Blok K || Part 2

487 59 5
                                    

"Buruan."

"Bentaran."

"Buruan!"

Aril mendengus sebal, bisa-bisanya Amel meminta tolong padanya disaat dia sedang bermain PS bersama dengan Nino.

"Aril!"

"Bentaran."

"Gue hitung sampe tiga."

"Lima menit."

Oke cukup, Amel nggak tahan lagi. Aril tuh emang selalu bikin dia emosi. Jadi, Amel akan menggunakan cara kasar pada laki-laki itu.

Menarik kerah lehernya.

Faraz masuk tepat saat Aril sedang di seret-seret.

"Raz, tolongin." Rengek Aril.

Faraz menggeleng. "Sori, Ril."

"Dasar pengkhianat!" rutuk Aril mencoba sabar.

Faraz duduk di samping Nino, mengambil stik PS yang tergeletak begitu saja karena sebelumnya dimainkan oleh Aril.

"Tumben lo ke sini?" tanya Nino melirik sekilas.

"Lagi gabut aja." jawab Faraz sambil berdeham.

Faraz dan Nino terus lanjut main.

Sampai,

"Gue nyari kalian sampe muter-muter taunya lagi di sini." Frans datang bersama dengan gitar kesayangannya.

"Stop! Gue lagi nggak ada recehan, lo kalau mau ngamen jangan di sini!" ujar Nino menyetop aksi Frans.

Frans mendelik sebal. "Siapa juga yang mau ngamen di rumah lo! Sorry to say suara merdu gue cuma buat ciwi-ciwi doang."

"Nggak nanya." sahut Nino.

"Emang anjing." balas Frans kesal.

Satya mengusap rambutnya, dia ketiduran di rumah Nino dari siang tadi karena numpang WiFi gratis.

Maklum aja, WiFi di rumah Satya lemot banget kayak otak Cindy.

Saat sadar, ia malah disuguhi muka kesal Frans dan kedua temannya yang asik bermain PS.

"Nggak pada keluar?" tanya Satya.

Faraz menggeleng. "Nggak."

"Tumben?" Satya heran.

Iyalah, gimana nggak heran si Nino kan bucin Gracia banget. Kemana pun dan kapan pun selalu ngintilin gadis itu, tapi sekarang malah betah di rumah sambil main PS.

Faraz juga, biasanya anak itu selalu stay di rumah karena selalu ada Cindy yang mampir di rumahnya. Tapi sekarang malah main ke rumah Nino.

Satu lagi, ia menatap heran ke arah Frans yang masih terlihat kesal. "Lo kenapa nih?"

"Coba tanyakan pada Kaki gue, mulut gue nggak mau jawab." jawab Frans sambil mengangkat kakinya ke arah wajah Satya.

"Nggak jelas banget kalian, bisa ikutan aneh nih gue lama-lama di sini. Bye gue mau keluar dulu." ucap Satya kabur.

***

"Cindy ayo kita masak-masak." ajak Arya.

Saat ini keduanya sedang main di dapur rumah Indy. Mau belajar masak katanya.

"Ayo, kita mau buat apa?" tanya Cindy.

"Pepes ayam." sahut Arya.

Kompleks 48 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang