2<x<4

2K 523 353
                                    

Cinta gak liat nilai matematika.

Jadi bucin gak harus bisa ngerjain fisika.

Apa ngitung perasaan bakal serumit ngitung pembentukan sel di sapi?

Tapi, bukannya cinta itu ∞?

Iya, begonya pun sama: infinity,

Tak hingga

-Catatan Aura-

***
Kalian pernah gak sih, mikirin sesuatu sampai pusing padahal itu bukan urusan kalian? Kalian hanya penasaran.

Seperti Aura.

Aura penasaran terhadap The Hidden. Ia jadi takut, jangan-jangan The Hidden itu hantu. Bayangkan saja, seram.

Tuk!

Aura tersadar dari lamunan ketika sebuah pensil mengetuk kepalanya.

"Mikirin apa?" tanya Raksa datar, ekspresinya tak berdosa telah mengetuk kepala Aura dengan pensil yang ia pegang.

Perempuan di depan Raksa menggeleng, "Gapapa."

"Kemaren ada yang bilang gapapa ke gue, besoknya meninggal." Raksa masih berujar datar.

Sementara Aura? Ia membulatkan matanya. "Gue bosen belajar kimia kayak gini, gak menantang!" Perempuan itu melirik jam yang melingkar di tangan kiri Raksa, masih sekitar dua jam untuk mendengar bel pulang.

Raksa berpikir sejenak, "Gue bisa bikin lo gak bosen." Cowok itu bangkit dari tempatnya duduk.

Ia meraih jaketnya yang berwarna hitam, "Pake!" lemparnya pada Aura. Kemudian Raksa memakai jaket putihnya yang tadi pagi ia kenakan.

Aura mencium wangi jaketnya, seketika aroma maskulin menyelusup ke rongga hidung Aura. Kemudian perempuan itu memakainya.

"Gue mau belajar di tempat lain," ujar Raksa pada orang yang ada di dalam ruangan, namun tak ada yang menggubrisnya karena yang lain sibuk dengan soal di hadapan mereka.

Raksa mengisyaratkan Aura mengikutinya. Sepanjang koridor, mereka berjalan bersampingan. Ini jam pelajaran, jadi koridor tak terlalu ramai.

Hanya saja, lapangan olahraga dipenuhi murid kelas Raksa. Beberapa orang menyapanya, namun tak menyapa Aura.

Hingga akhirnya, mereka sampai di parkiran.

"Eh, mau ke mana? Kita kan masih jam pelajaran?" jelas, Aura bingung. Terlebih saat Raksa menyalakan mesin motornya. "Gue gak ada helem," lanjut Aura.

"Naik, gue pinjemin ke pos."

Akhirnya, Aura menurut. Mereka berhenti beberapa saat depan pos satpam. Pak Diko memberikan helem berwarna putih yang langsung dipakai Aura.

"Kita gak dilarang?" tanya Aura saat mereka melewati gerbang sekolah.

"Pinteran dikit pertanyaannya," komentar Raksa lantas membelah ramainya jalanan.

Iya juga, sih. Kalau dilarang pasti sekarang gak ada di jalanan gini. Aura menghela napasnya.

Ini jam setengah tiga sore, dan Aura diajak ke salah satu pusat perbelanjaan kota.

"Kita belajar di sini? Yang bener aja, Kak!" Aura melihat sekeliling.

Raksa tetap melangkah, menuju antrean tiket film, ia memberi atensi pada pelayan tiket lantas memesan dua untuk jadwal film pukul lima sore. "Ketika dua atom atau ion 'berpegangan' dengan sangat erat, dapat dikatakan
bahwa di antaranya terdapat suatu ikatan kimia."

Athrylith Sin 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang