Happy Reading!!
•
•
•Seminggu setelah kejadian itu, Carax tak lagi pernah menampakkan batang hidung nya di sekolah. Athanasia bahkan di buat terheran-heran oleh para guru yang bahkan tak pernah menanyakan ketidakhadiran pemuda itu. Satu kesimpulan yang dapat Athanasia ambil. Carax di keluarkan.
Mungkin terdengar tidak nyambung, seperti : Seorang anak di keluarkan dari sekolah karena menyukai sesama jenis. Bukankah itu terdengar lucu dan jahat di saat yang bersamaan? Lucu karena dia di keluarkan hanya karena LGBT, dan jahat karena itu terdengar seperti menghina.
Athanasia tidak mempermasalahkan orang-orang yang punya persimpangan seksual di luar sana. Hanya saja, jika bertemu atau bahkan kenal secara langsung dengan orang itu, ia jadi merasa aneh dan.. um.. entahlah, sedikit kejam jika di lontarkan melalui kata-kata.
Sudah 3 bulan sejak Athanasia berpacaran dengan Lucas. Rasa nya masih sama ketika mereka masih berteman dulu. Yang membedakan hanya status yang kini menjadi penghubung istimewa di antara mereka. Athanasia tidak mengharapkan Lucas akan bersikap romantis kepada nya--pun Lucas tampak nya juga tak tertarik melakukan hal itu--asal Lucas selalu setia dan selalu menjaga nya, Athanasia sudah senang. Itu sudah lebih dari cukup.
Ngomong-ngomong, ia jadi sedikit penasaran apa yang di lakukan pemuda itu sekarang. Besok dia sudah di perbolehkan masuk sekolah lagi, kira-kira bagaimana reaksi nya ya?
Lucas benar-benar tidak mengunjungi Athanasia barang sekalipun sejak ia di skors. Seakan lupa, Athanasia juga lebih memilih menghabiskan waktu bersama sepupu nya. Entah bagaimana hubungan mereka bisa bertahan walaupun tidak berinteraksi sekalipun. Seperti ada benang merah yang mengikat mereka untuk selalu bersama.
"Um... Athy!"
Athanasia tersentak kaget ketika tiba-tiba Jennette berseru memanggil nama nya. "Apa?"
Jennette menghentak-hentakkan kaki nya gelisah. Tunggu! Ada apa dengan sepupu nya ini? Kerasukan?
"Um.. anu.. ck, bagaimana cara bilang nya ya? Itu...si..anu.."
Lipatan-lipatan penuh tanda tanya muncul di dahi kinclong milik Athanasia. Bertanya-tanya apa maksud gelagat aneh sepupu nya ini. Tidak biasa nya. "Apa sih? Kau sakit? Demam? Oh! Atau datang bulan? Kau tidak punya pembalut?"
"Bukan sial! Anu... Itu.. se-seperti nya a-aku.. itu.."
"...."
Athanasia memandang datar Jennette yang bergerak gelisah di hadapan nya. Tapi.. Tunggu!! Wajah nya... Sedikit memerah? Hah?
"Woi Jennette. Kau tidak tertular virus kotorna kan? Kalau iya, jangan mendekat!" Athanasia berjalan mundur menjauhi Jennette. Mengantisipasi katanya.
"Bukan Athy!!! Dengarkan dulu!" Jennette kembali menghentak-hentakkan kakinya. Serasa dunia berguncang hebat--canda guncang. Athanasia semakin menaruh kecurigaan kepada sepupu nya itu. Sifat nya berbeda sekali dengan biasanya, dan apa-apaan maksud rona merah di wajah nya itu? Ingin BAB kah?
"Cepat! Memang nya aku terlihat seperti orang yang punya banyak waktu luang?!" Iya.
Jennette menghembuskan nafas nya perlahan. Mencoba rileks. "Ekhem! Berjanjilah kau tidak berteriak atau memasang ekspresi aneh ketika aku selesai bicara. Ku pukul loh?!"
Athanasia memutar bola mata nya malas, "Y."
"Ja-jadi, a-a-aku seperti nya su-su-su-suka I-Ijekiel." Ucap Jennette sedikit--banyak--terbata-bata.
"Ooh. Kalau itu sih aku sudah tahu." Balas Athanasia sambil mengedikkan kedua bahu nya. Yah.. memang sebelumnya ia sudah ada feeling sih.
"Syukurlah.. kukira kau akan kaget dan berceloteh sana-sini. Sambil menyebar hoax mungkin." Jennette mengecilkan suara nya ketika mengatakan kalimat terakhir. Bisa-bisa Athanasia menendangnya.
"Gah! Menyeramkan!"
.
.Esoknya..
"Sial! Kenapa waktu cepat sekali berlalu. Padahal aku sudah terlalu betah di rumah. Sialan. Bangsat. @$@&#)+))$+."
Lucas memakai dasi sekolah nya sambil menggerutu. Ia tidak terima jatah "libur" nya telah usai. Padahal banyak yang harus di lakukan nya di rumah, salto misal nya? G.
"Tapi tak apa Lucas.. kau bisa bertemu dengan Athy lagi, bukankah itu bagus? Sangat bagus malah."
Lucas segera turun ke lantai bawah rumah nya. Menyiapkan telepo--motor untuk berangkat ke sekolah. "Cih. Saking besar nya, aku jadi malas jalan di rumah ini." Sombong.
Lucas mengendarai motor nya dengan kecepatan sedang, tangan nya terlalu malas untuk di gerakkan. Tapi tiba-tiba, dari arah berlawanan, sebuah motor dengan kecepatan di atas rata-rata berhasil menyalip motor Lucas. Merasa tertantang! Lucas memberhentikan motornya. "Malaaaassssss", keluh nya.
"Lagipun apa bagus nya balapan dengan wanita tua bangka?"
Lucas kembali menjalankan motor nya dan tiba di sekolah dengan selamat.
"LUUCCAASS~~" Mari tebak itu suara siapa.
Lucas menoleh ke arah sumber suara. Secara ajaib, senyum sumringah kini menghiasi wajah tampan nya. Siapa lagi kalau bukan karena Athanasia.
Athanasia berlari ke arah Lucas dan langsung memeluknya. "Huwaa, aku benar-benar merindukan Lucas!"
Lucas membalas pelukan Athanasia. Entah mengapa ini terasa seperti deja vu. "Aku juga."
"Ekhem, prikitiw! Mata ku sakit melihat kalian. Misah sana!"
Athanasia menjulurkan lidah nya ke arah Jennette. "Iri bilang!"
"Sialan."
Athanasia melepaskan pelukan nya dan menatap lamat-lamat wajah Lucas yang entah mengapa semakin tampan saja. Lucas pun balik menatap Athanasia. Tenggelam dalam pesona mata indah milik Athanasia yang tak ada dua nya. Athanasia yang di tatap begitu entah mengapa jadi salah tingkah sendiri.
"Ekhem! Lu-Lucas ayo ke kelas." Ajak Athanasia lalu menarik tangan Lucas. Lucas hanya pasrah dan mengikuti Athanasia dari belakang.
Jennette tersenyum hangat melihat sepupu nya tersebut. Sepertinya memang tak ada yang lebih berharga dari sosok keluarga.
Kau bisa hidup tanpa teman ataupun pacar. Namun kau tak bisa hidup tanpa keluarga. Keluarga yang memberimu rumah. Keluarga yang memberimu semangat walau tak terucap. Dan keluarga juga yang memberimu kasih sayang.
Teman bisa berkhianat. Pacar bisa berpaling. Tak ada sempurna dari kedua hal tersebut. Tapi keluarga? Bagaimana dengan keluarga? Apakah keluarga akan menghianatimu? Atau keluarga akan berpaling meninggalkanmu? Hargai mereka selagi kau bisa. Waktu tak bisa putar ulang. Terima mereka apa ada nya. Entah membenci atau menyayangi. Karena sesungguhnya tak ada ikatan yang lebih erat selain keluarga.Jennette kini menyadari. Sekalipun bumi runtuh, Athanasia tetaplah keluarga nya. Sosok yang harus ia sayangi dan ia jaga.
.
.
.Tamat.
Ending yang sungguh tak terduga bukan? Hem? Hem?
Yah.. mo gimana lagi, aku kehabisan ide :)
Pernah dengar kalimat "Lebih mudah memulai sesuatu, daripada mengakhiri sesuatu." Kan? Kalo belum, tuh kalian dah baca :DKarena ending yang sungguh tak memuaskan ini. Aku memutuskan bikin bonus oneshot, tetep di lapak ini kok, hehe.
Jadi yah.. Jangan lupa vote dan komen nya..
Dan terima kasih kepada yang selalu nge vote cerita gaje, alay, klise ini. Hamba bersyukur ternyata masi ada yang baca ni cerita :')
See ya!
Saturday, 03 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Us (Who Made Me A Princess)✓
FanficHanya kita. Tidak ada yang lain. FANFICTION! MODERN!!! CAST SEPENUH NYA MILIK PLUTUS SPOON, AUTHOR CUMAN MINJEM😀