Pada umumnya orang hanya melihat Aden sebagai remaja ansos yang bekerja sebagai pelacur. Tak ada yang tau tentang keluarga dan berasal dari suku apakah ia, yang pasti siswa-siswi sekelas menduga Aden menjadi pekerja seks demi bersekolah di tempat elit seperti ini meskipun dia tak tampak seperti memiliki rencana melanjut ke universitas. Ada satu hal yang aneh dari semua, jika tak ada yang tau tentang dia, kenapa aku yakin bahwa Aden seorang pelacur? Karena yang menyebarkan informasi ini adalah Rezkia walau Aden tak sekalipun menyangkalnya.
Anyway, sejak kejadian kemarin aku tidak lagi berani berurusan dengan dia. Bahkan saat tugas antar sebangku sebisa mungkin aku tak memancing pembicaraan off-topic. Dia berencana membunuh aku di roof top, kan? Mengadu ke guru adalah kesia-siaan karena mereka pasti akan membela Aden. Hah, andai saja Rezkia ikut menyaksikan ancaman kemarin dia pasti akan berpikir ribuan kali untuk mengganggu Aden itu.
Baru saja berpikir begitu kebetulan sekali di tengah waktu istirahat ini, dia memulai pembicaraan. Dia menyentuh aku dengan jarinya. Hah, jarinya terasa sangat dingin, aku bisa merasakannya sampai ke tulang dan badan ku tak bisa digerakkan. Saat ia mengangkat jarinya, seketika suhu tubuh ku kembali. Setakut itukah aku pada dia? " Sumpah, gua makin takut di dekat lu! Lu bukan orang 'kan? Perasaan gua ga enak. "
Aden sekilas heran dengan perkataan ku, " Aku cuma mau minta maaf soal kemarin. "
" Kemarin mana? Pas di rooftop apa UKS? "
" Keduanya. " Jawab dia penuh penyesalan. Dari balik telapak tangannya, sebuah pisau nongol seperti trik sulap. " Kalau aku tidak dimaafkan aku terima, dengan pisau ini- "
Di tengah kelas dan setelah Aden mengaku salah, dia masih saja ingin membunuh ku? " G-gila lu! Oke, oke, gua maafkan! Anggap impas aja, maafin gua pernah nge-bully lu. Andai dari awal gua sadar kalau lu sadis. "
" 'Sadis'? Aku 'kan belum apa-apain kamu. " Kata dia heran namun sedikit tersenyum. Dia minta maaf tapi gak tau kesalahannya? " Kamu yang sudah 'apa-apain aku. " Aden memangku wajahnya sambil menatap ku.
" Sebenarnya lu mau apa!? "
Anak itu menjulurkan telapak tangannya. " Berikan video yang 'geng mu' rekam di ruang ganti. " Auranya seketika berubah mencekam, aku bahkan sampai berpikir warna warna matanya tampak menyala. " Kamu pasti ingat, kamu melempar juga. " Tambah Aden. Harusnya aku tau tidak mudah bagi dia untuk memaafkan kami.
" Rezkia yang rekam, bukan gua! " Jawab ku lantang berharap 'si aneh' ini percaya.
Aden berdecak kecil seperti menghindari sesuatu. Kenapa ia tidak melabrak Rezkia langsung? Padahal mereka SD dan SMP di sekolah yang sama dan sampai sekarang. " Tolong minta padanya, aku tunggu besok. " Aden tidak lagi bicara dan langsung masuk ke 'mode ansos' seperti dia yang kita kenal. Lantas pembicaraan 'horor' kami berakhir.
Tanpa menunda, aku menemui Rezkia dan Putri di tongkrongannya. Ia di sana seperti yang aku tau. " Ngape lu? Bosen ya dengan si autis itu? Tapi gapapa, lu selalu diterima di sini. " Sambut Rezkia saat aku berdiri di depannya. Melihat ada Allant di sana, aku ragu membahas video yang Aden maksud.
" Lu ngerekam video 'setelah jam olahraga', kan? " Tanya ku mencoba membuat Allant dan siswa diluar kelas ku tak ikut campur.
Rezkia berpikir. " Oh, yang kita ngelempari pembalut, kan? Udah dihapus ma Kepsek. " Jawabnya santai. " Emang kenapa? Lu mau nonton saking bosennya duduk dekat dia? "
" Dia minta videonya, ke gua, padahal gua enggak ngerekam! Lu jelasin sana ke dia! "
Rezkia dan yang lain tertawa, ia mengejek ku yang mau-maunya peduli dengan Aden. " Kalau lu sayang sama dia mending bawa ke ke penjara. Orang kayak dia gak usah lo pikiran, taunya cuma seks doang dia mah. " Tanpa mengatakan apapun akupun pergi. Dari belakang ia berkata, " Ver, setelah les bilang ke si autis jangan pulang dulu. Biar gua yang kasih videonya langsung ke dia. "
Aku tau dia pasti masih menyimpannya.
Di samping itu, Putri segera menyusul aku. " Eh, gua ada perasaan mereka bakal ribut. Karena jika Sylvia mengungkit itu, dia pasti berencana balas dendam. " Katanya panik.
◆●◆
Apa yang telah ditanamkan oleh 'ayahnya' adalah apa yang orang pikir tentang Aden. Dia bukanlah seorang yang pendiam sejak awal. Ia juga pernah akrab dengan teman sekelas dan memiliki 'geng' sendiri. Tetapi semua tidak lama karena ayahnya, Gerald, yang pengekang. Aden dilarang berteman, ramah kepada orang lain, bepergian selain dengannya dan diatas semuanya: dilarang berpacaran. Sekali dia melanggar, saat itu juga 'penderitaan' secara fisik dan mental akan membekas di hatinya seumur hidup.
Aden ingat hari itu, ketika masih kelas VII SMP Gerald mendapati dia bicara dengan seorang teman. Di malam yang sama, sang ayah datang dengan kepalan tangan yang penuh darah. Aden merasakan syok untuk yang pertama kali, ada segenggam rambut dan sobekan kulit yang masih menempel. " Saat saya membuat ancaman, saya tidak pernah main-main. Kenapa kamu melihat saya seperti itu? Apakah ia sangat berarti untuk kamu? " Sindir Gera, baru saja Aden akan bicara, pria itu mengeluarkan pistol lalu menembak dia tepat di kepala. " Hmh, berapa kali saya bilang dilarang melawan saat sedang dinasihati!? Berteman dengan mu adalah sebuah petaka bukan? Setelah ini tak ada yang mau dekat dengan mu. "
Aden memasukkan itu ke dalam hatinya.
" Sekali lagi kau melakukannya, saya akan menyuruh mu untuk membunuh sendiri. "
Bertahun-tahun Aden jatuh ke kehampaan bawah sadar sampai Vernanda datang dan segera meraih tangannya keluar dari sana. " DASAR TOLOL! " Bentaknya. Ia menahan tangan Aden yang tubuhnya sudah keluar dari jeruji balkon. " NAIK!!! " Teriaknya. Ia tak kuat lagi menahan bobot tubuh Aden. " Apa yang lo lakukan, lonte!? Bunuh diri!? "
" Lepaskan aku, Ver, kaki ku... mati rasa. "
" Jangan ngomong terus, gua bilang naik! "
Merasakan Vernanda prihatin secara tulus, Hal itu membuat Aden 'mengagumi' dia.
Ini bukanlah pertanda baik bagi mereka.
Ia harus mencari cara agar tidak mengejar Vernanda lagi sebelum Gerald mengetahui.
" Berikan video yang 'geng kamu' rekam di ruang ganti. " Aden menjulurkan tangan. Berharap video itu bisa mengingatkan lagi bagaimana Vernanda menyakitinya dulu.
+++----------------------------------------------+++
Hi all! Lama tak jumpa, aku kehilangan banyak engagement saking lamanya gak update (terakhir Juni 2023). Aku di spam buat update, tapi aku senang sih, karena di momen absen ini banyak yang komen dan ngasih pendapat. Cerita ini mungkin beres di bab 15 atau 17 tergantung mood.
KAMU SEDANG MEMBACA
'NOT STRAİGHT' CLASSMATE (GxG)
ChickLit(GxG) Vernanda bukanlah lesbian. Namun secara tidak terduga siswi yang sering kali ia bully di sekolah, Aden, menaruh hati padanya karena Vernanda tidak sengaja membela Aden setelah pensiun dini dari geng the bully. Kesialan bagi orang yang pernah m...