"30 hari lagi kita akan membangun sebuah istana, di mana hanya ada aku, kamu dan anak kita nantinya."
Bismillah
Selamat Membaca🙏
🌺🌺
Panasnya Ibu Kota setara dengan suasana hati seorang gadis cantik yang tengah berdiri di pinggir jalan. Matanya terlihat mencari-cari sesuatu, menengok ke sana ke mari.Araya, berkali-kali bola mata gadis itu terlihat bolak-balik melihat jalan dan gawai. Raut wajahnya terlihat kesal menahan amarah. Bahkan mulutnya sudah berkali-kali melontarkan sumpah serapah.
"Masih di mana? Aku udah nunggu satu jam lebih di butik," ucap Araya memulai pembicaraan di telepon.
"Aku masih di jalan. Ini macet banget," jawab suara di sebrang sana.
Alis Araya mengkerut heran. "Jalan mana? Jalan Malioboro, hah? Dari tadi kamu bilang masih di jalan terus," katanya sebal karena sedari tadi seseorang itu mengatakan sedang di jalan.
Dasar kebiasaan orang Indonesia. Bilangnya di jalan, tapi kenyataanya di rumah.
"Aku gak bohong. Ini kamu lihat, itu macet 'kan?" bantahnya dengan mengarahkan kamera ponsel ke arah jalanan yang memang sedang macet parah.
Araya mengembuskan napasnya kesal. Kali ini, memang kekasihnya itu beruntung. "Ya sudah, aku tunggu sampai jam 2. Kalau sampai kamu gak datang, lebih baik batal pernikahan kita," ancam Araya yang sudah kesal sedari tadi menunggu.
Bukannya takut, justru Dion mengiyakan ancaman Araya. "Gak masalah, mending batal juga," sahutnya santai seolah merasa tak bersalah.
Senjata makan tuan. Niat hati membuat Dion kesal, justru dirinya sendiri yang dibuat kesal. "Ih! Awas saja kalau kamu gak datang. Aku bakal ngadu ke mama kamu."
Dion menghela napas, ia tidak suka jika Araya selalu mengancam dengan mengadu kepada Mamanya. Dion tak ingin Araya nantinya kebiasaan, sedikit-sedikit mengadu. Apalagi mereka akan menikah. Tentu tidak baik bagi pernikahan mereka nanti.
"Kita udah mau nikah loh dan kamu masih saja main adu-aduan. Kalau seperti ini, lebih baik pernikahannya ditun--" ucapan Dion terputus karena Araya.
Araya mengetukkan kepalan tangannya ke kepala. "Astagfirullah, amit-amit. Jangan bicara sembarangan! Apa? belum dewasa? Aku sudah dewasa, Dion. Gak usah aneh-aneh. Pernikahan kita tinggal sebulan lagi. Sementara semua persiapan masih 50 % lagi," sahut Araya cepat.
"Iya, iya. Aku gak aneh-aneh. Kamu masuk sana, jangan di jalan. Kasian desainernya pasti menunggu."
Araya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Dion. "Mereka nunggu juga karena kamu terlambat," jawab Araya geram lalu memutuskan sambungan telepon.
Setelah memutuskan sambungan telepon, Araya kembali memasuki butik. Di sana Umi dan calon Mama mertuanya tengah melihat baju yang akan dikenakan Araya dan Dion nanti.
Araya tersenyum membayangkan dirinya memakai baju yang sedang dipegang oleh Umi dan Mamanya. Pasti dia akan terlihat sangat cantik dan Dion akan terlihat gagah. Ahh... Araya menjadi tidak sabar menunggu hari H.
Sebentar lagi, kita akan menjadi sepasang suami istri. Akhirnya mimpi aku terwujud bisa menikah denganmu.batin Araya. Ia sudah tak sabar menunggu hari pernikahan. Penantian selama 8 tahun akan membuahkan hasil. Perahunya akan menemukan pelabuhan.
"Gimana, Dionnya mana? Katanya tadi di jalan," tanya Mama Dion yang segera menghampiri Araya. Ia keheranan karena tidak melihat anaknya."Masih di jalan, Ma," jawab Araya
"Di jalan?" sahut Umi dan Mama berbarengan. Mereka terheran pasalnya 1 jam lalu juga Araya mengatakan Dion sedang di jalan. Apakah perjalanan dari kafe menuju butik membutuhkan waktu selama itu?
"Iya sekarang di jalan raya, kalau tadi di jalan sekitaran kafe," jelas Araya diiringi tawa kecil karena melihat wajah dua wanita itu kebingungan.
Mama Dion menggelengkan. Memang anaknya yang satu ini pantas diberi predikat raja telat. "Biasa banget, emang anak itu. Sudah mau nikah, tapi kebiasaan telat masih saja dipelihara."
Araya tersenyum mendengar calon mertuanya berbicara. "Dion dan ngaretnya tidak bisa dipisahkan, Ma. Harus ekstra sabar nanti Araya," kata Araya yang sudah paham betul kebiasaan kekasihnya itu karena mereka sudah menjalin hubungan selama 8 tahun. Araya masih ingat, bagaimana waktu itu Dion hampir terlambat saat sidang skripsinya. Untung saja, di hitungan 5 menit terakhir Dion sudah hadir.
"Iya kamu harus sabar, kalau gak sabar mending cari suami baru aja. Hihi," seloroh Mama Dion.
"MA! Jangan macam-macam loh. Dion dapetinnya susah ini," ucap Dion yang tiba-tiba sudah berada di belakang mereka. Tangannya bertengger manis di bahu calon istrinya. Memang ketika tadi Araya menelponnya, Dion sudah hampir sampai menuju butik.
Mama Dion memalingkan wajahnya, malas melihat anaknya itu. "Oh rupanya pangeran sudah datang. Habisnya kamu ditungguin dari jam 11," sindir Mama Dion.
"Ya, tapi gak ngomong gitu juga, belum juga nikah udah siap jadi duda aja," ucap Dion kesal dengan omongan Mamanya.
Umi Araya yang melihat pertengkaran ibu dan anak itu, segera melerainya. Dia tak ingin masalah ini semakin melebar. "Eh sudah-sudah. Ayo, lebih baik kamu fitting baju dulu, Dion. Kasihan itu si mbaknya dari tadi menunggu," ucap Umi Araya meminta Dion segera melakukan sesi fitting baju.
Dion tersenyum, untung saja dirinya mempunyai calon mertua yang baik hati serta lembut. Andai saja calon mertuanya ini sebelas dua belas dengan Mamanya, bisa pecah kepala Dion. Membayangkannya saja sudah ngeri, apalagi sampai jadi kenyataan.
Dion mengambil jas yang diberikan oleh pegawai butik lalu mencobanya. Dion merasa ada yang aneh dengan jas yang ia kenakan. Rupanya jas yang Dion coba saat ini kebesaran di tubuhnya. Padahal dulu mereka pernah fitting baju tapi kenapa sekarang justru kebesaran?
Dion mendesah lemas, pasti ini akan menjadi masalah baru. Araya akan mengomel habis-habisan karena calon suaminya yang kebesaran memakai jas. Secara kalian tau, wanita dan kata 'sempurna' adalah dua halnya yang tidak bisa dipisahkan. Rupanya menikah tak semudah itu, ferguso.
"Argh, memang menikah itu ribet dan membuat stress. Belum menikah saja, sudah stress akut gini, gimana nanti sudah jadi suami," ucap Dion sebal melihat dirinya di hadapan cermin itu.
TBC
Jazakumullah khair
Ambil yang baik dan buang yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terakhir Araya
SpiritualUpdate satu minggu sekali, insyAllah. Perihal jodoh, kita tidak pernah tahu akan berjodoh dengan siapa. Sering kali, kita menduga seseorang itu jodoh kita. Namun nyatanya bukan. Itulah yang dirasakan Araya. 8 tahun menjalin hubungan dengan seseorang...