Ps: perhatiin tiap kalimat atau gerak-geriknya. Banyak clue bertebaran.
🌙
Tahu apa hal paling jahat di dunia?
Namanya waktu, ia takkan pernah menunggumu.
Sekali pun ia tahu bahwa kamu terluka cukup dalam, atau hancur berantakan.
🌙
Pak Willis.
Begitulah nametag yang tertera di dada kiri kemeja garis-garis tersebut. Pria dewasa berumur sekitar 34 tahun dengan perawakan sedang itu tengah berdiri di depan papan tulis.
Badannya tegap, tinggi, cukup berisi dan memiliki senyuman dengan lesung pipi. Tipe guru honorer cuek namun manis.
"Satu minggu lagi kita akan training ke Makassar, saya harap kalian bisa persiapkan semua yang kalian butuhkan." Pak Willis membagikan lembaran kertas ke masing-masing anggota Sin1. "Saya tidak tahu akan seperti apa kondisi di sana. Namun, pasti hal-hal yang terjadi akan melatih kalian menjadi lebih siap lagi saat nanti di Sussex."
Para anggota Sin1 tidak merespon lebih, mereka hanya mengangguk seadanya.
"Nano, ikut ke ruangan saya."
Nano, cowok yang disebut berdiri, mengikuti Pak Willis ke ruangannya. Sisanya tinggal mereka berlima. Raya, Aura, Deo, Arsan dan juga Raksa.
Aura memperhatikan ruangan ini lagi. Memperhatikan kakak kelasnya yang memainkan ponselnya masing-masing.
"Aura!" panggil Raya membuat perempuan yang dipanggil menoleh. Raya mengisyaratkan Aura mendekat.
Seraya menerka-nerka, Aura berjalan mendekat. "Betah amat di samping Raksa, mending ngegosip sama gue." Raya terkekeh di akhir kalimatnya.
Aura tersenyum canggung, "Kebetulan aja sama Kak Raksa samaan mata olimpiadenya."
"Lo belom punya jam, ya?" Raya memperhatikan pergelangan tangan Aura, sebaliknya, Aura baru menyadari bahwa jam yang dipakai anggota Sin1 sama.
Raya menarik tangan Aura menuju sebuah laci yang terbuat dari kayu, membukanya dengan cukup sulit. "Lo perhatiin jam ini." Raya memakaikan jam dari laci pada pergelangan kiri Aura.
"Hening dulu, guys!" teriak Raya pada anggota yang lain, padahal ruangan itu sebelumnya pun hening. Aneh! batin Aura.
"Nih, ini ngebantu kita semua. Lo liat di tengahnya ada angka jam digital, tapi di sekeliling jam ini masih ada jarumnya. Tau buat apa?"
Tentu saja Aura menggeleng. Lagi pula, Aura tidak mau repot memikirkan jawabannya.
"Namanya desibel, satuan buat suara. Jadi, jarum yang mengelilingi ini menunjukkan seberapa keras suara. Gue harap lo ngerti, dan bisa lebih peka." Raya tersenyum janggal.
Aura mengerti pada penjelasan Raya, kecuali pada bagian ia harus lebih peka. Terhadap apa?
"Nah, sekarang, ayo temenin gue ke kantin."
Kesempatan bagus, Aura bisa bertanya tentang The Hidden pada Raya. Karena seperti yang kita semua tahu, perempuan adalah tempat terburuk untuk menyimpan rahasia. Kecuali jika ia sudah berkomitmen tinggi untuk menyimpan rahasia. Tapi sepertinya, Raya orang yang tidak suka ambil pusing.
Mereka mengambil meja paling tengah di kantin yang masih sepi. Di ujung, tampak segerombolan siswa terlihat seperti sedang rapat. Ya, OSIS dan jajarannya tengah rapat informal, di kantin.
"Kak," panggil Aura. Raya yang tengah membuka botol air mineralnya melirik dengan ekspresi bertanya. "Boleh aku tanya sesuatu? Ini sedikit ganggu aku akhir-akhir ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athrylith Sin 1
Fiksi RemajaAthrylith : Genius (Dalam bahasa Welsh) Menceritakan kelompok sekolah khusus bernama Sin1 yang berisi murid-murid genius. Rencana mengikuti olimpiade ke luar pulau justru membawa petaka. Tersesat, memecahkan teka-teki, jatuh cinta kemudian mati (...