Hari Ini

9 2 0
                                    

Heri datang seperti biasa ke kampusnya. Di tengah jalan, ia melihat seseorang yang ia kenal. Ia pinggirkan motor miliknya.

"Nik," panggil Heri.

"Eh, Her," sautnya.

"Lagi nunggu angkot?" tanyanya.

"Iya nih, udah sejam juga," jawabnya.

"Yaudah ayok, bareng. Udah telat juga nih," ajaknya.

"Ayok," sautnya.

"Pegangan, nanti kau jatoh aku masuk penjara pulak," katanya bercanda.

Merekapun berangkat. Ini bukan kali pertama Heri berboncengan dengan Ninik.

"Kau tadi dari mana?" tanya Ninik.

"Ha?"

"Kau tadi dari manaaaaaaaa," tanya Ninik kembali karena Heri tak mendengar.

"Ohh, aku tadi dari rumahhhhhhhhhhhhhh ...." jawabnya.

"Haha, kok rumahnya panjang kaliiiiiii?" tanya Ninik membalas candaan Heri.

"Karna kayak hari kitaaaaa. Panjanggggggg," jawabnya.

"Hahaha, panjang kaliiiii?"

"Iyaaaaaa, aku mau panjangggggg. Bukan hanya sesaatttttttt. Hahaaaaaa," Heri memperlambat motornya.

"Yaudah kalo itu maunya. Aku ikut ajaaaa," ucap Ninik.

Mereka berbincang sepanjang jalan menuju kampus. Tanpa mereka sadari, mereka sudah telat.

"Kita udah telattttttttt," ucap Ninik.

"Gapapa telatnya bareng kau. Asal aku gak telat masuk ke hati kauuuu," ucap Heri sambil tertawa.

"Haha, emang kalo telat masuk ke hatiku, kenapaaaaa?" tanyanya.

"Nanti ada yang duluan masukkkkkk. Jadinya aku gabisa masuukkkkk," jawab Heri.

"Kalo belum ada yang masuk gimanaaaaa?" ucap Ninik lagi sambil teriak.

"Aku yang akan masukkkkkk," balas Heri.

Merekapun tertawa lepas. Tanpa rasa canggung lagi. Heri hanya bisa tersenyum.  Ia berharap hari ini tak menjadi hari buruk baginya. Ia berharap ini adalah awal yang baik.

Ninik hanya bisa memeluk erat pinggang Heri. Ia lantas tertidur sesaat. Memejamkan matanya yang lentik itu. Lalu tersenyum. Entah apa yang ada di dalam benaknya. Rasanya, ia juga memiliki rasa yang sama dengan Heri.

...

"Yuk kantin?" ajak Rey.

"Aku mau pergi sama Heri," ucap Ninik.

"Hmm, bentar doang. Temeni aku," ucap Rey.

"Woyy kampret. Dari mana aja kau?" Heri datang mengejutkan.

"Ini mau ngajak Ninik ke kantin bentar. Bolehkan?" ucap Rey.

"Ngapai nanya samaku. Tanya sama orangnya lah," jawab Heri.

"Males ah, kan kita mau keluar, Her," kata Ninik menolak.

"Yaudah kita tiga ke kantin dulu ayok," ajak Heri.

"Hah gitu dong sayang," goda Rey pada Heri.

...

Mata kuliah ketiga tidak masuk. Heri dan Ninik langsung pergi meninggalkan kelas. Ada satu tempat yang mereka ingin tuju. Yaitu pasar. Heri janji ingin mengajak Ninik belajar foto street, atau foto jalanan. Objek kali ini adalah para pedagang. Suatu pengalaman yang baru bagi Ninik. Karena biasnya ia hanya memotret gedung, dan foto biasa. Kali ini, ia akan menemukan banyak momen.

"Yuk!" ajak Heri ke dalam pasar.

"Aku takut," ucap Ninik.

"Ada aku," kata Heri meyakinkannya.

"Momen di pasar itu cocok kali untuk dijadikan objek. Karna di sini banyak aktivitas warga. Foto yang kita ambil juga banyak menampilkan cerita nantinya. Tapi, memang yang belum pernah pasti bakal takut," ucap Heri lagi.

"Ajari aku," pinta Ninik.

Merekapun sibuk dengan kamera. Ada ratusan foto dan momen yang mereka ambil. Ninik yang baru pertama kali tampak mulai tenggelam ke dalamnya.

...

"Yuk pulang. Udah sore," ajak Heri. Setelah selesai, merekapun kian beranjak.

Diperjalanan pulang, Ninik hanya bisa duduk tersenyum. Ada rasa yang timbul dalam dadanya. Heri adalah orang yang istimewa baginya sekarang.

Hari itu adalah hari yang takkan pernah mereka lupakan.

...

"Kita dulu asing, kini kita saling. Kita saling memandang, saling merasa, saling tersenyum. Kuharap kata saling tidak berubah menjadi kata berpaling. Hari ini, kau adalah puan yang selama ini kucari. Izinkan tuan untuk mengenalmu lebih dalam. Kuharap, rasamu sama denganku"

Kisah PelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang