Bab 58 : Terguncang

3.1K 345 70
                                    

Kim Hye Jin menatap setiap bangunan, kedai, dan rumah para warga yang dilewatinya dari balik jendela tandu.

Matanya yang indah bersinar lesu tanpa semangat. Keingintahuan akan hal-hal baru yang biasa bersarang di kepalanya sedang absen. Hye Jin bahkan tidak berkedip ketika netranya menangkap pemandangan mesra sepasang kekasih di sudut restoran yang baru saja dilewatinya.

Dia ... agak mati rasa.

Berita yang baru diterimanya beberapa jam lalu mengguncangnya hingga ke tulang. Hye Jin tidak bisa berpikir jernih. Gadis itu belum mampu mencerna segalanya dengan cepat. Ini terlalu ... mengejutkan. Terlalu berlebihan dan sulit dicerna kepala kecilnya.

Dia bangun dalam keadaan linglung. Paman bungsunya, yang selalu bersikap jauh dengannya, menyeretnya keluar dari Istana yang sedang kacau. Saat itu matahari belum terbit, namun para Kasim dan Dayang di Istana berlarian kesana-kemari membangunkan ayam yang menunggu pagi.

Hye Jin merasa masih bermimpi.

Yang Mulia Raja tiba-tiba meninggal dunia, Putra Mahkota menjadi tersangka, dan Hanna tidak dapat ditemukan di mana-mana. Belakangan Hye Jin mengetahui desas desus bahwa Hanna diculik oleh Putra Mahkota dan dijadikan sebagai sandera. Logikanya masuk akal karena Ming tidak akan memaafkan Joseon apabila terjadi sesuatu yang tidak baik pada Hanna. Dan karena Hanna disandera oleh Putra Mahkota, Istana tidak akan meluncurkan gerakan ekstrim untuk menangkapnya.

Meski begitu, Hye Jin tidak dapat mempercayai cerita itu.

Dia tidak mengerti kenapa Putra Mahkota harus membunuh Raja padahal dia jelas akan mewarisi takhta dengan gelar Putra Mahkota-nya. Terlebih, ada apa dengan acara menculik Hanna?!

Itu adalah bagian yang paling tidak masuk akal.

Hye Jin tidak bisa memikirkan alasan apapun yang bisa membuatnya puas! 

Apa yang harus Hye Jin lakukan untuk menyelamatkan Hanna?

"Agasshi, kita sudah sampai."

Suara pelayan membangunkan Hye Jin dari pemikirannya.

Ekspresi wajahnya masih rumit saat ia turun dari tandu. Dia menatap bagian depan Kediaman Utama Kim dengan linglung. Dia hanya pergi selama beberapa waktu, namun rasanya sudah begitu lama sampai ada keterasingan yang terbesit di hatinya. 

"Apa aku boleh kembali ke kamarku sekarang?" Dia belum masuk ke dalam, namun sudah ingin pergi ke kamarnya sendiri.

Kepala Pelayan Shin yang baru membuka gerbang juga mendengar ini. Dia memperhatikan ekspresi Nona Pertama yang rumit dan agak terkejut.

Nona Pertama Kim yang dikenalnya tidak akan pernah bersikap seperti itu.

Dia selalu terlihat seperti gadis yang lahir dari Dewi kesopanan, kepatuhan, dan murah hati.

Ketika dia keluar dari kediaman untuk melakukan urusan, saat kembali, selelah apa pun dia, dia pasti akan bertanya dimana Para Tetua. Memberi salam sudah menjadi kebiasaannya yang mendarah daging.

Dia benar-benar bersikap seperti Gadis Bangsawan yang sempurna.

Sampai pemilihan kandidat Putri Mahkota diumumkan.

Nona Pertama Kim tiba-tiba saja memberontak.

Tanpa peringatan.

Membuat Kediaman Utama Kim yang tenang, menjadi kacau dalam semalam.

Kepala Pelayan Shin menahan napas. Jika tadinya dia merasa ada kesalahpahaman terkait 'pemberontakan' Nona Pertama, saat ini dia yakin bahwa perubahan memang sedang terjadi pada diri gadis itu.

HANNA'S WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang