1 ; Secretary Kina

115 16 7
                                    

Gadis itu mematut bayangannya di cermin dengan senyuman manis. Ia memandangi dirinya puas saat riasan serta pakaian yang ia gunakan hari ini terlihat sangat pas padanya. Matanya beralih pada handphone yang tiba - tiba berdering dari atas meja. Tangannya lalu meraih benda persegi empat itu untuk menjawab panggilan yang masuk.

"Ha—"

"Lo dimana, Kina?! Udah hampir jam tujuh nih, lo mau telat di hari pertama lo kerja?" Potong suara di ujung sana.

Kina menjauhkan handphonenya dari telinga. "Iya - iya ini bentar lagi otw. Jangan lebay deh."

"Dari dulu gak pernah berubah emang. Wren udah nungguin lo dari setengah jam yang lalu di lobi kantor. Lo sengaja bikin calon suami gue nunggu ya?" Omel Freya— teman Kina.

"Gak ih, lo kaya gak tau gue aja. Gue tuh harus cantik, kan hari pertama kerja. Lo juga yang bilang tahun ini gue harus dapet pacar," Kina kembali merapihkan helaian rambutnya.

Dari seberang sana Freya mendesah pelan. "Yaudah cepet sana berangkat! Sampai lo telat, gue tabok ntar!"

"Iyaa, cerewet lo ah." Kina menutup panggilan teleponnya.

Ia melangkah keluar dari apartemen mewahnya dan menghirup udara segar di pagi hari yang rasanya sudah lama tak ia hirup. Belakangan ini hidupnya berantakan karena sudah tidak bekerja. Sampai akhirnya Wren yang merupakan calon suami temannya— Freya, berkata bahwa ia akan resign dari sebuah perusahaan yang sudah sejak lama Kina idam - idamkan. Bagaimana tidak? Perusahaan itu adalah salah satu perusahaan terbesar di Asia yang menciptakan berbagai macam produk. Belum lagi, rumornya orang - orang yang bekerja di sana adalah orang yang terampil dalam pekerjaan dan juga terdiri dari kalangan manusia good-looking.

Sejak awal Kina lulus dari kampusnya, ia ingin sekali melamar dan bekerja di sana. Namun mengingat begitu banyak pesaing yang tidak main - main kualitasnya, Kina merasa tidak percaya diri dan menunda hal tersebut. Ia memutuskan untuk bekerja di sebuah perusahaan lain selama setahun semenjak saat itu. Tapi beberapa minggu yang lalu semenjak ia mendengar bahwa Wren akan resign dari perusahaan itu dan menawarkan Kina untuk menggantikan posisinya yang saat itu merupakan sekretaris direktur utama, tentu saja Kina menerima penawaran tersebut dengan senang hati. Ia langsung menyiapkan surat lamaran dan segala macam dokumen yang diperlukan, serta tak lupa mengundurkan diri dari perusahaan hasil 'pelariannya'. Walaupun ia tahu bos pemilik perusahaan itu melarangnya, Kina tetap pada pendiriannya.

Di sinilah Kina sekarang, di lobi gedung yang luasnya membuat Kina ingin berguling - guling saking senangnya. Saat tengah asik menelisik isi gedung, tiba - tiba saja suasana gedung mendadak ramai dengan bisikan. Kina menoleh, mencari sumber keributan. Begitu pandangannya mengedar, ia mendadak berhenti bernapas. Ia paham sekarang mengapa para perempuan di sini terpekik kecil dan ikut - ikutan menahan napas— seperti dirinya.

Ia melihat seorang pria yang luar biasa tampan dengan setelan jas mahalnya sedang berjalan melewati lobby kantor. Sebuah pertanyaan langsung berkelebat di otak Kina. Siapa dia?

"Kina," panggil seseorang yang tiba - tiba hadir di belakang Kina.

Ia menoleh. "Eh, Wren. Maaf - maaf gue lupa ngabarin udah nyampe."

"Gak apa - apa. Lo udah siap kan?" Tanya Wren. Kina melongo sejenak dan membuat Wren meringis kecil. "Gue lupa banget kasi tau kalau Pak Theo minta ketemu sama lo."

"Lah kok? Katanya kemarin gue gak pakai wawancara."

"Ya gue juga gak tau, kan yang bos dia." Balas Winwin. "Udah, santai aja. Dia gak bakal nanya yang macem - macem kok. Standar lah, pertanyaan buat sekretaris baru."

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang