Tick, Tick, Tick

454 110 23
                                    

"Keket." Sepasang mata bundar dan besar itu memperhatikan wajah Katarina dari dekat.

Sarah menemukan kawan lamanya di kantin saat jam pergantian kelas. Entah perempuan itu sudah berada dari sana sejak kapan. Yang jelas, dia terlihat sangat awut-awutan. Opini Sarah; "Muka lo kayak mayat idup."

Katarina tahu. Tadi siang ia sudah melihat cermin dan mengeluarkan seluruh isi kebun binatang melihat kondisi wajahnya. Kantung mata sudah tidak dapat disembunyikan dengan concealer, dan ia terlalu malas untuk menyisir rambut. Tiga hari tenggat waktu mengejar. Pensi sialan.

"Bersyukurlah lo masih punya jam tidur, Sar," balas Katarina, masih mencorat-coret prototipe maskot dalam laptopnya. Ralat, laptop Malik. Ia juga belum mengembalikan benda canggih itu kepada sepupunya. Mungkin tidak akan kembali dengan cepat mengingat pensi baru akan terlaksana 5 bulan lagi.

Sarah tidak membalas ucapan dingin Katarina, ia memilih duduk dan menemani gerak lincah tangan si penggambar sambil terus menyedot pop ice cokelat campur oreo kesukaan. Sembari bermain permainan yang akan selalu Sarah lakukan; Apa yang Akan Katarina Gambar? Biasanya terjawab benar setelah 5 menit ia memperhatikan.

Saking asyiknya, Sarah tidak menyadari langkah kaki pria yang mendatangi bangku mereka. Sebelum duduk di sampingnya, lelaki itu menaruh segelas bening berisi minuman yang ia pikir adalah Torabika Kopi Susu, karena langsung diberikan begitu saja kepada Katarina.

"Serius gue nyari sampe Warung Burjo Mang Asep baru ketemu ini torabika, request lo aneh banget segala beginian, padahal good day banyak di sebelah," keluhnya, duduk di hadapan Katarina juga.

Si penitip minuman baru tersenyum sumringah, bagai ialah penemu harta karun itu. Katarina langsung meminum satu sedot, dan mengangguk karena pesanannya sesuai; satu gelas kopi susu tanpa ampas, ditambah susu kental manis setengah. "Makaseeeehh!" serunya.

Setelah kembali menghirup si kopi sampai cukup terlihat panjang sedotannya, Katarina baru mengenalkan Sarah pada lelaki itu. "Sar, ini Ikhsan anak manajemen. Chan, ini Sarah anak sasing." Dengan perkenalan singkat itu ia kembali melanjutkan gambar.

"Oooh, ini toh Sarah yang blasteran Jerman? Panggil gue Ichan aja," jawab lelaki itu ceria dan menjabat tangan Sarah.

"Eh, iya? Lo tau gue dari mana?" jawab Sarah geer.

"Gue denger-denger aja. Bang Raihan biang gosip FIB jadi nama lo kesebut juga. Tenang aja, lo diomongin karena cakep doang, kok. Kenapa gak masuk USABLON_Cantik, ya?"

Sarah jadi malu sendiri. "Ah, biasa aja padahal."

Ikhsan hanya menyipitkan matanya berselidik sampai ia terkekeh sendiri. Sampai ia mengalihkan pembicaraan kepada Katarina. "Oiya, Na. Gue lupa anjir mau ngomong udah lo suruh-suruh aje tadi. Hari Minggu mau ikut gak nonton pensi kampus sebelah? Guest Star-nya Vira Talisa sama T. Rucira. Gue beliin nanti tiketnya sekalian."

"Hmm," Katarina manyun-manyun, "Bagus GS nya, cuma gue males banget karena pasti rame. Gak usah deh, Chan. Ini juga gue belom kelar design buat poster sama maskot."

"Ikut aja lah, lo butuh liburan," kata Ikhsan sambil mencolok cireng-cireng kecilnya, "Kapan lagi ya kan jalan sama gue?"

"Kapan-kapan aje dah," balas Katarina datar. Sesaat Katarina berhenti dari laptop, mencoba mencari titik terang dari desain yang sedari tadi diutak-atik. Nihil. Akhirnya ia menghela napas, menatap Ikhsan yang sedang menghitung lalu-lalang mahasiswa. "Eh, Chan. Lo bisa fotoin layout panggung pensinya gak nanti?"

"Hm?" Ikhsan menengok kearah Katarina, lalu memberi respons singkat, "Bayar."

"Lo tau orang pelit pas mati perutnya bakalan abis dimakan belatung kaga?"

Ichan & Ina's Infinite PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang