Pria dengan berambut cokelat itu menyeruput es jeruknya lalu mengedarkan pandangannya ke penjuru warung. Banyak bapak bapak yang merokok, dan bahkan remaja sepertinya. Ia menggelengkan kepala. Sepertinya ia salah berkunjung ke tempat seperti ini.
Lalu ia bangkit dan membayar minumannya dan beberapa camilan disana. Kemudian ia pergi dari warung itu. Ini baru pertama kali sih dia pergi ke warkop (warung kopi) gitu. Apalagi anak itu anak rumahan, sangat jarang sekali dia keluar rumah dan nongkrong di warkop seperti ini.
Bahkan di situasi seperti ini. Banyak penyakit, apa lagi virus corona yang menyebar kemana mana dan menyebabkan banyaknya korban. Pria itu merutuki dirinya, ia takut terkena virus itu. Seharusnya ia di rumah saja.
Menghembuskan nafas meskipun menggunakan masker ia berjalan pulang menuju rumahnya.
"Na! Nana! Na Jaemin!" pria bersurai coklat tadi menoleh, mendapatkan sahabatnya yang sedang berlari ke arahnya dengan masker berwarna hitam yang menutup bagian setengah wajahnya.
Jaemin mengernyit, "ngapain si Njun lari lari? Habis dikejar anjing?" tanya Jaemin.
Renjun ngos ngos an lalu menunjukkan handphonenya, Jaemin melihat layar ponsel Renjun yang menampilkan room chat group nya dengan teman temannya. Lalu ia mematung menatap ponsel Renjun.
"Ren, itu beneran?" tanya Jaemin lirih.
"Iyaa Jae, Jeno meninggal kemarin malem. Ada yang bunuh"
Haechan hanya diam sambil memandang foto yang ada dilayar ponselnya itu. Itu foto dirinya dengan Lee Jeno. Pria yang katanya Renjun meninggal kemarin malem karena ada yang bunuh.
Air matanya keluar, menetes perlahan di pipinya. Ia menghela nafas. Sungguh cepat temannya pergi. Haechan sampai berpikir, apa Jeno ada salah? Kenapa dia dibunuh? Haechan ingin sekali membunuh orang yang membunuh Jeno.
Ia ingin menyelidiki, kenapa Jeno sampai di bunuh seperti ini. Haechan meraih ponselnya lalu menelpon teman temannya agar berkumpul di rumahnya untuk membahas kematian Jeno yang sedikit janggal.
Tak lama satu persatu datang, Seungmin dan Felix tadi yang datang duluan.
"Ngapain Chan?" tanya Felix.
"Kita bahas kematian Jeno, lo ngerasa ga sih ada yang janggal? Kenapa sampai Jeno dibunuh? Emang dia punya salah?" tanya Haechan.
Seungmin mengangkat bahunya, "nggak tau sih, kalo menurut gue palingan Jeno ada hutang sama tuh orang yang bunuh"
"Iya terus ga dibayar. Bwahaha!"
Plak!
"Yang bener anjing" umpat Haechan setelah memukul kepala Felix. Tak lama kemudian, mereka semua datang berkumpul dirumah Haechan sambil membawa beberapa makanan. Sekalian main sih sebenernya.
"Emang nggak pa pa ya kalo kumpul kumpul gini? RT lo kan galak Chan" celetuk Jihoon.
"Ya elah, gampang itu mah. Pak RT kan bapaknya Jisung, ntar gue yang ngomong" jawab Haechan.
"Jadi..?" tanya Junkyu.
Haechan berdeham, "oke jadi gini. Kematian Jeno itu janggal tau gak, maksud gue Jeno emang punya salah sama orang ya sampe dibunuh gitu?" tanya Haechan menatap temannya satu persatu.
Jungmo mengangkat tangannya, "dia punya utang sama gue. 5000 udah lama sih tapi kan sama aja duit" kata Jungmo.
"Lo udah sultan bangsat, uang 5000 ya nggak guna buat lo" saut Yoonbin.
"Jaemin...lo kenapa diem aja?" tanya Yoshi yang melihat Jaemin muram saja sedari tadi. Menatap semuanya dengan mata kosong.
"Jangan bilang lo kerasukan!" seru Hyunjin.
"Jaemin masih shock tentang kematian Jeno" jawab Renjun.
"Oh iya guys, emang kita nggak dibolehin ke makam Jeno ya?" tanya Jisung. Mereka semua menggeleng, lalu menghela nafas.
"Keadaan kayak gini mana boleh rame rame kecuali kalo diem diem?" tanya Jinyoung.
Jaemin menatap mereka satu persatu dengan tajam, "kita harus cari siapa pembunuh itu. Gue nggak mau tau, Jeno itu berharga buat gue, kenapa dia sampe dibunuh kayak gini sih!" seru Jaemin marah. Renjun menenangkan Jaemin sembari mengusap bahunya pelan.
"Udah Jae, tenang dulu. Kita bakal cari siapa pembunuh itu dan apa motifnya" kata Soobin.
"Sanha sama Yunseong kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Quarantine | 00L [✓]
Mystery / Thriller[FINISHED] died oddly, one by one also died with oddities. even though one of them is him.