pencet bintangnya boleh dong readerku yang budimaan..:) makasiihhh 😚
-Pantat sudah duduk di sofa panjang ruang tengah kediaman Park Jimin. Namun Kim Ara memijat keningnya makin keras. Memang, kepalanya terasa semakin pusing. Tak ia pungkiri jika alkohol yang ia teguk semalam cukup berpengaruh apa yang sedang ia rasakan saat ini. Tidak sampai mabuk, tapi cukup membuat Ara mual.
Pikirannya semakin pusing dan penuh saat ia tak sengaja menyerempet Park Jimin. Cukup beruntung sebenarnya karena pria itu tak menyeretnya ke kantor polisi. Bisa selesai hidup Ara jika polisi sampai tahu dia dalam kondisi terpengaruh minuman keras.
"Kau baik-baik saja?" Suara rendah itu mengagetkan Ara. Sontak ia menoleh ke sumber suara. Ya, Namjoon yang kini sedang memberikan segelas air kepada Ara.
"Dirumah ini hanya ada softdrink, sepertinya itu tidak bagus untuk kamu dengan kondisi seperti ini,"
Ara tersenyum canggung. Lalu menerima air putih sambil mengucapkan terima kasih yang hampir tak terdengar. Kemudian meneguk habis air putih itu. Pria berlesung pipi itu tersenyum tipis, terlihat dimplenya. Manis sekali.
"Maaf, saya memang sangat haus," ucap Ara sambil meletakkan gelas kosong di atas meja, melirik sebentar pria yang kini sudah duduk di sofa single sebelahnya.
"Uhm, saya sebenarnya ada urusan penting di kantor. Saya bisa titip Jimin kan? Dia sekarang tidur. Ohya, kamu bisa istirahat di salah satu kamar tamu di sini," ucapnya sambil menunjuk beberapa pintu yang berderet pada salah satu bagian sisi rumah ini. Ara mengangguk mengerti.
"Oiya, satu lagi. Jimin kadang keras kepala, tapi dia sebenarnya baik hati. Kamu jangan terlalu bersengketa dengannya. Kalau begitu saya pergi dulu," Namjoon pergi setelah melihat jam mewahnya.
Jangan bersengketa? Baik hati? Huh, sepertinya terkesan sebaliknya. Ucapan Namjoon tadi justru membuat asumsi berbeda terhadap Jimin. Pikir Ara.
-
Ara membuka mata. Mengendurkan sedikit urat-urat yang tegang setelah tidur. Cukup puas, kepala juga sudah tidak pusing setelah cuci muka. Ya, gadis itu hanya cuci muka. Bagaimana bisa dia mandi jika pakaian saja tak bawa.
"Astaga!" Ara melonjak dari tempat tidur saat menyadari jika sudah tidur hampir 2 jam. Dengan ragu-ragu melangkahkan kaki hingga di depan pintu kamar utama. Mengetuk perlahan dan membuka gagang pintu setelah mendapatkan izin dari si empunya kamar.
Saat memasuki kamar, terlihat Jimin duduk bersandar di headboard kasur King Size nya. Dia menatap Kim Ara sebentar, lalu kembali fokus pada laptop di pangkuannya.
"Obatku ada di nakas, paperbag kecil," ucap Jimin kemudian kembali fokus ke laptop. Ara mengangguk lalu mengambilnya.
"Oh ini harus diminum setelah makan. Aku akan memasak bubur sebentar," ucap Ara.
"Jangan terlalu asin, aku tidak suka,"
"Ya," Ara menjawab seperlunya lalu pergi kedapur.-
Di dapur,
Bukannya menggerutu karena harus memasak. Tapi Ara kesal sikap Jimin yang sok Bossy. Perlu diketahui ya, Kim Ara bukan orang miskin.
Punya toko kecil yang lumayan ramai di salah satu sudut Seoul membuatnya mempunyai kuasa. Yaa, setidaknya untuk para pegawainya. Jadi tak perlu diperintah seperti pembantu. Pikir Ara.
Sambil menahan kantuk, gadis manis itu menguap. Mengambil beberapa bahan masakan untuk membuat bubur. Entah mau suka atau tidak, dia tetap akan memasaknya. Jimin harus menyantapnya. Toh tidak bakal Ara beri racun.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE
FanfictionAwal pertemuan yang tak pernah diduga Dan berakhir dengan rasa ingin memiliki Jimin tak mau melepaskan Ara Meski Ara tak menyukainya, tapi hanya kepada Jimin tempatnya untuk melepas beban. -DESIRE- -Slow update- ⚠️ Rate akan meningkat sembari menyes...