BAB 5; Keluarga Kedua

38 9 2
                                    

Semua anggota Ghonzala berkumpul di area depan gedung Warbel saat mendengar perintah berkumpul dari Bara. Tak sampai lima menit mereka sudah memenuhi gedung, karena sejatinya Ghonzala adalah termasuk orang yang disiplin. Bagaimana tidak, satu menit saja mereka terlambat menghadiri panggilan, mereka bisa dicoret dari KK Ghonzala.

Seluruh anggota Ghonzala duduk tanpa alas di lantainya sambil menyaksikan temannya yang akan dieksekusi. Bahkan sebagian dari mereka ada yang sengaja membawa popcorn untuk menemaninya nonton.

 Bahkan sebagian dari mereka ada yang sengaja membawa popcorn untuk menemaninya nonton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eksekusi di sini bukan berarti dihukum mati seperti di TV. Tapi hanya pemberian hukuman kepada anggota Ghonzala yang melanggar peraturan. Seperti ketauhan menjadi mata-mata musuh, sengaja memancing keributan, dan segala hal yang berbau negatif pasti akan dieksekusi.

"Bukannya sampeyan sudah tau kalau setiap anggota yang melanggar peraturan Ghonzala pasti bakalan dieksekusi?" Surya yang biasanya terlihat ramah dengan senyum manisnya, kini cowok itu berubah menjadi dingin.

Zidan, si tersangka hanya bisa diam di depan teman-temannya sambil menahan malu karena memakai daster. Ia tidak berani berkutik saat mereka tak sengaja melihatnya menerima uang bayaran dari Arvin ketua Orcing karena telah berhasil memberikan informasi tentang Ghonzala kepadanya.

"Dan sampeyan tau kesalahan hatal apa yang sudah sampeyan lakukan?"

Zidan tetap diam di tempatnya. Cowok itu terus menunduk takut ketika seratus lebih pasang mata sedang menatapnya. Ia bisa saja melawan, tapi kembali lagi ke awal. Selain kalah jumlah ia juga kalah dalam segi bela diri jika dibandingkan dengan inti Ghonzala.

"Ndak punya mulut ta sampeyan?" tanyanya sekali lagi karena cowok di depannya tak kunjung buka suara.

Surya yang membawa tongkat kayu di tangannya semakin membuat Zidan menutup rapat mulutnya.

"Cupu anjir!" salah satu anggota menyoraki dan semakin banyak yang mengikuti.

"Sok-sokan cari mati sih!"

"Cowok bukan woi!"

"Ceweka apa ceweka?!"

"Punya burung nggak? Ya enggak lah masa punya!"

"Malu!! Huuuu!!!"

"Main berbie sono!"

"Kalau gue jadi lo pulang pake wajan!"

"Ngapain pulang pake wajan kalau lo punya motor?" sahut salah satu temannya.

"Dih bego! Skip!"

Sahut-sahutan masih terdengar jelas. Bahkan suaranya menggema walau mereka berada diarea depan.

Guntur memberi intrupsi dengan mengangkat tangannya, dan tak lama setelahnya mereka berhenti bersuara.

Cowok itu berjalan menghampiri cowok dengan wajah babak belur karena sempat dihajar temannya yang lain saat dia mencoba kabur.

TEAMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang