25. Masa Lalu

12.5K 1.5K 352
                                    

Happy Reading!!

Karena Vote di chapter sebelumnya gak sampe 500 jadi aku gak double up!
Tapi, jangan bersedih kawan, part kali ini lebih banyak yeayyyy karena komen kalian nyampe 200++ aaaa Nap seneng deh!!

***

"Ini gimana?" Tanya Leon pada Flora yang ada di depannya. Saat ini mereka berdua berada di ruang tamu rumah Flora. Mereka duduk di bawah tanpa sofa. Buku-buku terlihat berserakan dimana-mana. Keduanya fokus mengerjakan soal-soal masing-masing.

"Kok tanya aku. Aku junior kamu." Sarkas Flora

"Waktu itu di perpus lo bantuin gue. Lo gak boleh pelit sama ilmu yang lo dapet."

Flora mencebikkan bibirnya. Kenapa Leon yang ada di depannya ini cerewet sekali dan masa iya bodoh? Di novel, Leon itu sangat cerdas. Bahkan soal yang belum dia pelajari di kelas, dia sudah mempelajarinya.

"Woy, gue sama lo ya."

"Gak semua pelajaran kelas tiga aku bisa. Aku belum lulus sekolah. Jadi, ada beberapa soal kamu yang emang belum aku tau. Aku kelas tiga cuma sampe awal semester doang."

"Jadi, lo udah kelas tiga di dunia lo?____" Leon terlihat mengingat mengingat sesuatu.

____pantes, waktu itu lo tau soal-soal pelajaran gue." Lanjutnya menatap tepat mata Flora yang justru membuat yang di tatap gelagapan. Ketampanan Leon bukan main-main. Dia pemeran utama, wajahnya tuh sangat tampan, setampan Farrel. Tapi, karena Leon pemeran utama. Rasanya Leon di kelilingi oleh cahaya terang di dekatnya.

"Woy, lo sering banget ngelamun."

"Hah?"

"Lo napa ngeliatin gue?"

"Lo____ tampan." Ucap Flora tanpa sadar

Sontak kuping Leon memerah mendengar penuturan Flora barusan. Ada apa dengan Leon, dia sering mendengar semua orang bahkan Lily juga sering menyebutnya tampan. Tapi, kenapa saat Flora yang mengatakannya. Perasaannya seperti di gelitik.

Flora segera membalas setelah mendapatkam kembali kesadarannya. "Aku kebetulan tau yang itu, tapi yang ini___"

Flora mencoba melihat soal-soal Leon dari dekat. Flora tidak tau jika wajah Leon semakin memerah setelah menghirup wangi vanilla dari tubuh Flora. Apa shampoo Flora? Entahlah.

"Woyy jan deket-deket." Dorong Leon dengan jari telunjuknnya ke arah kepala Flora.

"Ishhh, aku cuma mau liat." Dengus Flora.

"Ya-ya gak usah deket-deket juga." Balas Leon sembari melirik ke segera arah. Jangan salah faham, Leon hanya berusaha menghindari tatapan Flora. Dia juga tidak ingin menatapnya kok.

"Huh, aku gak ngerti soal kamu. Coba tanya pacar kamu nanti."

"Lily itu olim matematika, mana faham kimia apalagi kelas tiga."

"Ya deh terserah kamu, iel."

Panggilan itu lagi. Leon tidak bisa biasa saja setelah mendengar panggilan itu. Dia kangen disebut dengan itu dari gadis kecil yang dulu sering memberinya permen lolipop itu. Tapi, itu sudah lama sekali. Hanya panggilan anak kecil, dan anak kecil itu adalah Lily.

Tidak ada yang mengetahui panggilan itu selain dirinya dan Lily. Mungkin, Lily sudah melupakan panggilan itu karena semenjak mereka bertemu kembali. Lily sudah tidak pernah memaggilnya dengan nama itu. Leon tidak mempersalahkannya toh mereka sudah besar juga. Ya, walaupun sebenarnya dia menyukai panggilan itu.

A Love : The VillainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang