Hai-hai cimol back lagi. Jangan lupa vote, komen dan follow ya...
Selamat membacaaa.....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Entah kenyataan apa lagi yang lio harus terima, dia hanya remaja yang tidak tau apa-apa, dia hanya remaja yang selalu dibuat bingung dengan keadaan.
Bahkan setelah penjelasan sang ayah dia masih bingung dan mencerna semua perkataan sang ayah. Karna terlalu keras berfikir lio yang saat ini berada di meja makan sendirian merasakan sakit dikepala yang tidak tanggung-tanggung, tapi dengan sekuat tenaga lio menahannya. Keadaan ini sudah hal yang biasa bagi lio semenjak lio pertama kali masuk sekolah.
"Sshh... Uhh sakit" lirih lio. Dengan mata berkaca-kaca dan tangan kiri memijit pelan pangkal hidungnya lio memilih bangkit menuju ke kamarnya.
Selangkah demi selangkah lio berjalan ke kamarnya sampai tidak disadari mark yang baru saja dari taman belakang u tuk menenangkan diri melihat lio jalan dengan sempoyongan.
"Kalo pusing itu berhenti dulu" ucap mark menyusul langkah kaki lio.
Lio yang terkejut dengan refleks menoleh dimana mark sudah mensejajarkan langkah kakinya.
"Gak kok bang ini mungkin gara-gara kurang minum mangkanya pusing" jawab lio.
Mark yang gak percaya jawaban lio langsung menaruh punggung tangannya ke kening lio, dan yang didapat mark adalah panas menjalar kekulit tipisnya. "Tuh kan kamu demam" ucap mark
"Enggak bang aku cuman kurang minum mangkanya dehidrasi terus badannya anget deh, tar di kasih minum juga pulih" ucap lio guna menenangkan mark.
Mark yang khawatir akhirnya menggendong lio ala koala, "bang turunin lio ihh dasar hiks dasar ta-tadi marah-marah sekarang baik lio kesel sama abang" lio yang berontak dan sedikit manja akibat demamnya akhirnya meluapkan kekesalannya terhadap mark.
Mark pun tersenyum dan mengelus halus punggung lio "maafin abang ya lio, abang emosi tadi apalagi setelah mengetahui kebenarannya tapi abang janji gak akan bentak ataupun marahin lio lagi" masih dengan menggendong lio mark berjalan secara perlahan menuju kamar lio.
Lio yang mendengar perkataan abangnya langsung terdiam "janji?" Tanya lio.
"Janji" jawab mark dan melanjutkan jalan ke kamar lio.
Setelah sampai dikamar lio, mark meletakkan lio dikasur secara perlahan karna ternyata lio sudah terlelap setelah menangis, kemudian mark bangkit lagi untuk pergi ke dapur mengambil kompres dan obat untuk lio.
Dengan cepat lio mencekal tangan mark "bang jangan tinggalin lio~" gumam lio.
Mark yang mendengar itu langsung mengelus lembut surai sang adik dengan sayang dan kemudian membisikan sesuatu yang menenangkan lio
"Ayah sama abang gak akan ninggalin lio itu janji kita" bisik mark. Setelah mendengar bisikan itu lio terlihat tidur dengan tenang kembali.
Mark turun ke lantai bawah dan pergi kedapur, sebelum itu mark mampor ke kamar sang ayah yang terletak tidak jauh dari ruang keluarga.
"Seandainya dulu kamu tidak seperti itu mungkin, kita masih berkumpul sampai saat ini. Lihatlah mark dan lio mereka sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan cerdas, oh ya ternyata anak ayah yang satu ini juga sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan. Semoga kita bisa berkumpul kembali" gumam sang ayah yang masih bisa didengar mark dari sela pintu yang terbuka.
Mark bisa melihat punggung sang ayah yang bergetar halus dan isakan lembut dari mulutnya, sosok yang begitu tegar didepan semua orang termasuk sang anak ternyata dibelakang itu semua ayahnya adalah sosok yang rapuh.
"Sebenarnya apa yang terjadi yah?, Kenapa aku tidak mengingat semua yang telah terjadi yah?" batin mark
Setelah cukup mengupingnya tak mau mark kepergok sang ayah akhirnya dia memilih mengambil kompres dan obat untuk lio, setelah mendapat apa yang dia cari mark pergi kekamar lio dan kemudian merawat lio yang sedang demam.
Ditempat lain...
Remaja seumuran dengan lio dan memiliki paras yang tak serupa tetapi lagir dari rahim yang sama juga sedang mengalami demam tinggi entah apa penyebabnya.
Dengan badan yang gemetar akibat menggigil nata meraih foto sang bunda "b-bunda nata kangen hiks, dulu kalau nata sakit b-bunda slalu ada hiks, nata sakit bund~ badan nata panas sakit semua~ hiks hiks" eluh nata dengan mengelus foto sang bunda dengan tangisan yang semakin keras.
Bersamaan dengan tangisan nata yang semakin keras langit diatas yang tadinya cerah tiba-tiba menggelap guntur yang terdengar tetapi masih tidak kencang dan juga angin yang berhembus kuat.
JDAAARR.....
Guntur yang tadinya berbunyi pelan akhirnya dengan sekali kilatan bunyi yang dapat menggetarkan bumi terdengar sangat keras yang sampai akhirnya membangunkan dua anak kembar bedanya lio yang sudah didalam dekapan sang ayah dan kakaknya yang sibuk menutup semua jendela kamar snag adik. Tetapi nata terbangun dengan kegelapan yang menyambutnya memluk erat foto sang bunda dan meremas keras selimutnya.
Dengan gumaman yang sama memanggil sang bunda dan demam yang juga sama tingginya lio dan nata akhirnya tak sadarkan diri.
Lio dengan kehangatan dari sang ayah dan kakaknya sedangkan nata bersama dengan kesunyian dan kegelapan yang setia menemaninya.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung....Terima kasih sudah setia membaca, jangan lupa vote follow dan komennya yaa.
Cml.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTOLIO
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE YAA] [HARGAI KARYA ORANG DENGAN TIDAK MENJIPLAK] lalu untuk apa hidup jika dipermainkan takdir? Mungkin ucapan selamat tinggal, adalah kata-kata yang paling tepat untuk meninggalkan takdir. Anatolio Rarendra pemuda yang...