|07| : Duka Mendalam.

212 31 27
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Setelah menghancurkan segalanya didalam kamar. Sekarang Hendery sudah rapi menggunakan kemeja putih dan dasi hitam yang melekat ditubuhnya. Tak lupa jas hitam rapi yang digunakan Hendery untuk acara memulangkan sang adik ke dalam rumah yang sesungguhnya. Dan tangan yang di balut perban untuk menutup luka akibat semalam.

Hanya kerabat istana terdekat yang datang dalam pemakaman ini. Karena memang para wartawan yang sudah mengepung mereka dalam perjalanan menuju tempat peristirahatan terakhir Griselda.

Hendery duduk didalam mobil penghantar jenasah khusus. Ia duduk disamping peti mati adiknya.

Tak terasa air mata kembali jatuh saat mengingat kebersamaan mereka. Mengingat kisah manis mereka berdua sebagai kakak beradik.

Hendery menatap peti didepannya dengan sorot mata terluka serta pandangan kosong. Mungkin orang yang melihat keadaan Hendery akan lebih memalingkan mukanya karena tak tega.

Griselda berlari menghindari Hendery yang sedang berusaha menangkapnya. "Hahahaha! Tangkap aku kak!"

Hendery tersenyum saat melihat adiknya senang. Mereka terus saling mengejar sampai kelelahan dan berakhir tidur terlentang dirumput taman istana.

Griselda menoleh ke samping tempat kakaknya tiduran. Ia langsung memeluk kakaknya dari samping. Membenamkan wajahnya dilengan Hendery .

"Kak, jangan tinggalin Griselda ya?"

Hendery menoleh ke arah sang adik. "Tidak akan, Kakak akan selalu disamping Griselda."

Seulas senyum manis Griselda tampakkan kepada sang kakak. "Griselda sayang kakak!"

Hendery tersenyum miris saat sekelebat ingatan muncul. "Kakak tak pernah meninggalkan mu ... Tapi kenapa sekarang kamu yang meninggalkan kakak?"

Ia menyalahkan diri atas takdir yang menimpa adiknya. Ia menyalahkan diri karena lalai menjaganya. Ia tak bisa menjaga titipan tuhan untuknya. Ia bodoh. Hanya itulah yang bisa dilakukan Hendery saat ini. Walau itu pun bukan sepenuhnya salahnya. Ia bertekad akan melenyapkan dalang dari kematian adiknya.

Mobil yang ditumpangi Hendery berhenti. Saat itulah pintu belakang mobil terbuka. Dapat ia lihat semua keluarga besar disini. Ibunya yang menangis meraung raung, ayahnya yang sedang menenangkan sang ibundanya, dan kakeknya yang berdiri disamping ayahnya sedang menatapnya. Tak lupa Ten dan Johhny yang ikut serta dalam proses pemakaman.

Hendery turun dari mobil. Petugas pun menggeser setengah peti kayu dengan ukiran khas prancis dengan gaya mewah dan elegant. Hendery berjongkok untuk ikut mengangkat peti sang adik. Ayah, Granpa, Kakek, serta berberapa Uncle dan sepupunya dari Jerman pun ikut serta menggotong peti.

Kami berjalan memasuki pemakaman khusus menuju tempat galian lubang. Dengan Ten yang berada di depan memegang foto Griselda dan Haechan yang menenangkan ibunya. mereka mulai berjalan menuju tempat peristirahatan adiknya.

Tangan Hendery yang memang sudah terluka pun kembali mengeluarkan darah segar dan bahkan perban yang sudah ia pakai tak mampu membuat darah tersebut berhenti mengalir. Berberapa darah ada yang menempel pada peti ada juga yang sampai menetes.

Between You And Time [HenXiao : On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang