4 | Skors XII IPA Unggulan

1.2K 86 30
                                    

" Bagaimana keadaan mu sekarang, Sylvia? Apa kamu merasa trauma atau sesak nafas? " Tanya Pak Kepsek yang duduk di hadapan Aden, " Tolong beritau siapa orang pertama yang memulai keributan tadi. Siapa orang yang melempar mu... 'benda itu' duluan? "

Aden hanya diam, ia melirik kesana kemari tak karuan sehingga Ibu Penjas menjawab, " Rezkia Gardensen dan teman-temannya. Sylvia, kamu tidak perlu takut melaporkan semua perlakuan mereka karena ini tidak bisa dimaafkan. Sayang, apa ini menstruasi pertama mu? Kamu pasti tau itu hal normal bagi gadis muda. Kamu saya izinkan tidak ikut praktek Penjas minggu depan, silahkan belajar di perpustakaan atau di kelas, oke? "

Pak kepsek menggeleng, " Haah... ya sudah. Baiklah, Ibu Karyati, pastikan seluruh siswi dari kelas unggulan diintrogasi di lapangan dan diberi hukuman. Sekalian bilang pada Rezkia, Vernanda dan Putri agar membawa orangtua mereka ke sekolah atau dilarang mengikuti pelajaran Penjas termasuk UN. Sementara kamu, Aden Sylvia, kami akan menginformasikannya pada orangtua mu. " Wajah Aden berubah pucat ketakutan, dia menggeleng cepat dan matanya tak tenang. " Ini semua guna mendiskusikan psikologi mu. Lagipula orangtua mu punya masalah dengan kami, saudara tidak pernah datang ke pertemuan orangtua setiap tahun, tidak pernah datang saat pengambilan rapot mu. Kami akan memberi orangtua mu pilihan home schooling khusus semester satu ini. "

" NO!!! " Bantah siswi itu. Kepsek tersentak karena sekejap ia melihat mata perempuan itu menajam dan warnanya kian membara.

Aden memberontak dan segera lari keluar. Di gerbang sang 'tuan' sudah menunggunya di samping mobil. Sembari menghampiri pria itu, ia menyempatkan diri mengamati sekitar beranda dan mendapati apa yang ia cari: seluruh siswi dari kelasnya ada di sana sedang menertawakan dia. Tapi hari ini sedikit berbeda, sebangkunya terlihat murung dan mengasingkan diri. " Lihat deh, siapa pria yang menjemputnya itu? Tidak mungkin orangtuanya, dia kan anak yatim. " Tanya Rezkia. " Bodo amat, paling 'om-om' yang mau tidurin dia. Pantesan gak pernah kelihatan hamil, orang dia baru menstruasi. " Tambahnya membuat siswi lain tertawa.

Sementara sahabatnya sendiri, Vernanda, hanya diam dengan ekspresi wajah jengkel.

Di mobil dia dan 'tuannya' saling adu diam dalam waktu yang lama. Aden melirik pria itu beberapa kali dengan ekor matanya lalu berbicara dengan gugup, " Ayah, maafkan aku membuat mu datang ke sekolah. " Pria yang ia panggil 'ayah' itu membuang nafas panjang sambil memegang erat tangannya.

" Tapi itu bukan alasan untuk tak 'melayani' saya. Saya juga tak bertanggung jawab bila kamu hamil. Langsung aborsi! Kamu hanya budak, anak mu tidak akan jauh dari itu. "

Aden tertunduk murung.

◆●◆

Hari Senin, jam istirahat

Seluruh siswi dari kelas unggulan dihukum lari keliling lapangan atas apa yang mereka perbuat Sabtu itu. Sang guru datang sambil memutar tali peluit di jari, " Hmh, kemarin kalian melakukan tindakan yang tak pantas bagi anak kelas XII apalagi yang mendapat embel-embel 'siswa unggulan'. Kalian boleh bangga dalam prestasi akademik, tapi kalau soal sifat kalian bahkan tak pantas disebut 'anak sekolah'. Anyway, silahkan mengaku siapa dari antara kalian yang pertama kali melempar pembalut itu pada Aden Sylvia? Siswi dari kelas kalian selalu terjerat kasus bullying. Tolong diingat lagi bahwa Sylvia adalah orang berkebutuhan khusus, kalau tak mau berteman dengannya maka jangan diganggu! Sudah cukup basa-basi, jadi tidak ada yang mengaku siapa yang memulai? "

Seluruh siswi hanya diam berpandangan.

" Baiklah. Terima kasih kepada ulah kalian sendiri, seluruh siswi yang berdiri didepan saya dihukum lari keliling lapangan setiap 10 menit di jam istirahat dalam seminggu. " Guru Penjas berjalan melewati wajah para siswi itu, lalu berhenti di depan Vernanda, " Selama berlari saya ingin kalian renungkan bagaimana jika kalian menjadi Aden Sylvia. " Segera Vernanda membuang pandangan. " Barang siapa yang tak mau melakukan itu, dia akan dihukum dan jika dihukum maka kalian tak diizinkan ikut Ujian Nasional. "

" Gak! " Bantah Rezkia sambil mendekatkan tubuhnya seperti menantang guru olahraga itu. " Kami tak akan melakukannya! Kenapa kami dihukum padahal Sylvia yang terlalu bodoh tidak tau dirinya menstruasi!? " Dia menghadap teman-temannya, " Kita tidak melakukan kesalahan apapun, benar kan? " Sementara siswi-siswi lain masih membisu.

Guru muda itu melipat tangannya, " Begitu? Siapa yang merasa ini bukan kesalahannya silahkan maju ke depan dan pergi dari sini. Bagi yang menerima hukuman, jika kalian membantah maka akan dicoret dari kelas saya. Ingat, gagal satu mata pelajaran saja bisa membuat kalian dipindahkan ke kelas biasa semester depan. Goodbye Rez, kalian yang ada di depan saya silahkan datang ke kantor guru dahulu sebelum lari besok. "

" Guru bangsat! Lo tidak boleh melakukan itu pada kami seenaknya! Tak satupun dari kami mau lari demi Sylvia yang merupakan anak berkebutuhan khusus, dia seharusnya masuk SLB! Teman-teman, ayo kita ke kelas saja! Ini membuang waktu istirahat kita. "

" Hah!? Kamu tadi bilang saya apa!? Bagus, terima kasih lagi kepada Gardensen, Putri dan Vernanda harus di skors sampai kalian membawa orangtua ke sekolah. Pergi kau! "

" Aaah! Fuck! " Keluh Vernanda dan Putri.

Tidak ada yang berani bergerak dari posisi mereka berpijak lalu Putri menarik Rezkia ke barisan, " Ayo, Kia, lakukan saja kali ini daripada lo pindah kelas. " Bisik dia dengan nada bete. 'Dihukum' tidak akan mengubah sifat buruk Rezkia dan teman-teman kelas unggulan lain dalam mem-bully orang lain. Malahan mereka berencana balas dendam dengan perlakuan lebih buruk pada Aden.

" Guru anjing, gara-gara dia kita melakukan ini setiap hari dalam seminggu hanya demi si idiot Sylvia!? " Rezkia berkacak pinggang.

" Biarkan saja, ini tak akan terjadi lagi jika kita berhenti mengganggu Aden. " Tanggap Vernanda yang bete tanpa menoleh ke arah dia. Maka Rezkia akhirnya menyadari ada yang aneh dengan sahabatnya. " Ada apa? "

" Barusan lo... nyebut nama pertama dia? " Rezkia terdiam, dia menyadari ada yang berbeda dari Vernanda sejak insiden itu.

+++----------------------------------------------+++

Btw, aku in love dengan karakter Rezkia. Dia tipe yang gak plinplan dan pendirian kuat. Dia juara 3 umum di kelas, padahal kalau sifatnya 'bener' dia bisa jadi juara 2. Menulis dialog Rezkia mengingatkan ku saat masih SMP, alias aku dulu tukang bully yang suka ngelabrakin anak orang.

'NOT STRAİGHT' CLASSMATE (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang