12. Bersama

19.2K 2.1K 104
                                    

Spam komen yorobun✌️
Terima kasih

Btw, aku tadi salah publish. Aku publish yg  chapter 15 kayaknya  wkwk. Jadi, aku unpublish gitu deh. Buat yg udah baca. Diem bae jan spoiler🤣

***

Keheningan terjadi di sebuah kamar mewah bernuansa aesthethic di penuhi dengan furniture berwarna krem beraroma cokelat itu. Seorang pemuda tampan dengan balutan kemeja putih dengan sedikit garis putih dikerahnya dan dua kancing teratas yang terbuka, menampilan kaos hitamnya. Dia memandang sosok perempuan yang sedang terlelap sesekali menyingkirkan sehelai rambut yang menutupi wajah cantik sang gadis. Terkadang dia tersenyum melihat gadis itu berguman tidak jelas tentang dia yang bukan bersal dari dunia ini.

Sangat lucu. Apa Flora sedang bermimpi?

Dia, farrrel.

Memandang sang adik dengan sorot sisa kesedihan yang masih tertera di wajah tampannya. Setelah acara menangis dan memeluk di taman belakang sekolah, Flora tertidur di dada Farrel, mungkin kelelahan karena menangis. Jadi, Farrel meminta izin pihak sekolah untuk membawa adiknya pulang dengan alasan Flora sedang sakit.

Mengingat kejadian itu, membuat hati Farrel kembali sakit. Farrel ingat, saat mendapatkan kabar dari Eza tentang Flora dan Leon. Dia segera menuju ke koridor tempat mereka ribut, tapi dia tidak mendapatkan siapapun disana. Membuat dia kalang kabut mencari sang adik. Dia mencari ke semua sisi sekolah yang sering di datangi Flora. Mulai dari kelasnya, ruang musik dan uks. Tapi, tak kunjung menemukan Flora.

Sampai kemudian, dia pergi ke taman belakang tapi tidak ada siapapun disana. Saat itu Farrel duduk di bangku taman sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan nya, sampai dia mendengar isakan seorang gadis yang dia yakini di balik pohon.

Sakit, itulah yang dia rasakan saat itu

Flora, adiknya menangis kembali dengan lebih parah. Sosok itu lemah, berusaha menghentikan tangisnya dengan memukul dadanya. Farrel ingin langsung memeluknya tapi rasa gengsi masih dia rasakan, dan bagaimana kalau Flora menolaknya.

Sampai sebuah suara lemah itu mengucapkan kalimat demi kalimat yang dia benci, adiknya bilang ingin pergi. Tidak, dia tidak akan membiarkan itu. Bodoamat dengan kegengsian dan kekecewaan pada adiknya atau bahkan penolakan, dia tidak bisa menahan nya lagi. Dia segera mendekap tubuh ringkih yang bergetar itu. Bisa dia rasakan tubuh itu menegang sesaat, tapi kemudian kembali menangis dengan keras dengan segala kalimat sialan yang di ucapkannya.

Farrel tidak menyangka adiknya selemah ini, dia pikir adiknya sosok wanita kuat dengan segala sifat yang selama ini dia perlihatkan kepadanya. Dia berjanji tidak akan pernah meninggalkan adiknya lagi seperti dulu, dia akan melindunginya.

Tangan Farrel mengepal dengan mata memerah, sampai dia melihat pergerakan dari sang adik yang perlahan mengerjapkan mata pelan terlihat lucu, pikir Farrel.

"Kakak, kok Flora udah di kamar. Perasaan tadi di  sekolah deh." Tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

Farrel membantu adiknya bangun dan bersandar di badan ranjang. "Aku bawa kamu pulang, kamu sakit. Lagian, gak mungkin kan kamu masuk kelas dengan wajah jelek seperti itu." Pukulan pelan di dadanya di daratkan sang adik.

"Ish, udah bolos malah ngatain. Kakak nyebelin." Flora mengembungkan pipinya.

Farrel dia menyentuh pipi gembung sang adik dengan jari telunjuknya dan menusuknya seperti balon, setelah itu mengelus pelan pipi sang adik. "Kamu emang beneran sakit kok, apa kata dokter? Kamu harus istirahat selama 3 hari. Nakal." Farrel menyentil dahi Flora pelan.

A Love : The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang