6. Tanggung jawab

112 23 20
                                    

Divana menghembuskan napasnya kasar. Ia masih menggenggam pel-pelan di tangannya, hendak menyimpan kembali benda itu di tempatnya.

Sehabis ini, ia berniat untuk mengomel pada Ricko. Karena lelaki itulah yang membuatnya ikut dihukum gara-gara ulahnya.

Setelah kejadian tadi, bu Ima langsung memberi hukuman pada Ricko dan Divana. Ricko dihukum membersihkan kelas, sementara Divana membersihkan lantai koridor. Dan kebetulan saja, kelas sembilan B benar-benar jamkos sampai istirahat pertama. Membuat Ricko bisa leluasa membersihkan kelas karena kelas sudah kosong, penguhuninya sudah berpindah ke kantin untuk mengisi perut mereka yang mulai lapar. Berbeda lagi dengan Divana, gadis itu justru kesulitan dan kadang emosi saat lantai yang baru saja ia sapu dan pel sudah kotor kembali saat banyak murid yang melewati dan menginjak lantai koridor saat jam istirahat begini.

Ditambah lagi teman-temannya yang meninggalkannya ke kantin membuatnya tambah kesal.

Ia melangkahkan kakinya dengan perasaan dongkol ke arah kelas. Di sana ia lihat ada Ricko yang sudah duduk santai di bangkunya seusai membersihkan kelas. Melihat itu, Divana langsung menghampiri lelaki yang membuatnya ikut dihukum itu.

"Heh Ricko!" panggil Divana menyentak.

Ricko yang sedang santai-santai duduk, langsung menoleh saat merasa namanya dipanggil.

"Apa?" sahutnya santai.

"Ini gara-gara lo ya gue dihukum! Coba kalau tadi lo nurut sama gue buat gak berisik! Pasti gue maupun lo gak bakal dihukum kayak gini!" omelnya dengan wajah yang berubah memerah karena emosi.

Alih-alih menyesal dan meminta maaf, Ricko justru menghela napasnya lalu berjalan santai melewati Divana. Seraya berujar, "Yaudah sih, lagipula cuma dihukum. Lagian kan lo juga ikut berisik, wajar aja kalau bu Ima juga menghukum lo," ujarnya sambil melewati Divana keluar kelas.

Divana semakin menggeram kesal dengan prilaku menyebalkan lelaki itu. Ia akhirnya menghela napasnya sabar, menahan amarahnya yang sedari tadi ingin ia lampiaskan pada Ricko. Namun dasarnya Ricko menyebalkan, ia justru dengan santai berujar seperti itu dan meninggalkan Divana tanpa rasa bersalah.

Tapi Divana tak ambil hati. Lagipula Ricko memang begitu. Ia sudah mengenal Ricko sejak kecil, jadi sudah terbiasa dengan sikap menyebalkan lelaki itu.

Divana sekarang memilih kembali keluar kelas untuk menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu ke kantin. Namun di tengah jalan, tepatnya di depan perpustakaan yang ia lewati, terlihat sepi, ia tak sengaja mendengar obrolan Jevan bersama seorang gadis yang tak terlihat begitu jelas karena tubuh gadis itu membelakangi Divana, membuatnya sulit menebak siapa gadis yang sedang berbicara dengan Jevan itu.

"Je, please, gue pengen kita balikan, gue pengen kita kayak dulu lagi, gue menyesal udah lakukan itu, please mau ya?" ujar gadis itu dengan nada memohon.

Didengarnya Jevan menghela napasnya gusar, lelaki itu menatap gadis di depannya dengan lekat. Namun jawaban yang diberikannya membuat wajah gadis di depannya yang tadinya tersenyum penuh harap berubah lesu dan terlihat kecewa.

"Sorry Nad, gue gak bisa. Gue udah maafin lo, tapi buat balikan lagi, gue gak mau. Sekali lagi, maaf," jawab Jevan lalu pergi meninggalkan gadis itu.

Divana langsung bisa menyimpulkan bahwa gadis itu ialah Nadya. Siapa lagi mantan Jevan selain Nadya? Ditambah Jevan yang memanggil gadis itu dengan sebutan 'Nad' yang cukup membuatnya yakin bahwa Nadyalah gadis yang tengah berbicara dengan Jevan itu.

RIVAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang