Musim 2 - Keluarga Kedua

10 4 3
                                    

5 April 2005

Memori

Jika hari ini aku masih hidup, tolong izinkan aku untuk bisa bermimpi indah mengingat mereka yang aku cinta.

Pintaku pada sang pencipta malam itu. Sungguh aku rindu sekali dekapan bundaku, ayahku, dan abangku. Sedikit cerita tentang mereka. Bundaku adalah seorang bidan, ayahku adalah seorang nelayan, sedangkan abangku adalah seorang dokter. Bunda, ayah, dan abang adalah semangat hidupku. Merekalah yang mengajariku banyak hal tentang hidup. Sewaktu kecil ketika aku menangis karena kakiku tergores kaca, abang dengan sigap mendatangiku dengan rasa cemas. Sungguh ketika itu aku sangat manja.

Beda hal dengan ayahku, kenangan sangaaat berkesan sungguhlah banyak, sewaktu kecil selepas shalat magrib aku selalu diajarkan mengaji oleh ayah, tapi aku sering lupa huruf apa itu, waku itu belajar iqro. Beranjak anak-anak usia sekolah dasar, aku diminta ayah untuk menghafal surah Makiyyah. Sering aku menangis karena aku suka lupa juga, menangisnya karena takut. Maklum, ayahku hanya ingin anaknya dapat menghafal surah-surah Makiyyah di Al-Qur'an. Kalo dengan bundaku, hmmmm.... Lucu. Terkadang aku suka malu, karena semua cerita tentangku bunda pasti tau semua, bunda ibarat separuhnya aku. Meskipun aku belum berbicara atau menyembunyikan sedih, marahku pasti bunda tau. Sungguh aku rindu sekali mereka.

Ingin rasanya setiap pagi aku dipeluk bunda, dinasehati ayah ketika aku sering berenang di laut sendirian, dibelikan es krim oleh abangku kalo aku ngambek. Hah..,indaaaaaaah sekali masa-masa itu. Tapi sekarang nyatanya tidak bisa, harus melangkah kemana aku ini. Aku ingin suasana baru, mencari siapa aku sebenarnya. Besok hari aku memutuskan untuk pergi dari tempat ini, dari lingkungan ini. Malu rasanya sudah terlalu lama membenani Ibu Maria dan bapaknya Lira, kasian juga Lira jadi harus terburu-buru pulang kerja karena khawatir denganku.

** keesokan harinya

"anak-anak sarapan dulu, bapak sudah buatkan nasi goreng." Ucap bapaknya Lira

"iniiiii, ibu juga sudah buatkan jus manga, ayo cepat kemari Liraaa.. Airyyy.." Pinta Ibu Maria

"iya buu, Lira kesana" sahut Lira sambil diikuti Airy dibelakangnya.

"waaaa, ibu sama bapak kompak sekali. Nasi goreng buatan bapak wangiii.." Ucap Lira

"jus mangga juga seger ra." Puji Airy

"ayo-ayo makan dulu kalian sebelum pergi kerja, nanti kesiangan kalo hanya dilihatin saja makanannya." Pinta ibu sambil tersenyum

Ibu Maria cantik sekali, cantik dari dalam dan dari luar. Beruntungnya Lira punya ibu yang sangat baik, aku jadi teringat bundaku ketika itu. Tapi untung saja aku mampu membendung air mataku, tapi perasaan ini terus merintih, ingin memeluk bunda. Namun apadaya.

"hey, kenapa kau malah melamun nak." Ucap bapaknya Lira mengagetkanku

"eh.. ii..iya pak, Airy udah ga sabar mau makan nasi goreng buatan bapak." Jawab Airy tersenyum

"ayo ryy.. makan yang banyak." Pinta Lira sambil meletakan nasi goreng diatas piringku.

"terimakasih Lira." Ucap Airy sambil tersenyum melihat Ibu Maria

Sudah hampir 6 bulan aku tinggal bersama keluarga ini, keluarga yang sangat hangat bak keluargaku. Cukup berat untukku meninggalkan keluarga ini, tapi apa daya aku tidak bisa berlama-lama disini. Setelah selesai makan aku berencana untuk meminta izin dan pamit kepada Ibu Maria dan bapanya Lira, tapi rasanya berat sekali untuk diucapkan. Mereka keluarga baruku, keluarga yang aku sayangi. Tapi siapa aku disini. Aku bukan keponakan ibu maupun bapanya Lira, aku hanya gadis yang bertemu dengan Lira ketika hujan saat itu.

Makan sudah selesai, Airy dan Lira membantu Ibu Maria dengan merapihkan meja makan, dan mencuci alat makan yang sudah mereka gunakan. Bapaknya Lira sudah asik duduk di teras rumahnya sambil sesekali menyiulkan suaranya untuk mengobrol dengan burung-burung peliharaannya. Airy, Lira dan Ibu duduk di kursi ruang tamu.

"Ibu." Ucapku dengan berat hati.

"iya sayang, ada apa ?" Jawab Ibu Maria dengan penuh tatap

"sebentar bu, Airy panggilkan Bapak dulu." Ucap Airy

Airy menghampiri bapak dan meminta bapaknya Lira untuk masuk kedalam rumah dan duduk bersama dengan mereka di ruang tamu. Ibu Maria, Bapak dan Lira sontak kaget dan kebingungan ada apa dengan Airy, akan berbicara apa dia.

"Ibu, Bapak, Lira. Sebelum dan sesudahnya Airy mau minta maaf dan berterima kasih kepada Bapak, Ibu dan Lira yang sudah berkenan mengurus Airy, berkenan memberikan perlakuan terbaik layak seperti anak dan saudara sendiri. Hari ini, Airy mau minta izin kepada Bapak, Ibu dan Lira dan sekaligus pamit. Airy mau pergi....." ucap Airy

Ucapan Airy pun terpotong, karena Lira begitu kagetnya mendengar hal tersebut.

"mau kemana kamu Airy ? kamu jangan gini." Tanya Lira dengan tegas

"a..a..aku." belum sempat Airy menjelaskan. Ucapan Airy kembali terpotong oleh Ibu Maria

"kamu mau kemana nak ? kenapa adakah yang salah dengan ibu dan bapak ?" Tanya Ibu Maria lirih

"ibu, bapak, Lira maafkan aku. Aku harus pergi untuk sekarang, karena aku sedang mencari yang hilang yang aku punya. Aku mohon kepada bapak, ibu dan Lira tolong beri aku izin untuk pergi mencari hal itu. Aku janji ketika nanti aku sudah mendapatkan apa yang aku cari, aku pasti kembali. Ucapan terimakasihku saat ini nyatanya tidak cukup untuk menebus kebaikan keluarga ini. Suatu hari akan aku balas semuanya. Ibu, bapak dan Lira adalah keluarga keduaku, keluarga yang menjadi penyemangatku untuk aku bisa melanjutkan kembali perjalananku. Tolong aku, mohon berikan aku izin untuk melanjutkan perjalanan hidupku. Suatu hari kalian akan tau kenapa aku lakukan ini." Ucap Airy sambil menangis

Bapak, Ibu dan Lira tak sanggup menahan air mata karena sedih. Airy sudah mereka anggap seperti anaknya sendiri. Lira sudah menganggap Airy seperti adiknya sendiri. Ibu, Bapak dan Lira mendekati Airy dan memeluknya erat dengan rasa sedih, haru, dan berat untuk melepaskan Airy.

Dengan berat hati, namun terselip pula do'a dan harapan dari Ibu Maria, Bapak dan juga Lira untuk Airy. Mereka mengantarkan Airy ke depan rumah. Airy memeluk erat satu persatu sembari mencium tangan Ibu Maria dan Bapak. Begitu juga Lira yang mencium kening adiknya itu. Airy pun berjalan menjauhi rumah itu dengan menggendong ransel berwarna tosca.

Hari itu adalah hari yang berat untuk Airy, karena ia meninggalkan orang yang sudah menyayanginya sepenuh hati dan yang ia sayangi pula. Namun perjalanan harus dia tempuh, karena ditempat Ibu Maria, Airy masih saja teringat ayah, bunda dan abangnya.

Di tengah perjalanan, Airy menepi untuk beristirahat maklum dari rumah Lira untuk sampai ke kota atau jalan raya membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Di bawah pohon Airy duduk sambil membuka buku hariannya, sesekali ia meminum air di botol pemberian bapaknya Lira.

6 April 2005

Cinta

Aku akan kembali, ke keluarga itu. Ibu Maria, Bapak dan juga Lira. Keluarga keduaku.. Semoga bisa kita bertemu kembali. 

Dengan Cinta - Airy

Adventure LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang