19. Alasan Jevan

21 13 0
                                    

"Assalamu'alaikum." Jevan mengucapkan salam saat dirinya baru saja datang dan masuk ke dalam rumahnya.

Setelah mengambil baju dan segala yang ia bawa ke rumah Ragil tadi malam, Jevan langsung pulang. Hari ini cukup melelahkan bagi Jevan, hingga ia ingin buru-buru berbaring di kasurnya untuk beristirahat.

"Wa'alaikumsalam. Yey, kak Jeje udah pulang," pekik adik Jevan yang bernama Sara itu dengan ceria. Dia memang selalu menyambut Jevan setiap pulang sekolah.

Jevan tersenyum melihat adiknya. "Seneng banget lihat kak Jeje pulang?" tanya Jevan yang kini sudah duduk di sofa bersama Sara di sampingnya.

Sara mengangguk, lucu. "Iya Sara seneng. Nanti kak Jeje ajarin Sara belajar ya. Tadi bu guru kasih pr, tapi susah pr-nya. Nanti bantu Sara kerjain ya kak?" pintanya.

Jevan mengangguk mengiyakan permintaan adiknya itu. "Nanti ya kalau mau diajarin. Sekarang kakak capek, mau istirahat dulu," ujar Jevan sambil mengusap pelan puncak kepala adiknya sebelum ia berlalu menuju kamarnya.

Di kamarnya, Jevan langsung membaringkan tubuhnya ke kasur. Ketika matanya baru saja ingin memejam, seseorang membuka pintu kamarnya, hingga membuatnya kembali membuka mata.

"Kakak mau istirahat dulu Sara," ujar Jevan yang mengira bahwa yang membuka pintu kamarnya itu adalah adiknya.

"Makan dulu Je."

Jevan langsung terduduk ketika mendengar suara lembut ibunya. Ternyata yang membuka pintu kamarnya itu bukan Sara, melainkan ibunya.

"Nanti aja bu, Jeje nggak laper," tolak Jevan yang lantas dibalas anggukan oleh ibunya.

"Yaudah nanti kalau laper langsung makan ya!" pesan ibu, lalu Jevan langsung mengiyakan. Setelah itu ibu kembali keluar dari kamarnya dan menutup kembali pintunya.

Setelah ibunya keluar, Jevan kembali memejamkan matanya. Tak butuh waktu lama, cowok itu sudah terlelap di sana. Jevan memang tipe anak yang mudah tertidur. Apalagi ketika sedang kelelahan seperti sekarang. Entah itu di rumah, di sekolah, atau bahkan di mobil, Jevan bisa tertidur dengan nyaman. Ingat bukan seberapa seringnya Jevan tertidur di kelasnya? Bahkan itu mungkin sudah menjadi kebiasaannya.

•••

Tepatnya pukul 16.30 Jevan baru terbangun dari tidurnya. Cowok itu langsung menuju kamar mandi dan segera melaksanakan salat ashar karena sebentar lagi waktunya akan habis.

Setelah selesai melaksanakan kewajibannya, Jevan kembali keluar kamar menuju dapur. Perutnya itu sudah terlalu lapar karena belum diisi sedari tadi.

Sampai di dapur, dilihatnya sosok Jefri, ayahnya itu juga tengah makan di meja makan. Seketika, Jevan jadi merasa agak gugup jika harus makan berdua bersama sang ayah. Dari kecil Jevan memang lebih dekat dengan ibunya, dia tidak terlalu banyak berbicara jika bersama ayahnya. Jadi, Jevan merasa agak canggung bila harus berdua bersama ayahnya seperti ini.

Meskipun gugup, Jevan tetap memaksakan diri untuk makan bersama ayahnya. Ia mengambil posisi di hadapan sang ayah yang masih dengan tenang makan tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Ayah baru pulang?" tanya Jevan yang barusaha memecahkan keheningan. Ia tidak suka suasana canggung seperti ini.

"Iya," jawabnya tanpa mengalihkan fokusnya dari makanan. "Semalam kamu tidur di mana, Je?" tanya Jefri yang kali ini sudah beralih menatap putranya di hadapan.

Pertanyaan ayahnya langsung membuat Jevan tersentak. Ia sebenarnya memang sudah menduga jika ayahnya tahu kalau semalam ia tidak tidur di rumah. Setelah ini, Jevan mungkin harus siap-siap dimarahi oleh ayahnya.

RIVAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang