Masa Lalu

10 2 0
                                    

Heri terus menghubunginya, namun ia tetap tidak mengangkat panggilan dari Heri. Heri mulai panik. Ia sekali lagi menelepon Rinjani sambil berharap ia tak kenapa-kenapa. Di hari ulang tahunnya itu, tiba-tiba Rinjani hilang tanpa kabar. Heri berharap ini hanya sebuah gimick untuk memberinya kejutan. Ternyata hingga malam hari, Rinjani masih tidak ada kabar.

Ia mencoba menelepon keluarganya, tapi sama saja hasilnya. Nihil. Ia menghubungi teman dekatnya, Heni, tapi sama juga, Heni tidak tahu kabar dari Rinjani. Heri semakin frustasi dan putus asa. Ia akhirnya terduduk lesu, dengan raut wajah yang tampak muram.

...

Seminggu berlalu, Rinjani masih belum ada kabarnya. Heri hanya bisa berharap ada sebuah pesan singkat di gawai miliknya. Mereka sudah berpacaran selama hampir enam tahun. Baru ini Rinjani tiba-tiba menghilang tanpa kabar yang jelas. Ketika ia mendatangi rumahnya, sama saja, tidak ada orang di rumahnya. Heri gelisah tanpa arah. Ia seperti orang gila yang kehilangan tujuan hidup.

...

Sebulan berlalu, Heri belum mendapat kabar dari Rinjani. Hanya sebuah pesan kecil yang ia harapkan. Tapi tak ada satupun pesan dari kekasihnya itu. Ia merasa mungkin inilah akhir hubungan mereka berdua. Ia sama sekali tak menyangka, bahwa kekasihnya itu tiba-tiba hilang dan berubah. Entah di mana ia berada. Apa kabarnya saat ini. Heri sama sekali tak tahu.

...

Tujuh bulan berlalu, pesan yang Heri harapkan akhirnya muncul dari gawainya.

"Hai, apa kabar? Maaf ya aku udah membuatmu khawatir selama ini. Aku tahu, kamu pasti bingung. Kamu pasti kecewa. Kamu pasti khawatir. Kamu pasti sedih. Aku minta maaf sudah menghilang selama tujuh bulan. Apalagi dihari spesialmu waktu itu. Kamu baik. Terima kasih udah mau nemenin aku selama ini. Udah mau ngajarin aku semangat hidup. Udah mau ngajarin aku banyak pelajaran. Udah mau memberiku pahit dan manis. Kamu sungguh baik. Aku yakin, suatu saat nanti kamu bakal menemukan kekasih yang lebih dari aku. Heri, terima kasih atas semuanya. Aku pamit ya. Aku tak ingin kamu tahu. Nanti kamu pasti bakal tahu sendiri aku ada di mana dan lagi apa. Nanti kamu bakal tahu sendiri, aku sedang bersama siapa. Sekali lagi aku minta maaf sama kamu sudah buat kamu khawatir. Jangan sedih ya. Aku gamau liat kamu sedih. Kamu berhak bahagia. Sekali lagi aku minta maaf ya sayang. Dari Rinjani~"

Heri tak kuasa menahan tangis. Air matanya terus mengalir. Ada rasa kecewa, sedih, dan bingung. Kekasih yang selama ini menemaninya, berjanji padanya, pergi begitu saja tanpa kabar. Ia bingung di mana sekarang ia berada. Heri hanya bisa terduduk lemas. Ia merasa frustasi. Dirinya seakan sudah berakhir. Ia terdiam dan meratap.

...

Seminggu setelah pesan dari Rinjani, Heri berusaha tetap tegar. Tiba-tiba, ada pesan masuk dari teman Rinjani.

"Her, kamu harus kuat," sebuah pesan singkat dari teman Rinjani. Melihat pesan itu, Heri merasa bingung.

"Rinjani dan keluarganya sudah memutuskan untuk pindah ke Malaysia. Tapi.... Kamu harus sabar. Rinjani udah nggak ada, Her...." sambungnya.

"Rinjani meninggal, Her. Dia jatuh dari apatermennya karena berusaha melawan pencuri di apatermennya dan koma selama tiga bulan. Pesan terakhir yang kamu dapat adalah salam perpisahan yang ia buat. Ia menyuruh ibunya menghubungimu. Dia merasa bersalah karena udah ninggalin kamu, Her. Selama dia koma, dia terus memanggil namamu. Dia pengin kamu ada di saat terakhirnya. Yang sabar ya, Her..." ucap Heni.

Melihat pesan itu, Heri terduduk, dan termenung. Air matanya seakan sudah habis. Ada rasa nyesek yang menusuk dadanya. Ia merasa bersalah karena tidak ada disaat-saat terakhirnya. Heri terdiam bagai orang gila. Tetesan air matanya tak henti basahi pipinya. Saat itulah, Heri menjadi sedikit berubah.

...

"Kita pernah punya angan, kita pernah punya harapan. Aku tahu, semesta saat ini tak berpihak pada kita. Angan yang telah kita bangun, tlah hancur lebur tanpa sisa. Harapan bahwa kita akan bahagia, ternyata membuat kita berpisah. Kita berpisah bukan untuk sementara, tapi untuk selamanya. Kini kau sudah bersama sang pencipta, tidur yang tenang, ya. Dari kekasihmu, Heri"

Harapan yang sudah Heri bangun ternyata pupus sudah. Tak ada lagi harapan yang tersisa. Kini yang tinggal hanya kenangan yang sudah dibangun bersama. Hari terus berjalan, waktu terus beranjak, Heri tak bisa hanya meratapi nasibnya. Ia sadar, ada hal yang mesti dikejarnya. Kini, Heri mulai membuka lembaran barunya.

...

Kisah PelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang