E7 - Lady

319 58 0
                                    

Wanita itu menatap satu per satu anggota keluarga itu dengan ketakutan. Air matanya sudah berkumpul dan siap berjatuhan ke pipinya. Ia sama sekali tak bisa membuka mulutnya bahkan berteriak. Yang ia tau hanyalah ia diculik oleh orang-orang berkekuatan super yang mengerikan.

"Cincin ini, kau yang membelinya?" Tanya anak kecil berkaus kaki itu.

Alexandra menatap cincin itu dengan tatapan takut lalu mengangguk kecil kepada Five.

"Dimana cincin itu sekarang?" Tanya Five lagi.

Kini raut wajah Alexandra berubah bingung, "A-aku tidak tau." Jawabnya terbata-bata.

Luther meraih tangan Alexandra yang sedang diikat untuk memastikan apakah cincin itu ada di jari jemarinya. Namun, hasilnya nihil.

"Dia tak memakai cincinnya." Ucap Luther terkejut.

Mereka semua bertatapan.

"Dimana kau menyimpannya?" Kini giliran Diego yang bertanya.

"Aku- aku hanya membelinya, namun aku bukan pemiliknya." Jawab Alexandra tetap dengan wajah ketakutan dan keringat yang bercucuran.

"Apa maksudmu?"

Alexandra menelan ludahnya dengan susah payah, "Dia yang menyuruhku membeli cincin itu."

"Dia? Siapa dia?" Tanya Five.

"A-aku tidak tau. Dia menculikku dan menghipnotisku untuk membeli cincin itu di gang yang gelap, aku sama sekali tak melihat wajahnya. Ia adalah seorang wanita memakai jubah dan topeng, ia juga sangat tinggi sekitar.. 2 meter, tetapi ada satu hal mengerikan tentangnya.."

Alexandra mengambil nafas dalam dalam sebelum menyelesaikan kalimatnya.

"Kulitnya berwarna merah darah."

Kalimat terakhir ini berhasil membuat satu ruangan merinding. Suasana menjadi dingin hingga tak ada yang berani membuka suara.

"Dia jelas membual. Dia lah targetnya, bunuh dia dan kita pulang." Ucap Diego memecah keheningan dan membuat Alexandra panik.

"Tidak, aku mohon, aku bersungguh-sungguh." Mohon Alexandra dan kini tangisan deras keluar dari air matanya.

"Di gang mana kau melihatnya?" Tanya Ruby.

Alexandra kini menatap Ruby dengan tatapan kumohon-percayalah-padaku.

"Di-"

Belum sempat Alexandra menyelesaikan kalimatnya, suara tembakan terdengar dari luar dan membuat semua orang menoleh.

Lagi-lagi, beberapa penembak kemarin merusak misi mereka. Mereka mendobrak pintu dengan darah yang bercucuran dimana-mana tanda mereka sudah menghabisi seisi motel. Peluru yang tadi mereka tembak mengenai perut Vanya dan dada Alexandra, membuatnya mati ditempat.

"Shit." Umpat Five lalu segera bertelepotasi menghindari peluru-peluru lainnya.

The Spencer Davis Group - I'm A Man

Mereka langsung sadar dari rasa terkejut. Diego segera menahan semua peluru untuk melindungi seisi ruangan dan juga Vanya yang sedang kesakitan. Mereka tak punya Vanya, ini akan sedikit sulit. 

Allison memeluk Vanya juga Ruby dan menuntunnya ke bawah meja.

"Stay here." Ucap Allison yang hanya dijawab oleh anggukan kecil Vanya dan Ruby.

DUAR!

Diego mulai menyerang penembak-penembak itu dengan peluru yang ia tahan. Klaus mulai menggunakan kekuatannya dan munculah Ben di depan lorong untuk menghambat jumlah penembak yang masuk. Luther tak tinggal diam dan melindungi Klaus dari seluruh peluru yang tertuju padanya. Five dan Allison membantu Diego dan mengalahkan penembak yang ada di kamar mereka.

Dalam waktu 5 menit, semua penembak yang berada di kamar mereka sudah berbaring mengeluarkan darah. Namun tetap saja mereka bermunculan dan membuat Klaus juga Ben kewalahan.

"Mereka terlalu banyak!" Teriak Luther.

Di tengah-tengah kekacauan, terdengar suara bom yang dilempar dan tengah akan meledak. Semua terkejut setengah mati bahkan para penembak juga. Mereka sudah terlihat pasrah. Tak disangka cerita mereka akan berakhir tragis.

DUAR!

Bom meledak saat itu juga. Semua bangunan runtuh, para penembak yang langsung mati di tempat. Namun mereka tak merasakan sakit sedikit pun di kulit mereka. Perlahan mereka membuka mata dan mendapati mereka ada di sebuah pelindung energi biru. 

Sekali lagi, Vanya menyelamatkan mereka.

"Yes!" Teriak Five senang.

Mereka bisa melihat adik terkecil mereka membuat semua energi ini dengan perutnya yang sudah di perban. Ia terbang dan perlahan membuat mereka ke permukaan. Ada kemungkinan bahwa Ruby yang menyelamatkan Vanya dari sekarat.

Setelah mereka mencapai permukaan Vanya terjatuh lagi karena energinya yang terkuras. Ruby yang sedari tadi juga ada di dalam pelindung, langsung menghampirinya.

"Is she still alive?" Tanya Klaus pada Ruby yang sedang mengecek denyut nadinya.

"Yes." Jawab Ruby sambil bernapas lega.

"Oh, thank God." 

Bangunan di sekitar mereka hancur. Banyak orang sudah berkumpul di depan motel untuk melihat yang terjadi. Untungnya mereka bersembunyi di balik dinding yang belum runtuh sepenuhnya namun cepat atau lambat mereka akan segera terlihat.

"Guys, we need to go." Ucap Diego. 

Semua orang mengangguk. Mereka berbohong jika mereka bilang tidak ketakutan setengah mati saat ini. Semua hal ini benar benar kacau, terlebih lagi sandera mereka kini sudah mati dan mereka akan sulit mendapatkan jawaban.

Kini mereka hanya tau satu hal, menemukan wanita tinggi berjubah.

-

Halo semuanya, maaf author lama banget update nya dan chapter kali ini sedikit kurang panjang. Author sedikit stuck saat membuat cerita T_T

Jangan lupa vote dan komen yap! <3


Stuck With Them - TUA FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang