7

16 3 0
                                    

Warning: typo bertebaran

males edit ulang


Jimin tahu, dia harus istirahat. Matanya sungguh tak bisa diajak kompromi. Dia harus memejamkan mata barang sebentar. Paling tidak di perjalanan menuju klien barunya. Ada waktu 15 menit jika perjalanan lancar.

Perlahan matanya menutup dan dengkuran halus terdengar dari kursi belakang mobil mewah itu.

Sebelumnya, sang sopir sudah diwanti-wanti untuk membangunkannya. Dan satu lagi, mereka harus turun di basement. Jimin tak mau bare facenya terlalu kentara.

Alhasil, dia kini menikmati jam istirahatnya dengan tidur di mobil.

Sebelum Jimin bertemu dengan kliennya, dia wajib mengecek penampilannya. Jimin sebenarnya sangat malas jika harus masuk ke dalam toilet umum. Tidak higienis menurutnya. Namun, ini adalah toilet hotel mewah. Jadi, maka mungkin tidak higienis? Sudahlah, Jimin akan menurunkan sedikit egonya.

Bersama sang asisten, Jimin melangkah dengan gagahnya. Namun, ujung matanya menangkap seseorang yang sangat ia kenal keluar dari dalam lift.

Lalu, ia mengambil ponselnya.

"Halo Irene, Kau dimana?"

"A-ah, aku sedang di tempat ayah. Kenapa sayang?" jawabnya dari seberang.

"Oh, ya sudah kalau begitu. Aku pikir kita bisa bertemu sebentar, salam untuk ayah," Jimin langsung mematikan panggilannya.

"Cih, dasar jalang!" umpatnya pelan. Pasalnya, Jimin melihat kekasihnya itu sedang bergelayut manja dengan seorang pria.

Jimin sebenarnya tidak peduli. Setelah urusannya dengan klien selesai, sesegera mungkin harus menyelesaikan hubungannya dengan Irene. Bukan karena patah hati, tapi karena Jimin benci dikhianati.

Sementara itu, Kim Ara sedikit was-was melihat kondisi di luar kedainya. Ji Hoon, mantan kekasihnya sempat menghubunginya. Ara takut jika pria itu menghampirinya sampai ke tempat usahanya.

"Kau tenang saja, jika dia muncul, aku akan panggil polisi," Ciara menenangkan.

Kim Ara pantas menghela nafas lega. Karena, sampai hari beranjak petang, Ji Hoon tak juga menunjukkan batang hidungnya. Mungkin pria itu sedang banyak pekerjaan, syuting drama atau iklan televisi.

Ya, Ji Hoon adalah seorang aktor yang sedang naik daun. Dulu hanya seorang pemuda miskin yang akhirnya mujur karena bertemu dengan produser.

Namun Ji Hoon yang penyayang berubah menjadi kasar setelah berhasil membintangi drama yang melejitkan namanya. Ara hanya menganggap jika itu adalah sebuah fase dimana kekasihnya bisa saja kembali menjadi penyayang. Namun, setelah berusaha selama satu tahun lebih untuk bertahan dan berharap, Ara mulai tak kuat setiap sifat kasar kekasihnya itu.

"Kau baik-baik saja?" Ciara menatap cemas kepada temannya itu.

"Aku hanya takut dia akan menemukanku. Sebaiknya aku tetap di apartemen," Terlihat jelas jika Ara masih khawatir setelah semalam ia mengirimkan psan untuk putus. Jelas saja, Ji Hoon tak menerimanya. Namun, ponsel sudah Ara matikan sejak saat itu.

"Kau pulang saja, biar toko aku yang tunggu. Masih ada waktu dua jam lagi untuk tutup. Atau, kita tutup saja sekarang?" Ciara sungguh mencemaskan Ara.

"Tidak, jangan. Masih banyak pelanggan yang datang. Hmm, aku akan di sini saja sampai tutup. Sepertinya lebih aman,"

Ciara hanya mengusap lengan teman terbaiknya itu. Ciara tahu benar bagaimana hubungan toxic yang selama ini Ara jalani bersama Ji Hoon. Putusnya keduanya membawa berita baik sekaligus kecemasan tersendiri.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang