1'🐧

62 10 0
                                    

Tubuh terasa remuk, apalagi hawa yang nampak berbeda dengan ruang tidurnya menjadi alasan yang tepat terbangunnya dari tidur yang terasa singkat.

"Hm?"

Dahinya menyerngit akibat heran, tubuh sulit digerakkan dan pandangan seluruhnya gelap tak nampak apapun.

Lantas Ia mencoba bangun, saat itu pula terang dari celah jendela merayap masuk memenuhi ruangan, keadaan gelap hilang walaupun bukan sebab cahaya yang masuk melalui jendela tapi sebab netranya tadi kehilangan fungsi sementara.

"Eh?"

Asing yang didapat, tiada satupun hal yang sama seperti  ruangan miliknya. Ia kembali keheranan disertai bingung kala netra mendapati sosok yang tak asing dalam jangkauan. Ditambah, sosok itu nampak sama dengan keadaannya, terkejut pula syok.

"E-eh. K-kamu siapa?""

Suara lembut seperti suara milik Irino Miyu yang kerap Ia dengar dalam serial Haikyuu. Benar-benar terasa nyata, sosok yang tengah memandang dengan raut yang sulit dijelaskan itu benar-benar terasa nyata. Sejenak si gadis fikir Ia masih dalam buaian sang mimpi, namun ini terlalu nyata dibandingkan dunia fantasi alam bawah sadar. Otaknya tengah berfungsi dengan benar, namun visual yang nampak seperti tidak benar. Tapi ini nyata!

Kedua mata si gadis membecek, basah pula jatuh melewati pipi sebab debit yang melebihi kapasitas, hingga membuat sosok itu tambah bingung.

"A-aku..."

Si gadis tak tahu mesti berucap apa, otaknya kesulitan berpikir akibat rasa pening pada kepala muncul tak diundang.

"A-aku..."

Hanya satu kata yang terulang, sang sosok tak sabaran hingga tubuh si gadis diguncang pelan, bahu mungil si gadis dicengkram meminta atensi.

"H-hei, Kau tak apa?"

"A---k-kamu Sugawara Koushi, kan?"

Tangan tanpa sadar terulur menyentuh pundak si sosok, Sugawara Koushi-lah. Sugawara nampaknya terkejut akan gadis yang tak jelas akan munculnya itu mengetahui namanya. Beku diam membisu. Hanya saling pandang dengan dua raut rumit. Baik Sugawara maupun Ichi, si gadis, keduanya sama-sama tidak mengerti akan kejadian pagi ini.

Terbangun bersisian, bangun diwaktu bersamaan. Terakhir, keduanya berada di tempat yang asing bagi kedua adam hawa tersebut. Padahal sebelumnya, mereka tidur di ruangan yang berbeda. Hanya sendirian, bervisualkan jauh berbeda dari yang kini terlihat.

Tambahan, yang Ichi tahu sosok yang dilihat dan dengar langsung suaranya itu hanyalah tokoh fiksi, tidak nyata dan hanya sebagai inspirasi. Tapi kenapa sekarang?

Terlalu nyata...

Namun jauh dari logika.

🐧

Langkah kaki penuh keraguan, pula tanya yang mendominasi. Beberapa kali lelaki surai abu melirik gadis yang berjalan mengekorinya.

Ada rasa ragu untuk membawa gadis itu ke apartemennya namun si gadis tiada punya tempat tinggal menurut pengakuan. Bahkan hanya sepotong nama yang di sebut oleh sang gadis kala si lelaki bertanya. Hanya Ichi, tanpa marga atau apapun itu.

Si lelaki masih bertanya pada diri, apa pilihan membawanya menuju apartemennya adalah tindakan benar? Bisa saja si gadis adalah orang jahat, berpura-pura lemah dan meminta untuk membawanya pula kala lelaki itu berniat pulang.

Namun jika memang orang jahat, untuk apa pula mengincarnya. Si surai abu bukanlah orang yang istimewa, hanya seorang mahasiswa semester awal yang kini menyewa sebuah apartemen di kota megapolitan. Tiada yang istimewa, uang hanya punya secukupnya bukan orang yang tergolong atas, pula bukan orang yang pantas dicuri harta bendanya.

Siapa sangka pula ternyata tata letak apartemen si surai abu tak jauh dari tempat keduanya terbangun di pagi tadi, namun sang adam memilih jalan memutar, bukan bermaksud berlama-lamaan dengan sang hawa namun masih memilah keraguan serta memikirkan hal yang Ia lakukan apakah telah benar.

"Komohon jangan bawa aku ketempat itu!"

Nada bentakkan sedikit keluar sebab penolakan. Jangan kantor polisi, berbahaya dan bisa saja si Ichi di macam-macami sebab Ia adalah orang dari dunia lain.
Raut si gadis begitu melas, memandang dengan mata berkaca-kaca pada si lelaki yang kini memalongkan wajah. Iba sebenarnya.

"K-kumohon, Sugawara-san. Aku berjanji tidak akan membebanimu, bawa aku bersamamu."

Berlutut sang hawa pada sang adam, meminta dikasihani. Tiada seseorangpun yang dapat Ia tuju sekarang selain lelaki abu yang masih tak tahu mengambil arah apa.

Haruskah Ia tolong gadis asing tersebut? Apa justru tinggalkan saja dikantor polisi, agar bisa diselidiki?

"Aku tidak akan meminta apapun padamu selain tempat bernaung sementara, aku tidak akan meminta sandang pangan jadi kumohon..."

Runtuh pertahanan Sugawara, tak mampu si lelaki untuk tidak menolong si gadis. Wajah melas nampak lemah, seperti tak punya alasan untuk hidup.

"Kalau begitu baiklah..."

Lelaki itu terlalu baik...

[Day 1|pagi yang menyesakkan]...[699 word]

Incontrare Project ft. Sugawara Koushi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang