Berjarak Untuk Sementara

3 0 0
                                    

"Her, kau dipanggil pak Rizal, tuh," ucap Rey dengan wajah yang masih mengantuk akibat bergadang.

"Di mana? Emang mau ngapai dia?" tanyaku.

"Gatau, kayaknya penting," ujarnya.

Kamipun bergegas langsung ke ruangan pak Rizal. Pak Rizal adalah dosen di kampus kami. Beliau tidak pernah masuk kelas, sebab memang tidak ada mata pelajaran beliau di kelas kami. Beliau adalah salah satu dosen senior di kampus kami. Perawakan yang lumayan stylist dan berkarisma. Dengan umur yang terbilang masih muda, namun cara ia memerlakukan mahasiswa sangat berkarisma. Setelah sampai di depan ruangan beliau, kami langsung mengetuk pintunya.

"Assalamu'allaikum, bapak manggil saya?" ucapku.

"Ohya, silakan duduk. Saya memanggil kalian berdua, ada tugas dari Dekan, untuk kalian," katanya dengan nada yang lembut.

"Ohiya, kira-kira tugas apa, ya pak?" tanya Rey.

"Jadi gini, saya butuh team untuk bisa melakukan survei atau penelitian di salah satu desa terpencil minggu depan. Nah, sesuai arahan Dekan, saya sangat butuh namanya fotograper untuk bisa mendokumentasikan kegiatan tersebut. Dan saya juga butuh kamu, Rey, untuk bisa menemani Heri. Karena, menurut informasi, kalian adalah teman dekat. Itulah kenapa saya mengajak kalian untuk menjadi team saya dalam melakukan penelitian," katanya.

"Kira-kira, waktunya berapa lama ya, pak?" tanyaku.

"Tidak lama, hanya dua bulan saja. Tapi tenang, kalian tidak usah khawatir tentang nilai kalian. Saya udah urus dengan Dekan," ucapnya.

"Jadi gini, pak. Kita kan baru masuk kampus nih, dan belum ada satu semester. Lantas, dari mana bapak tahu kalau saya itu seorang fotografer?" tanyaku.

"Hemm ... Saya punya data dari Dekan tentang hobi mahasiswa. Kalian ingat, waktu kalian daftar kuliah? Nah, kalian kan disuruh menuliskan hobi dan akun-akun sosial media kalian, bukan?" tanyanya.

"Iya, Pak..."

"Nah, dari situ saya mencoba mencari tahu akun instagram kamu, Heri. Di situ banyak berisikan foto-foto yang menurut saya, sangat bagus. Itulah mengapa, saya minta Dekan untuk bisa mengizinkan kamu menjadi team saya," jawabnya dengan nada semangat.

"Oh, begitu. Kita boleh mikir-mikir dulu nggak, pak? Nanti malam, kita hubungi bapak untuk kepastiannya," pintaku.

"Oh, oke baik. Saya tunggu kabar dari kalian, ya!!!"

"Baik, pak..."

...

"Gile kau, dua bulan bukan waktu yang bentar cuy," ucapku pada Rey.

"Alah, udah terima aja. Lagian, ini bakalan jadi proyek kita pertama sebagai mahasiswa. Itung-itung pengalaman cuy," ucap Rey dengan penuh semangat.

"Gimana, ya. Kita juga gatau desanya di mana. Ada sinyal apa enggak," ucapku gelisah.

"Gini ya, Her. Pengalaman kita jauh lebih berharga daripada cuma duduk di bangku kuliah. Toh, ini bakalan jadi projek kita yang bisa membuat nama kita naik," ucapnya dengan nada serius.

"Hemm ... Jadi, yang bakal jaga kafe, siapa?" tanyaku.

"Lah, kan ada karyawan. Toh, karyawan kita udah pada bisa dipercaya," jawabnya.

Perdebatan sore itu terus berlanjut. Sampai pada akhirnya, kami memutuskan untuk menerima tawaran dari pak Rizal. Kami lantas menghubungi beliau.

"Alhamdulillah, baik, kalian tidak usah khawatir soal biaya. Semua saya yang nanggung  kalian cukup laksanakan tugas sebaik mungkin," ucapnya gembira.

"Baik, Pak..." ucapku.

Rencananya kami akan berangkat minggu depan. Namun, karena pak Rizal ingin secepatnya, keberangkatan kami dimajukan tiga hari ke depan. Aku langsung mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan kelak. Benar kata Rey, ini pengalaman pertama kami, dan bakalan jadi pengalaman yang seru. Kenal orang baru, keluarga baru, bahkan suasana yang baru.

...

Hari keberangkatan pun tiba. Kami berangkat bersama pak Rizal menggunakan mobil travel yang sudah disewa olehnya. Aku sengaja tidak memberitahu Nini soal ini. Aku hanya ingin menghilang untuk sementara, membuat sebuah puzle rindu dengannya. Apakah ketika aku tidak berpamitan padanya, ia akan mencariku? Ah aku hanya dapat berharap saja. Itu tidak mungkin. Dua anak manusia yang baru kenal, sudah saling rindu. Rasanya sangat mustahil terjadi. Tetapi, aku berharap ada setitik rindu yang muncul pada hatinya, walau setitik tak lah mengapa.

"Aku akan menghilang untuk sementara. Aku tak tahu, kau bakal mencariku atau hanya membiarkan kabarku. Aku berharap ada setitik rindu yang hadir dalam hatimu. Walau rasamu hanya sebuah labirin yang susah untuk ditembus. Yakinlah, ada segenggam rindu untukmu dalam hatiku. Kuharap, pulang menjadi tujuan utamaku. Walau semesta tak dapat ditebak alurnya. Layaknya judi, kau membuatku candu. Jaga dirimu baik-baik. Aku akan pulang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah PelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang