"Hoi, Gen Z, pinjem hape lo bentar," colek Bintang pada Ikhsan pada suatu siang mendung di selasar lorong menuju kantor rektor.
Ikhsan yang berniat untuk melangkahkan kaki ke kantin terpaksa berhenti, apalagi melihat seluruh badan sang kakak tingkat sudah menghadang jalan. Bintang bagai preman, baik itu pakaiannya yang kebanyakan bermotif macan, maupun ekspresinya yang kadang bisa berubah-ubah tanpa perkiraan. Ikhsan dengan setengah hati memberikan benda yang dia inginkan sembari kembali mengecek isi tas, kalau-kalau memang ada sesuatu yang ketinggalan.
"Nih, Millenial," jawabnya, balik sindir. "Buat apa sih emang?"
Bintang tidak banyak komentar, melainakn langsung membuka salah satu aplikasi milik Ikhsan yang jarang ia pakai; TikTok. Beberapa detik terlewat, wajah Bintang semakin muram. "Tuh kan, lo belom like video baru gue."
"Apa pentingnya?"
"Penting lah!" Bintang menunjukkan videonya, menampakkan dia yang menari bersama salah satu teman sebaya, "Liat nih, gue berhasil ngajak Uji main TikTok."
"Walah!" Ponsel itu kembali ke tangan Ikhsan. Di hadapannya telah ada momen bersejarah; seorang Fauzi Lukmananta, anak paling jaga image satu Universitas Sabda Palon, mau bikin TikTok nari sepeda bareng Bintang. "Kok bisa, anjir? Mukanya ikhlas banget? Lo bayar pake apaan?'
Bintang meringis, "Disuruh jadi babu dia pas pensi." Belakang lehernya kembali dipenuhi rinding, mengingat tatapan mata Fauzi yang mematikan sudah cukup membuatnya ingat taubat. Setelah bergidik, Bintang tersadar kembali akan sesuatu. "Eh, Chan. Lo apa gak daftar jadi panitia pensi?"
"Pensi apa?" Ikhsan beneran bingung.
"Pensi kampus lah! Mumpung Ketuplak-nya Ndoro Jihan, tuh. Wisnu sama Uji yang kayak babi (re: bobo mulu) aja daftar, masa lo enggak?"
"Nanti. Gue pikirin dulu, deh."
Andalan divisi Ikhsan setiap memilih kepanitiaan tidak jauh dari acara, keamanan, atau humas. Posisi itu sulit dimasuki karena peminatnya banyak dan pekerjaannya cukup mudah, tapi Ikhsan selalu berhasil menjadi salah satu bajingan beruntung. Dengan seorang Jihan sebagai ketua pelaksanan, ia akan lebih mudah lagi berada dalam divisi idaman. Tinggal melobi Dika, terus kerja. Namun ada hal yang terasa tidak benar bahkan hanya untuk mendaftar ke kepanitiaan itu saja.
Ariana pasti daftar.
Pikiran macam itu yang selalu terlewat tiap kesempatan datang. Sinar mentari yang membuat matanya mengrenyit serta seyum yang tidak pernah ragu untuk terbuka, Ariana selalu identik dengan hiruk pikuk kepanitiaan. Sama seperti Ikhsan yang identik dengan selalu berada di dekatnya pada tiap-tiap acara.
Kini, ia tidak punya alasan. Ikhsan telah menghapus Ariana dari daftar alasan untuk mengikuti tetek bengek acara kampus. Lebih tepatnya, dia mengganti alasan "ikut kepanitiaan biar ada projek bareng Ari" menjadi "jangan ikut, jangan cari penyakit." Ikhsan yang memilih; kalau kesempatan memang sudah tidak ada, tidak perlu memaksakan takdir. Dia akan pergi jauh sampai takdir itu berhenti memberi apa yang ia pikir ia inginkan.
Yaitu, terjebak bersama Ariana di kebetulan yang sama.
"Seenggaknya ambil aja formulirnya dulu, Bro. Supaya gak kehabisan," saran Bintang, menepuk pundak Ikhsan.
Ikhsan pun melangkahkan kaki gontai menuju tempat formulir.
------
"Lo serius mau ikut itu, Ket?" seru Sarah ketika Katarina mengumumkan bahwa usai kelas ia akan mengambil formulir di dekat balai.
Mengenal Katarina tiga tahun lebih awal, Sarah berpikir bahwa temannya itu akan dijemput ajal sebentar lagi. Sarah tidak bisa memikirkan alasan lain Katarina mau terikat oleh acara yang akan membuatnya anemia kecuali karena malaikat maut sudah menodongkan pistol ke belakang kepalanya, memintanya untuk ikut atau perempuan itu akan mati. Tapi kemudian Katarina menjelaskan seluruh kejadian dari awal. Sarah pun paham bahwa yang menodong temannya itu bukanlah malaikat maut, melainkan kating cantik bernama Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ichan & Ina's Infinite Playlist
Teen FictionBeberapa hal bisa kamu kaitkan dengan Ikhsan Lesmana; cara dia bercanda bersama 12 kakak tingkatnya, poni jabrik yang tidak pernah keliatan kering, atau tawanya yang kayak bebek. Menurut Katarina Soedira, Ichan─panggilan yang semua orang berikan kep...