A/n: Ayo bikin otak kita ngebul bareng-bareng.
Siap kan pecahin teka-tekinya?
PROLOG
"Kenalan langsung sama gue. Kalau denger dari murid lain, gue cuma kebagian berengseknya aja!"
Aura menelan salivanya sulit. Ia menunduk, meski suaranya terdengar jauh tapi ia hapal betul suara siapa yang berujar barusan. Kunciran rambut Aura sudah merosot dari tempatnya, dimainkan seorang di belakang Aura. Namun, tubuh perempuan itu tak bergerak sedikit pun, ia kikuk.
Hiliran angin meniup anak rambut Aura. Tentu saja karena beberapa orang yang tadi mengerubungi Aura kini menepi. Hanya nampak seorang saja yang kini berdiri di depannya.
"Gue galak, tukang sogok, penindas, apa urusan lo?" Ujarnya lagi, suaranya yang tenang membuat keringat dingin kembali jatuh di pelipis Aura.
Langkah kakinya terdengar semakin mendekat, berdiri dengan jarak sekitar satu meter dari tempat Aura duduk.
Ia yang semula berdiri justru kini berlutut di depan Aura. Memandangi wajah Aura dengan seksama dari bawah, karena perempuan itu terus menunduk. Aura menengadah, tak berani berpapasan langsung dengan mata kelam sehitam bara yang baru saja menghujamnya.
Sekarang, Raksa berdiri. Awan yang semula Aura lihat berubah jadi tubuh tegap Raksa.
Cowok itu tersenyum menang, "Caper!"
"Udahlah, Sa, Dedek Gemoynya makin takut sama lo nanti." Deo, cowok di belakang Aura yang masih memainkan kunciran rambut Aura berujar.
Yang lain terkekeh, tapi Aura semakin ingin menangis. Ini lebih kejam daripada pelatihan dasar kepemimpinan yang diselenggarakan OSIS untuk siswa-siswi tahun ajaran baru seminggu lalu.
Rasa malu, takut, dan khawatir menyatu di perut Aura, menjadi satu rasa yang disebut mual. Aura seperti kehabisan oksigen, ia butuh minum.
"Ganggu macan yang lagi tidur, sih, kena kan lo." Raya, satu-satunya perempuan selain Aura yang berada di sana ikut berujar.
"Udah, lo semua bubar, tempat biasa jam 9 malem." Raksa mengisyaratkan temannya untuk meninggalkan tempat.
Tanpa banyak bicara, empat orang di belakang Aura bergerak. Tapi refleks, Aura menarik tangan Raya yang semula berdiri di sampingnya.
Raya menatap Aura beserta mata perempuan itu yang sudah sembab, lantas melihat Raksa yang memasukkan kedua lengannya di saku celana. "Udahlah, Sa, dia cuma anak kecil!"
Raksa menggeleng, "Minggir lo, balik ke habitat lo!" ia mengusir Raya, membuat perempuan itu berdecih dan tanpa basa-basi meninggalkan mereka berdua.
Aura kira, setelah mereka tinggal berdua, Raksa akan berujar sesuatu yang menyeramkan. Tapi setelah hampir sepuluh menit, Raksa tak berujar sepatah kata pun. Cowok di depannya memunggungi, hanya mondar-mandir sambil menatap langit
Sin1
Tulisan dari jaket yang Aura baca di punggung Raksa. Jaketnya sama dengan empat orang lain yang sebelumnya berada bersama mereka.
"Apa hukuman yang paling tepat untuk orang caper?" Ya, Raksa berujar. Aura masih diam di tempat. "Nama hukumannya adalah... Gak dikasih atensi. Selamat!"
Aura menahan napasnya, tak berani melihat punggung yang kini melenggang pergi, menyisakan suara langkah kaki.
...
Next? 1K comments yuhuuuu..!
Akutuh udah gasabar nulis lagi, ketemu kalian lagi buat kenalin geng baru aku yang namanya Sin1.
Menurut kalian, Kira-kira aja nih, Sin1 itu artinya apa, sih? Yang jawab gak tau atau nyerah aku kasihin ke buaya.
Salam, Bellaanjni
Author jahhat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athrylith Sin 1
Teen FictionAthrylith : Genius (Dalam bahasa Welsh) Menceritakan kelompok sekolah khusus bernama Sin1 yang berisi murid-murid genius. Rencana mengikuti olimpiade ke luar pulau justru membawa petaka. Tersesat, memecahkan teka-teki, jatuh cinta kemudian mati (...