapi apa daya, ini di tengah keramaian.

keduanya telah sampai di depan sekolah dengan Chris yang seperti biasa menunggu kali ini dengan wajah lesu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

keduanya telah sampai di depan sekolah dengan Chris yang seperti biasa menunggu kali ini dengan wajah lesu.

Hattala terheran. "apa yang terjadi pada wajah mu belanda?"

"dua bulan aku menunggu tetapi yang ku tunggu tak kunjung datang." ujarnya pelan.

Gentala terkekeh kalau menarik yang lebih kecil ke dalam pelukan. "iyok itu seorang pangeran. akan sulit baginya untuk keluar sembarangan dari kerajaan."

"kesabaran akan membuahkan hasil, jadi bersabarlah. jika kalian memang di ciptakan untuk bersama maka akan bersatu." ujar Hattala seraya mengusap helaian rambut pirang itu.

Chris menatap wajah Hattala lekat. "seri wajah mu berbeda."

"lebih tampan?" tanya Hattala terkekeh.

anak belanda itu mendengus. "kau seperti akan mati."

"mulut mu." kata Gentala malas seraya menepuk sekilas bibir pink itu.

Chris mendengus lalu mendekat ke arah Hattala dan memberikan sang sersan muda sebuah pelukan.

"tolong selesaikan urusan dunia mu dulu baru mati." ujarnya pelan lalu melepaskan pelukan tadi dan berbalik meninggalkan Hattala.

Gentala menghela napas. "ndak usah di pikirkan."

"nanti malam aku boleh menginap di rumah mu ndak?" tanya Hattala.

guru muda itu terkekeh lalu mengangguk. "tentu boleh."

"kalau begitu sampai bertemu malam nanti. selamat bertugas!" ujar Hattala tegas seraya berjalan meninggalkan Gentala dengan senyuman.

Gentala tersenyum kecil dengan hati yang gundah, melihat senyum yang tak biasa dari wajah teduh itu cukup membuatnya risau.

"pak Gentala." panggil Chris pelan.

"apa?" tanya Gentala heran.

sang belanda muda menghela napas-nya pelan. "perbanyak waktu mu dengan mas Hattala."

"kau ini kenapa?" tanya Gentala resah.

Chria menggeleng. "hanya perasaan ku tak nyaman saja saat melihat wajahnya."

"terserah pada diri mu saja Chris mari masuk ke kelas." ujar Gentala seraya mendorong bahu sempit itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juwita Malam Season 1 [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang