Chapter 2

642 135 24
                                    

"Sanha sama Yunseong kemana?" tanya Junkyu. Mereka semua menoleh kesana kemari untuk mencari Sanha, untungnya rumah Haechan luas jadi mereka tidak berdempetan. Jaemin mengernyitkan dahinya.

Ia memainkan ponselnya untuk menelpon Sanha, namun tidak ada jawaban dari pemuda itu. Jaemin jadi curiga dengan Sanha, apakah dia yang--

"Halooo everybody!" Sanha datang dengan tentengan pizza, ia seperti biasa menggunakan masker. Sanha datang bersama Yunseong yang juga membawa beberapa jajan, padahal mereka semua sudah membawa jajan banyak. Tapi dua pria itu malah menambah camilan, membuat Felix meneguk ludah karena lapar.

"Aduh! Berisik! Darimana aja kalian berdua?!" seru Jihoon.

"Habis beli pizza dong, kalo nggak mau ya udah gue makan sendiri" katanya.

"Yunseong si muka lempeng!" teriak Hyunjin, ia memanggil Yunseong.

Yunseong menoleh dengan wajah datarnya, "apa?"

"Tuh anak dipanggil jelek noleh juga" gumam Seungmin yang ada disebelah Hyunjin. Yunseong duduk disamping Hyunjin karena tadi kan dipanggil Hyunjin buat duduk di dekatnya, minta hotspot sih sebenernya.

"Lo udah tau berita kematian Jeno?" tanya Yoonbin.

"Udah" jawab singkat Yunseong.

Sanha mendelik, "J-jeno...?" tanya Sanha lirih. Pria itu diam seketika menatap temannya satu persatu, kenapa mereka baru memberitahunya sekarang?

"K-kenapa?" tanya Sanha.

"Dibunuh, kita harus cari pembunuhnya" kali ini yang menjawab Soobin.

"D-dibunuh?"

"Nanya mulu gue slepet nih!" seru Jinyoung.

Sanha meneguk ludahnya tiba tiba air matanya menetes, "g-gue nggak tau. Gue nggak buka handphone 2 hari ini, soalnya gue nggak punya kuota" jawab Sanha sedih. Ia menelungkupkan kepalanya untuk menangis. Teman temannya terdiam melihat Sanha yang menangis.

Sejujurnya mereka semua juga sedih dengan kepergian Jeno kemarin, itu membuat mereka merasa kurang dan kesepian. Karena Jeno adalah orang yang sering menegur mereka jika mereka membuat kesalahan. Sekarang, siapa yang ingin menegur mereka jika mereka membuat salah?

Jihoon? Malah di julid in.

Jinyoung? Aduh, serem.

Hwall? Hadah, sebelas dua belas sama Jinyoung.

Tidak ada lagi ketua kelas di kelas IPA 2.

"Ayo ke makam Jeno" ajak Jaemin sambil berdiri lalu menggunakan maskernya.

"Sekarang?" tanya Eric.

Sedari tadi, Eric, Sunwoo dan Hwall hanya diam karena mereka masih tidak terima dengan kematian Jeno. Siapa sih yang mau sahabat terbaiknya meninggal?

"Nggak tahun depan sayang" saut Jungmo becanda.

"Becanda mulu sultan, gue rampok nih rumah lu" celetuk Jisung.

"Yeuu raskin mah raskin aja" kata Jungmo membuat Jisung menyelepet pria kaya sombong itu. Lalu mereka ber- 20 pergi menuju makam Jeno. Tenang, mereka juga mengikuti protokol kesehatan. Menggunakan masker, jaga jarak, dan membawa hand sanitizer untuk berjaga jaga.



Sebenarnya, jalan pun bisa untuk pergi ke makam Jeno. Tapi kan, mereka agak sedikit lebay karena sinar matahari. Jadi mereka membawa mobil. Yang terbagi menjadi 3 mobil terisi 6 orang, dan 1 mobil hanya terisi 2 orang yaitu Jaemin dan Haechan.

"Sebenernya gue takut pembunuh itu bunuh kita juga" kata Haechan membuka pembicaraan.

Jaemin menghela nafas, "nggak mungkin. Kalo pembunuh itu bunuh gue, gue sih nggak pa pa. Mau ikut Jeno aja" jawab Jaemin enteng lalu memainkan ponselnya. Lalu ia membuka sosial media.

"Anjing, kalo ngomong. Gue ga mau kehilangan sahabat gue lagi. Meskipun banyak, pokoknya kita ga boleh ada yang hilang" seru Haechan sambil melirik Jaemin. Tiba tiba Jaemin melotot.

"Loh loh loh! Chan! Kok instagram nya Jeno aktif?" tanya Jaemin. Ia menunjukkan layar ponselnya kepada Haechan. Haechan melihat, mengamati. Ternyata benar, sosial instagram Jeno ada lingkaran hijau di direct massage sosial media milik Jeno yang terpampang disana.

Haechan menghela nafas, "mungkin itu kakaknya atau mamanya yang pegang hp nya Jeno" kata Haechan. Jaemin pun mengangguk, sejujurnya ia tadi berharap jika Jeno masih hidup dan sedang bermain handphonenya. Tetapi perkataan Haechan membuat hatinya mencelos.

Sahabat sejak kecilnya benar benar meninggal.




































"Halo Jen" sapa Sunwoo saat berada didepan makam Jeno.

"Ya ampun Jenn, baru aja satu minggu yang lalu gue ketemu elo di perempatan eh udah nggak ada" kata Eric. Lalu ia mengusap air matanya yang keluar. Jeno itu seperti kembarannya, kata temen temennya sih wajahnya mirip. Dan Eric maupun Jeno juga mengakui itu meskipun gengsi.

"Kenapa lo meninggal pas udah lama nggak ketemu sih Jen?" tanya Hyunjin.

"Lo kesepian nggak disana? Gimana kalo gue yang nem-"

"Nggak usah aneh aneh, Hwall. Jeno nggak akan suka kalo lo ngomong gitu" potong Jinyoung dengan nada yang dingin namun terkesan tidak suka dengan omongan Hwall. Hwall hanya diam dengan mata tajamnya menatap makam Jeno.

Haechan dan Jaemin baru datang. Jaemin segera berlari ke makam Jeno, seperti yang diketahui. Jaemin, Haechan, dan Renjun adalah sahabat sejak kecil Jeno. Mereka lebih terpuruk. Apa lagi Jaemin, bahkan pria itu memiliki dendam kepada pembunuh Jeno.

"Jen..."

"Na, udah. Kita berdoa dulu yuk? Semuanya, berdoa ya" ajak Renjun. Mereka menurut.






















































Seseorang menyeringai lebar, menatap makam Jeno dengan senang.

"Permainan yang sebenarnya, akan dimulai"






































sebenernya mau update besok, tapu tangan gue selalu gatel buat update😀

note :

IPA 2 : Jeno, Haechan, Jaemin, Renjun, Shotaro
IPA 1 : Soobin, Jinyoung, Sanha, Jungmo
IPA 3 : Junkyu, Jihoon, Yoonbin, dan Yoshinori.
IPS 3 : Jisung, Hyunjin, Felix, Seungmin
IPS 1 : Eric, Sunwoo, Hwall, Yunseong,

Itu kelas mereka haha, ga penting.

Quarantine | 00L [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang