Sinar bulan menerangi wilayah terbakar tersebut. Sirine polisi sudah terdengar dimana-mana. Seluruh bangunan hancur begitu juga dengan bangunan sekitarnya. Sudah dipastikan ada banyak korban jiwa dari kejadian ini. Para kakak beradik ini dengan cepat melarikan diri dan berhasil bersembunyi di sebuah gang sempit.
Mereka semua menghela nafas dibawah bayangan pohon besar. Di gang ini sangat gelap hingga mereka sendiri sulit melihat satu sama lain.
Perlahan Vanya membuka matanya, mendapatkan semua orang terduduk lelah kecuali Five yang terus mondar mandir gelisah.
"Hei, dimana kita?" Tanya Vanya perlahan sambil menahan pusingnya.
Perlahan wanita itu membenarkan posisi duduknya sambil menahan luka peluru di perutnya. Ruby bilang dulu pernah berpengalaman membantu seorang dokter dan menyelamtkan nyawa Vanya. Jika saja tak ada Ruby, mereka semua sudah mati di tempat.
"Oh hey, are you okay?" Tanya Ruby yang berada di sebelahnya.
"Yeah, hanya sedikit pusing." Jawab Vanya sambil tersenyum.
"That was so cool, Vanny." Ucap Klaus sambil tersenyum kecil yang dijawab dengan terima kasih singkat oleh Vanya.
Five yang sedari tadi frustasi, kini mengangkat suara dan membuat semua perhatian terpusat padanya.
"Ini tidak benar, kita benar benar menghancurkan semuanya."
"Yeah we know, but who the hell threw that bomb?" Ucap Diego ikut frustasi.
"Pasti Hazel dan Cha Cha." Jawab Five menduga-duga.
"Kenapa mereka melakukannya? Disana ada pasukan mereka juga." Tanya Allison.
Five memijit dahinya, "Mereka sudah gila."
Keheningan terjadi selama 1 menit sampai mereka mendengar suara tirai terbuka secara cepat dan menimbulkan suara yang cukup keras. Mereka semua menoleh ke arah lantai dua toko televisi dan bisa melihat seorang pria paruh baya dengan panik menutup tirai lagi.
Mereka semua bertatapan heran hingga akhirnya pria itu membuka tirai lagi.
"Hey, a-apa kalian baik-baik saja?"
---
Pria dengan kemeja hijau itu terlihat sedikit shock saat melihat keluarga ini dengan jelas. Ada yang berbadan sangat besar, dua anak kecil, dan juga ada yang terluka. Ya, kini mereka masuk ke dalam kediaman Elliott Gussman, pria pemilik toko televisi.
Ia hanya ingin membantu orang-orang yang nampak tersesat di gang, namun yang ia dapati adalah sekumpulan orang yang mencurigakan, membuat jantungnya berdegup kencang.
"Kau ada kopi?" Tanya anak kecil berseragam padanya.
"Di-diatas meja." Jawab Elliott yang masih merasa gugup.
Mereka semua terduduk di sofa milik Elliott sambil menarik nafas dalam-dalam sementara Elliott mengambil perlengkapan untuk luka Vanya.
Kediaman Elliott cukup nyaman untuk ditempati. Di lantai paling bawah ada tempatnya menjual televisi dan radio, lalu ada tangga yang menuju ruang tengah. Disana terdapat kursi dan sofa yang banyak, ada juga sebuah kursi dokter gigi. Di sekelilingnya, ada banyak sekali barang elektronik tua dan juga potongan koran mengenai teori-teori seperti keberadaan alien dan lain-lain.
Setelah mendapat kotak P3K nya, Elliott berjalan ke arah Vanya, namun dihentikan oleh Allison dan segera mengambil perlengkapan itu dari tangan Elliott.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Them - TUA Fanfiction
Fanfiction[END] /written when i was 14, cringe alert/ Ruby Stewart adalah seorang penulis novel terkenal. Di umurnya yang 30 tahun, ia ingin menulis buku tentang akademi yang sudah lama tidak terdengar bernama The Umbrella Academy. Akhirnya ia memutuskan untu...