Bincang

12 4 0
                                    

Heri yang sedari tadi masih terlelap tiba-tiba dibangunkan oleh panggilan dari gawai miliknya. Ia langsung menjawab suara dari Rey.

"Hah, apa?" tanyanya.

"Gak ngampus kau?" tanya Rey

"Aku gamasuk mapel pertama. Nanti aja aku masuk mapel kedua!" jawabnya sambil memegang matanya yang masih dipenuhi dengan kotoran.

"Nyesel kau nanti. Nih si Ninik lagi sendirian," ujar Rey merayu.

"Eemm ... Yaudah aku otw!" ucap Heri.

...

"Siapa di dalam?" tanya Heri sambil mengetuk pintu kamar mandi miliknya.

"Setan!" jawab Ciko.

"Ohh setan. Kirai manusia ...," ucap Heri. "Buruan bambang, aku masuk bentar lagi," lanjutnya.

Heri dan Ciko memang berbeda fakultas. Heri di Fakultas Ilmu Sosial, sedangkan Ciko di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Mereka telah berteman lama. Seperti halnya Heri dan Rey.

...

Motor tua membawa Heri menuju kampus. Dengan helm unik miliknya, dan kacamata hitam itu. Perawakan Heri yang tinggi, sedikit kurus, dengan rambut ikal. Semakin menambah keren dirinya. Tapi, dibalik perawakannya yang keren itu, Heri adalah lelaki yang tidak berani untuk mendekati wanita yg disukainya. Tapi, ia tidak pernah takut untuk menggoda para wanita yang ada di kelasnya. Ia juga memiliki hobi, yaitu fotografi. Hobi yang digelutinya semasa SMA dulu.

...

"Dimana kau?" tanya Heri melalui gawainya.

"Di kantin. Sinilah," jawab Rey.

"Otw!"

Tepat di depan mata Heri, duduk seorang wanita yang dikaguminya. Andriani. Sedang duduk bersama Rey dan Lina. Heri langsung menghampiri mereka dengan rasa canggung sedikit gemetar. Jantung Heri rasanya mau copot.

"Ri," panggil Rey.

"Eh Heri ..." ucap Andriani dengan tersenyum. Tatapan indah yang diberikannya membuat Heri semakin mati gaya. Semakin gemetar dan wajahnya memerah bagai kulit bayi.

"E ... Ee ... Ninik," dengan nada canggung ia menjawab panggilan Andriani.

"Duduk sini. Nih kenalin Lina. Yang kemarin datang ke kede kopi kalian. Si Rey udah kenal, tinggal kau aja yang belum kenal ..." ucap Andriani.

"Heri," ucap Heri kepada Lina.

"Lina ...," balasnya.

"Eh biasa aja badanmu, gemetar kali kuliat. Haha ...." ledek Rey.

"Ini udah biasa bambang," ucap Heri sambil menahan rasa malu.

"Ohiya, kau asal mana? Kok bisa masuk kampus ini?" tanya Ninik kepada Heri.

Heri yang mendengar pertanyaan tersebut, semakin membuat dadanya bergetar. Ia bingung mau bicara apa.

"Ee ... Eee ... Aku lulus SNMPTN, ka .. ka ... kalo Ninik?" tanyanya balik dengan sedikit badan bergetar.

"Kalo aku lulus dari SBMPTN sih, jadi aku milih ini awalnya pilihan kedua. Tapi alhamdulillah lulusnya di sini. Kalo Lina kawan aku SMA dulu. Tapi kami beda fakuktas," ucapnya sambil mengunyah keripik yang ada di depannya.

"Pilihan pertama emangnya di mana?" tanya Heri kembali. Sedikit melirik matanya yang indah itu.

"Pilihan pertama di USU, Management. Tapi ya rezekynya di sini. Hehe," jawabnya dengan senyuman. Pandangan yang diberikannya membuat Heri mulai terbiasa memandangnya.

"Ohiya, lima menit lagi masuk nih," ucap Lina. Lina langsung izin pada mereka bertiga.

"Aku luan ya, udah masu masuk," ucap Lina sambil berjalan terburu-buru. Lina memang gadis yang paling hits di kampus. Sampai ketika ia lewat di depan para mahasiswa, ia banyak mencuri pandang para lelaki hidung belang.

"Eh, aku ke ruang dosen luan ya. Ada urusan," pamit Rey.

"Ee ... Ee ..." Heri tiba-tiba mati kutu. Ketika hanya ada dia dan Andriani di depannya. Ia hanya bisa terpaku. Sambil sesekali ia pandang matanya.

"Yuk ke kelas?" ajak Ninik.

"Emang udah masuk?" tanya Heri.

"Udah nih. Yuk?"

Mereka berdua berjalan menuju kelas mereka yang jaraknya sedikit jauh dari kantin. Selama di perjalanan, mereka saling berbincang. Heri merasa semakin nyaman berbincang dengannya, walau harapannya pasti tidak mungkin terjadi.

"Kita mulai bisa tertawa. Dari asing, menjadi asik. Aku mulai terbiasa akan hadirmu. Tapi aku tak bisa berharap lebih padamu. Kini, kita mulai berbincang, kuharap,  perbincangan ini akan membawaku kepada harapanku"

Kisah PelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang