14. Manis

18.4K 1.9K 132
                                    

***

"Mau aku bilang apa juga kamu gak mungkin percaya kan? Yaudah kamu tanya sama bu Maya bentar lagi," Flora melanjutkan acara belajarnya dan kembali berujar. "Jadi, jangan ganggu aku."

Leon, dia memutar bola matanya malas. Tapi, tetap menuruti ucapan Flora dengan lanjut memelototi soal soal di hadapan nya.

"Siang Leon, Flora. Gimana, ada kesulitan gak sama soal soalnya?" Tanya bu Maya yang datang tiba tiba memecahkan aura permusuhan antara mereka. "Oh ya Leon, ibu buku penjelasan yang lebih lengkap. Ada beberapa yang gak ada di Lks kamu," lanjut bu Maya seraya melirik soal soal Leon. "Contohnya soal ini," bu Maya menunjuk salah satu soal Leon.  "Loh ternyata sudah kamu kerjakan. Bagus Leon, ternyata pengetahuan kamu lebih besar. Pertahankan ya, kamu juga Flora. "Ibu tinggal ya anak anak, masih mau ngurusi lomba matematika. Hari ini Lily gak bisa gabung sama kalian, dia ada latihan khusus sama salah satu guru matematika. Besok dia bisa latihan sama kalian lagi." bu Maya meninggalkan keheningan kembali.

Cih, pilih kasih.

Itu pemikiran Flora atas apa yang Lily dapatkan. Pelatihan khusus katanya? Benar-benar.

Flora menyadari tatapan Leon yang begitu intens, gelagapan. Dia hanya bisa menundukkan wajahnya berpura-pura fokus pada soal di depannya, sejujurnya dia tidak fokus sama sekali.

"Eh Leon, aku ke kamar mandi dulu ya. Bye." Tiba tiba Flora beranjak membereskan buku bukunya berniat meninggalkan Leon. Belum juga ada selangkah, Leon sudah menahannya.

"Gak usah cari alasan." Tatap tajam Leon

"Aku? Alasan? Enggak kok, perut aku sakit banget nih. Aduh." Flora meringis memegang perutnya. "Lo sendiri yang bilang, gue gak bakal percaya sama lo. Duduk." Skakmat, sekarang Flora menyesal mengatakannya. Menghela nafas Flora berucap "Yaudah sih, kamu gak perlu tau. Aku tau darimana, aku rasa itu bukan urusan kamu juga."

"Gue gak nanya."

"Hah, nyebelin banget sih kamu." Tanpa sengaja Flora bangkit tiba tiba mengakibatkan kedua lututnya kepentok meja. Dia meringis pelan.

"Syukurin, lagian geer banget sih lo. Gue nahan lo disini bukan karena apa, tapi takut bu Maya nyariin lo. Gue yang repot." Flora hanya melotot mendengar ucapan Leon. Iblis tetaplah iblis, gak punya hati sama sekali pikir Flora. Flora pasrah duduk kembali.

Tanpa terasa mereka berdua mulai nyaman dengan keadaannya itu, mereka mulai santai satu sama lain. Terkadang, Flora membantu Leon menjawab soalnya ketika Leon kesusahan begitu juga sebaliknya. Sepertinya mereka mulai bersikap profesional dan mulai mengesampingkan urusan pribadi mereka.

"Hai Flo, lo lagi belajar ya." Ucap tiba tiba seorang pemuda berdiri di samping Flora.

"Udah tau kan aku emang belajar, kenapa nanya?" Flora menjawab dengan nada malas, dia tau pemuda itu adalah Eza. Dia datang bersama Nando yang hanya diam. "Anjir Flora, lo gitu banget sama abang ganteng. Asal lo tau, cewek pada ngantri dapetin gue secara gue paling cakep." Aku Eza sombong.

Flora mendengus mendengarnya. "Buktinya aku gak ngejar kamu dan ada yang lebih tampan dari kamu." Sontak ucapan itu membuat gelak tawa dari Nando bahkan bibir Leon juga berkedut, tak ada yang melihat bahwa dia menahan tawa.

Eza gelagapan, "ya ya jelas lo ngomong gitu, orang mata lo cuma liat Leon Leon dan Leon. Ya pasti Leom paling cakep di mata lo." Eza mencoba membela diri.

"Ih enggak tuh, siapa yang liat Leon. Aku udah gak suka ya sama Leon, dan yang aku maksud lebih tampan dari kamu itu abang aku. Karena dia gak sedang ada disini, jadi yang lebih tampan dari kamu itu Nando." Ucap Flora seraya meninggalkan mereka bertiga kebetulan bel masuk telah berbunyi tanpa menanggapi keterkejutan mereka.

A Love : The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang