Bab 9 - Fatih

4 1 0
                                    

"Cinta itu memang fitrah, tetapi dia suka salah arah. Jadi tugas kita menuntunnya bukan malah memperturutkannya."

Bismillah
Selamat Membaca

🌺🌺🌺

Setelah kejadian tempo lalu, Abram benar-benar melakukan penjagaan. Dirinya tak ingin lagi kecolongan. Sejengkal pun Abram tak rela melihat Dion mendekat ke arah anaknya. Sepertinya Abram harus melakukan percepatan pejodohan. Agar Dion tak lagi berani mengusik Araya.

Seperti sekarang, Abram tengah menunggu kedatangan Fatih. Dia akan mengajak Fatih berdiskusi perihal perjodohan ini. Abram amat berharap Fatih akan menjadi menantunya. Menurutnya, Fatih adalah laki-laki yang sopan dan yang terpenting mempunyai ilmu agama yang mumpuni.

Fatih dibesarkan di sebuah lingkungan keluarga yang kental dengan agama. Dia mengenyam pendidikan selama 6 tahun di pondok pesantren. Setelah lulus, kemudian Fatih menimba ilmu di Mesir. Kakeknya memiliki sebuah pondok pesantren yang terkenal di Jombang. Ayahnya merupakan pendiri yayasan yatim piatu. Jadi sudah tak dapat diragukan lagi betapa baiknya akhlak yang dimiliki Fatih.

Fatih adalah representasi pemuda yang sangat diharapkan bangsa dan agama. Selain penghafal Al-Qur'an, Fatih juga merupakan seorang pemuda yang gigih memperjuangkan hak pendidikan. Ia telah mendirikan sebuah boarding school khusus anak-anak tidak mampu. Hatinya tergerak melihat bagaimana pendidikan di Indonesia belum merata. Di mana pendidikan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang berkantong tebal.

Rasa peduli Fatih ikut tersentak, kala melihat bagaimana realita pendidikan di Indonesia. Memang banyak sekolah yang berdiri, tetapi sangat sedikit sekali sekolah yang peduli. Terkadang mereka hanya menuntut finansial, tapi tak mau memperhatikan bagaimana tercapainya tujuan pendidikan. Bahkan yang lebih miris, banyak pondok pesantren yang justru menuntut harus mengeluarkan biaya yang fantastis. Sangat disayangkan tentunya, di mana dahulu pondok pesantren adalah pendidikan yang ramah kantong dan kalangan. Justru sekarang hanya bisa dinikmati orang-orang berduit.

Lamunan Abram terpecah kala mendengar seseorang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

Tok... Tok

"Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh," ucap seseorang yang masih berdiri di depan pintu.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Masuklah, tih," jawab Abram dia sudah tahu siapa yang mengucapkan salam. Pastilah itu Fatih. Hanya Fatih yang tidak akan masuk seenaknya. Dia akan masuk jika sudah diizinkan oleh pemiliknya.

"Duduklah! Ada yang ingin Om bicarakan." Abram mempersilakan Fatih untuk duduk.

Abram berdehem sebelum memulai pembicaraan. "Ehm, jadi begini, Tih. Langsung saja, maksud om mengundang kamu ke sini adalah untuk membicarakan mengenai perjodohan itu. Apakah kamu siap melanjutkan perjodohan?" tanya Abram.

Ternyata benar dugaan Fatih. Om Abram mengundangnya ke sini pasti akan membicarakan perihal perjodohan itu. Jujur saja memang Fatih mulai mengalami ketertarikan pada Araya. Kekagumannya semakin bertambah kala mendengar kebaikan Araya. Di mana Araya yang mau membantu sahabatnya yang tak lain dan tak bukan adalah sepupunya, Tiana.

"Fatih tidak menolak akan perjodohan itu, Om. Mohon maaf sebelumnya Om, bukan Fatih bermaksud menggurui. Tetapi, Fatih tidak ingin bertindak egois. Fatih juga berharap Araya demikian. Dia tidak terpaksa akan perjodohan ini. Fatih sangat menghormati perempuan, mereka mempunyai hak yang sama untuk menyuarakan keinginannya. Memang Om juga berhak atas Araya, tapi Araya jauh berhak terhadap dirinya. Pernikahan ini kedepannya yang akan merasakan Fatih juga Araya. Fatih tidak ingin nantinya Araya tertekan. Fatih harap Om mengerti akan maksud Fatih."

Jodoh Terakhir Araya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang