Mungkin hujan akan terus jatuh seharian dan ajaibnya sang adam tak ingin lepas dari laptop yang menampilkan dorama yang nampaknya sangat menarik. Sugawara Koushi duduk dengan tangan berpangku pada meja, wajah nampak serius pada layar yang menampilkan kisah.Bolehkah Ichi tertawa sekarang? meski tadi malam kalut berkuasa kini gadis itu kembali dalam mode ceria. Kekeh kegelian menguar dari tempat berdirinya, tak tahu malu kala melihat tanpa izin pemilik layar dari kejauhan. Lantas Sugawara sadar, menoleh kepala abunya pada sumber suara yang mana sumbernya terletak cukup jauh dari titik diam si lelaki.
"Mau ikut nonton? Sini, tidak perlu malu, Ichi."
Deheman singkat gadis yang terciduk pelan terdengar, langkah canggung bergerak menipiskan jarak. Lantas duduklah sang hawa samping sang adam, langsung fokus pula pada dorama yang di tampilkan.
"Maaf Sugawara-san, kalau aku mengganggu," katanya.
Jelas Ia merasa bersalah sebab waktu sendiri si lelaki diganggu olehnya.
"Tidak apa, santai saja."
Entah halusinasi atau apa, tepukan pada pucuk surai hitam Ichi terasa menyengat. Ah, sungguhan?
Ditepuk begitu saja telah membuat jantung bereaksi berlebih, dan badan yang merinding sesaat dan apa-apaan sengatan yang terasa aneh dirasa olehnya? Ichi akan gila kalau seperti ini terus.
Ichi merasa energinya full 150 persen
_
Mungkin kemarin jelas membuat sang jiwa kesakitan, namun hari ini terasa seperti obat. Jiwa si gadis pulih, apalagi kini Ia dan si lelaki berbincang bebas ditengah hujan yang mengguyur diluar sana.
Bolehkan Ia tertawa setelah kesedihan merundung Ia seharian semalam? Tentu boleh, kan. Lagipula memang begitulah sifat si gadis, mood yang mudah berubah-ubah disetiap waktu. Apalagi kini hampir berakhir, tak sampai satu hari jika dihitung mulai tengah hari di hari keenam ini.
Sejak waktu makin bergerak cepat, si gadis lantas mengingat seluruh waktu yang telah Ia lalui. Lantas apa selanjutnya? Apa harus Ia mencari tahu alasan apa yang membawanya kesini, atau tetaplah diam hingga akhir dan setelahnya, lupakan.
🐧
"Sugawara-san, saat aku pergi nanti tolong lupakan semua yang terjadi ya."
Entah dorongan dari mana sang hawa berucap seperti itu ditengah malam yang diguyuri hujan yang tiada mereda.
Sang adam kebingungan, atensi bingung tertuju pada sang hawa yang duduk anteng di pangkuan futon, di peluk lembut pula oleh selimut. Udara begitu dingin dan Ichi tidak menyukainya.
"Maksudmu apa? Kau sudah mengingat semua tentangmu?" Sejak awal Ichi berkata pada si lelaki kalau Ia melupakan semuanya yang ada di dirinya, hanya nama dan itupun hanya sepenggal.
"Entahlah, yang pasti terima kasih telah bersedia menampungku Sugawara-san."
Jawaban si gadis tak memuaskan sang adam, Sugawara berdecak kesal lantas berlalu menuju ruang pribadinya. Kamar si lelaki. Ichi sama sekali tak berani kesana sebab area tersebut jelas merupakan area ber-privasi.
Langkah yang nampak tak sabaran kini kembali, Sugawara kembali dengan sebuah kotak beludru hitam yang manis.
Duduk sang adam dihadapan si gadis, lantas di keluarkan suatu benda yang membuat si gadis terbelak tak percaya.
"Ini..."
"Milikmu. Sejak awal aku tahu kalau Kau akan kembali kepadaku walaupun Kau kembali tak mengingatnya."
"M-maksudmu?" Otak masih ber-loading ria, berputar mencari titik jelasnya. Parcayalah, hanya buram yang dapat di pantulkan oleh pikiran.
Tangan si lelaki bergerak, mengambil benda yang berada dalam beludru. Sebuah kalung berliontin hitam mengkilat, Ichi tahu itu miliknya namun telah hilang beberapa tahun yang lalu.
"Kau benar-benar melupakannya?" tanya Sugawara, ada kecewa disana.
Padahal... "...saat nanti aku pergi, lupakan semuanya yang pernah kita lakukan ya?"
"Kau ingin pergi? Kenapa?"
"Aku bukan dari dunia ini Koushi, tapi sebagai kenang-kenangan dariku simpan kalung ini ya? Mungkin suatu saat nanti aku akan kembali."
"Aku akan menunggu."
"Jangan menunggu, aku tidak yakin..."
"Aku tak mengerti Sugawara-san." Bahkan gadis itu tak memanggil si lelaki dengan nama kecilnya. Rumit dipikir sang gadis, kapan Ia pernah kesini sebelumnya?
"Kiyounara Nuichi---"
Deg!
Bersamaan dangan sang adam menyebut namanya, tangan itu pula menarik menyingkirkan selimut yang membungkus tubuh si gadis.
"Aku menunggumu tapi Kau melupakannya, bahkan Kau nampak berbeda dari terakhir kita bertemu."
Nadanya sendu, lepas telah seluruh rasa yang ditahan semanjak kecurigaan. Tangan Sugawara kini bergerak memakaikan sang kalung, sedang Ichi masih mencerna belum dapat mendapat titik terangnya. Ia pernah ketempat ini? Tapi kapan dan bagaimana bisa?
[Day 6|jujur saja?]...[678 word]
KAMU SEDANG MEMBACA
Incontrare Project ft. Sugawara Koushi
FanfictionStatus: end - apple collab "Bertemu denganmu adalah takdir... adakah hal yang mesti kuperbuat setelahnya?" [] A---K-kau Sugawara Koushi. kah? Kiyounara Nuichi jelas tidak pernah menyangkanya... Dan ini jelas begitu semu dipikirnya... . Sugawara Kou...