Play the media for better 'euphoria'
It's not happy almost at all tbh, but..
Happy reading.
***
Ting...
Bunyi ponsel terdengar, bukan milik Aura, namun milik Raya. Ponsel itu di sebelahnya, otomatis Aura bisa melihat pesan pop up yang tertera di layar.
Arsan
Ya, gue bingung ...
Mata Aura membulat seketika, tangannya mendingin.
Arsan
Gue masih sama Aura
Tapi kayaknya kita berdua nyasar
*foto*
Tangan, bahu, dan tengkuk Aura meremang seketika. "Kak Rayaa," panggil Aura ingin menangis.
***
Mimpi-mimpi ikut menguap di udara, membiaskan cahaya seperti terangnya rembulan kala itu.
Dingin.
Riakan angin menembus kain, mengusap lembut bungkus nadi.
Lain di lain tempat yang menjadi tempat jejak, tempat detak, tempat rasa terpatri, rasanya hangat, walau hanya sekedar mengingat.
...
Aura tidak bisa melihat foto apa yang dikirim Arsan. Pikirannya mencari-cari hal apa yang salah. Hampir semua yang ia alami sejak masuk mobil itu membingungkan.
Beberapa saat kemudian Raya keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang masih basah. "Kenapa?" tanyanya meihat wajah Aura pucat.
"Ada notif dari Kak Arsan."
Raya membulatkan mata, berlari kecil ke arah Aura. Ia langsung mengambil ponselnya.
"Tapi dia bilang nyasar, dan masih sama gue. Dia kirim foto apa?"
"Sama lo?" Raya mengerutkan kening. Ia membuka pesan dari Arsan, ekspresinya kembali datar, melihat Aura beberapa detik, kemudian melihat ponselnya lagi.
Gue masih sama Aura ... tadi waktu di Bandara, waktu turun dari mobil dia gak ada, gatau, gue ketiduran.
Tapi kayaknya kita berdua nyasar soalnya di sini sepi, gak ada sinyal juga. Kalau ada kabar dari Aura kasih tau ya, gue khawatir.
"Notif chatnya enggak lengkap," ujar Raya menyodorkan layar ponsel ke Aura agar cewek itu dapat melihatnya.
Aura menghela napasnya cukup keras, merasa lega. Setidaknya, tidak ada dua Aura yang sama. "Kak Arsan di jalan mana, tuh?" Mata Aura menilik foto yang dikirimkan Arsan.
Raya mengedikkan bahunya, membalas pesan Arsan. "Chat gue gak kekirim, coba di lo."
Dengan cepat Aura mengetikkan pesan, namun nihil, pesannya tak terkirim. Tapi kemudian, sebuah notifikasi masuk.
Raksa
Gue tunggu 15 menit lagi di bawah sama Nanno, cepetan, nanti di bawah pilih telapak tangan, jangan jauh-jauh.
Aura menelan salivanya, tidak mengerti apa maksudnya 'pilih telapak tangan' dengan cepat ia mengambil handuk mandi. Satu kalimat terulang-ulang di pikirannya. Jangan jauh-jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athrylith Sin 1
Teen FictionAthrylith : Genius (Dalam bahasa Welsh) Menceritakan kelompok sekolah khusus bernama Sin1 yang berisi murid-murid genius. Rencana mengikuti olimpiade ke luar pulau justru membawa petaka. Tersesat, memecahkan teka-teki, jatuh cinta kemudian mati (...