9. Gebetan Dahnia

91 21 3
                                    

Setelah keributan di kelas sembilan B tadi, bel masuk tak lama berbunyi.

Kini, anak-anak kelas sembilan B terlihat tengah fokus memperhatikan seorang guru yang sedang menjelaskan materi.


Seluruh atensi siswa-siswi tertuju pada seorang lelaki berumur sekitar 28 tahun itu. Guru muda yang belum lama pindah ke sekolah mereka.

"Pstt!" Terdengar suara bisikan dari arah belakang, disusul terbangnya secarik kertas yang sengaja dibuat semacam bola dan melayang tepat di samping bawah bangku Jevan.

Lelaki yang tengah fokus pada materi di depannya itu lantas menoleh ke samping bawah bangkunya dan menemukan kertas yang diremas hingga menjadi bulat juga lecek itu. Ia menoleh ke arah belakang, mencari siapa pelaku yang melempar kertas itu. Hingga matanya terkunci pada gadis yang berada di bangku jajaran ke tiga dari depan yang tengah tersenyum sambil menunjuk-nunjuk dirinya sendiri menggunakan jari telunjuknya, seolah memberitahu lelaki itu bahwa dirinyalah yang melemper kertas tersebut untuk Jevan.

Jevan yang langsung mengerti akhirnya mengambil kertas itu perlahan, takut-takut kalau guru di depan akan melihatnya. Lantas ia membuka kertas itu dan terlihat seuntai kalimat yang ia yakin adalah tulisan tangan yang dibuat oleh si pengirim kertas.

'Jevan! Si Nadya ngelihatin gue sinis banget dari tadi! Sumpah matanya kayak mau keluar. Kalo dia dendam sama gue gimana nih? Serem banget asli!'

Itulah seuntai kalimat yang tertulis dengan tulisan super rapi di kertas itu. Jevan kembali menoleh ke belakang dan langsung disuguhi ekspresi ngeri dari gadis itu. Siapa lagi kalau bukan Dahnia? Gadis itulah yang sengaja melempar surat abal-abal itu agar Jevan membacanya. Ia sedari tadi begidik ngeri melihat tatapan Nadya padanya.

Memang, sepanjang pelajaran, Nadya sesekali melirik begitu sinis ke arahnya. Hingga membuat Dahnia tidak fokus pada pelajaran. Ia juga takut kalau-kalau Nadya menjadi benci padanya. Kalau soal takut pada Nadyanya sih jelas tidak. Buat apa pula Dahnia takut pada Nadya. Jangan salah, Dahnia, Christy, bahkan Nindya adalah perempuan-perempuan pemberani dari kelas sembilan B. Apalagi sejak berteman dengan Divana, tingkat keberanian juga ke bar-bar an ketiga gadis itu semakin meningkat. Jadi selain banyak disukai oleh para siswa-siswi, keempat gadis itu juga ditakuti, terlebih lagi oleh adik-adik kelas. Apalagi pada Divana.

Dahnia hanya takut kalau Nadya akan mengira bahwa dirinya merebut Jevan dari Nadya. Tapi seharusnya Dahnia tak perlu merasa begitu, karena, ia memang tidak merebutnya. Lagipula mereka jadian pun setelah lama Jevan dan Nadya putus.

Juga yang Dahnia takutkan adalah, Nadya begitu sakit hati karena hal yang Dahnia bilang bahwa Jevan gagal move-on pada Nadya itu diberitakan hanya sebuah candaan. Apalagi setelah tahu itu, Nadya juga harus menerima fakta bahwa Jevan sudah berpacaran dengan Dahnia. Dahnia berpikir, jika ia jadi Nadya, ia pasti sangat sakit hati juga marah. Terlebih, Dahnia tahu betul bahwa Nadya masih menyukai Jevan.

Dahnia jadi merasa bersalah juga menyesal. Menyesal sekali karena ia begitu jail menyebarkan bahwa Jevan gamon. Ia juga egois, tanpa memikirkan bagaimana resiko yang akan ia dapat setelah melakukan aksi jailnya itu.

Dahnia menghela napasnya berat, mencoba membuang pikiran tentang hal itu sejenak dan kembali fokus pada materi yang sedang dijelaskan di depan.

Namun pandangannya kembali teralihkan ketika kertas yang tadi ia lempar itu kembali jatuh ke depan mejanya. Lantas ia langsung membukanya karena ia yakin kertas itu berisi jawaban pesannya pada Jevan.

RIVAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang