Bertemu

11 2 0
                                    

Hari sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Aku masih terduduk di halte menunggu angkutan yang biasa membawaku ke kampus. Sambil memainkan game favorite di gawaiku.

"Dek, bisa tolong jagai anak Ibu bentar, gak?" seorang Ibu tiba-tiba meminta aku untuk menjaga anaknya sebentar. "Ibu mau ke depan bentar beli minum," lanjutnya.

"Ohiyaiya, Bu, bisa-bisa," jawabku.

Ibu itu lalu pergi menyebrang jalan untuk membeli minuman. Tak lama berselang, mobil yang aku tunggu tiba-tiba datang. Aku merasa bingung, antara ingin meninggalkan anak tersebut, atau tetap menjaganya. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB. Tandanya, hanya ada 30 menit lagi waktuku untuk berangkat. Sementara, angkutan selanjutnya datang sekitar 30 menit lagi. Rasa bimbang menyelimuti pikiranku. Dan akhirnya, aku mengambil keputusan untuk tetap menjaga anak tersebut.

Angkutan itu pun akhirnya pergi kembali, setelah melihat tidak ada penumpang yang naik. Selang berapa menit, Ibu itu pun datang kembali. Dengan senyumannya, ia mengucapkan terima kasih sembari memberiku minuman.

"Adek ini mau ke mana?" tanyanya sembari duduk di sampingku.

"Mau ke kampus, Bu," jawabku tersenyum.

"Ohiya, Ibu lihat, tadi kamu sengaja tidak naik mobil itu, demi tetap jagain anak saya, kan? Saya lihat dari seberang jalan. Kamu gelisah!" katanya.

"Hehe iya, Bu. Ngga papa kok, masih ada angkutan lain hehe, kan saya udah janji sama Ibu," jawabku sembari tersenyum.

"Yaudah, dek. Sebentar lagi supir Ibu datang. Kamu sama saya aja perginya. Kebetulan saya juga mau ngajar," katanya menawarkan tumpangan.

"Hemm, nggak usah, Bu. Takut ngerepoti hehe. Emang Ibu ngajar di mana? Ibu dosen?" kataku sembari bertanya.

"Udah, Ibu nggak merasa direpoti, kok. Kamu juga sudah baik tadi. Kebetulan saya ngajar di Universitas Negeri Harapan Jaya. Yaudah kamu ikut saya aja naik mobil, nanti saya antarkan ke kampus kamu," katanya tetap menawarkan tumpangan.

"YaAllah, kalo begitu saya juga kuliah di sana, Bu. Saya baru saja masuk di sana," aku terkejut ketika mendengar kalau ia adalah dosen di kampusku. Entah ini kebetulan atau tidak, ternyata semesta punya caranya sendiri untuk mempertemukan.

"Ohiya? Yaudah kalo begitu, itu supir saya udah datang," katanya. Akupun ikut masuk ke dalam mobil tersebut. Lumayan uangku bisa kutabung.

...

Akupun sampai di kelasku. Aku duduk di sudut kelas. Sedari sekolah menengah, aku memang suka duduk di sudut.

Aku duduk sambil mendengarkan podcast motivasi kesukaanku. Kubuka novel yang aku beli kemarin. Karya Syahid Muhammad dan Stefani Bella. Aku memang senang membaca novel karya kolaborasi mereka. Rasanya, mereka bisa membuat para pembacanya sampai merasakan apa yang mereka buat.

Hobiku memang membaca, tapi selain itu, aku juga suka menulis dan bernyanyi.

...

"Rey," seseorang tiba-tiba datang di hadapanku sambil menjulurkan tangannya. Aku yang sedang membaca buku langsung terkejut sontak langsung kubuka earphone milikku. Aku kebingungan dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Kenapa bengong? Namaku Rey. Namamu siapa?" tanyanya balik. Kucoba membalas jabatan tangannya.

"Andriani," jawabku.

"Salam kenal. Aku juga satu kelas kau. Nggak usah bengong gitu haha. Aku nggak jahat loh," katanya mencoba membuatu nyaman.

"Hehe, aku terkejut tadi. Abisnya tiba-tiba datang ngejutin. Salam kenal kembali," jawabku.

Namanya Rey, pria dengan badan tinggi, rambut ikal, bibir tipis, itu, datang menghampiriku. Hanya ia satu-satunya lelaki di kelasku yang berani berkenalan denganku.

...

"Pulang ke arah mana?" tanya Rey yang tiba-tiba menghampiriku.

"Ke arah selatan," jawabku. Emang kenapa?" tanyaku.

"Pulang samaku, mau nggak?" tawarnya.

"Nggak usah, nanti ngerepoti kau pula hehe," jawabku.

"Nggak ngerepoti kok. Malah senang," jawabnya.

"Eummm ... Yaudah deh ayok," aku mengiyakan ajakannya.

...

"Kapan-kapan, main dong ke kede kopiku. Kebetulan dekat dari rumahmu, kok," ucapnya menawarkanku untuk bisa nongkrong di kede kopi miliknya.

"Ohya? Yaudah nanti kapan-kapan aku ke sana," jawabku.

"Kau kok manis haha," katanya mencoba merayu. Aku mencoba anggap itu hanya pujian biasa.

"Hehe biasa aja," jawabku.

"Biasa aja bentuknya kayak gini, apalagi yang luar biasa ... haha," ucapnya lagi 

"Haha ada-ada aja. Yaudah makasih deh udah muji," ucapku.

...

Kisah PelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang