BAB 1; Bukan Awal

73 12 4
                                    

Mungkin bagi sebagian orang pagi hari adalah awal untuk memulai hal baru. Dimana kita bisa mengawali semuanya dari sana. Yang kemarin dirasa masih ada yang salah dicoba untuk diperbaiki. Dan yang kemarin sudah baik, ditingkatkan lagi agar menjadi lebih baik.

Namun entahlah, bagi Gemintang rasanya begitu sulit untuk memperbaiki kesalahan yang ia sendiri tidak tahu kesalahan apa yang pernah diperbuat sampai membuat Jenggala terasa begitu asing untuknya.

Dulunya seorang Adyan Jenggala Dirgantara adalah laki laki manis dengan segala kejutan. Tiga tahun Gemintang bersamanya, namun baru kali ini laki-laki dengan jabatan Ketua Ghonzala itu berubah. Bahkan perubahan itu hampir membuat Gemintang menyerah.

"Mau gue jemput apa gimana nih?"

Itu Bara sahabat pacarnya. Cowok yang selalu ada untuknya. Bukan karena Gemintang kegatelan namun Jenggala sendiri yang memintanya untuk menghubungi Bara jika ada apa-apa. Memang begitulah Jenggala, sulit untuk dimengerti.

"Aduh sorry ya Bar. Hari ini gue berangkat sama Ilang. Entar pulang sekolah aja deh gue bareng sama lo."

"Oke."

Gemintang menaruh kembali ponselnya di atas meja makan setelah sambungan telfon dari Bara terputus.

"Siapa? Bara?" Gemilang Radja Nathera, Kakak kandunganya bertanya sambil mengunyah sarapannya.

Mereka hanya terpaut tiga tahun, karenanya Gemintang malas memanggilnya dengan embel embel 'Kakak ataupun Abang. Gadis itu lebih suka memanggilnya dengan nama saja, Ilang.

"Hooh," jawabnya.

Gemilang mengangguk anggukkan kepalanya. Lalu berlanjut menghabiskan sarapannya.

"Eh lo masih pacaran sama si Janggel?" pertanyaan yang keluar dari mulut Gemilang membuat Gemintang berdecak.

Selain suka makan Gemilang juga suka mengganti nama orang. Dari Jenggala menjadi Janggel. Dari Gemintang menjadi babu. Dan dari kenalan menjadi sayang. Eh canda sayang.

"Jenggala Lang. Namanya itu Jenggala bukan janggel," koreksi Gemintang mencoba menjelaskan dengan sabar.

"Halah beda tipis doang. Tapi lo masih sama dia?" Gemilang tidak menghiraukan seruan Gemintang.

"Kenapa emang?"

"Bego juga ya lo jadi cewek. Miris gue liatnya," Gemilang sengaja meledek Gemintang agar adiknya itu sadar.

"Udah tau cowoknya selingkuh masih aja dipertahanin," sambungnya.

"Cowok selingkuh itu karena napsu. Sedangkan kalau cewe selingkuh karena dia emang nggak bahagia," potong Gemintang cepat.

"Terus lo pikir semua cowok selingkuh karena napsu?" Gemilang tertawa membuat Gemintang bergidik ngeri.

"Ada juga cowok selingkuh karena udah nggak sayang sama ceweknya. Tapi nggak berani bilang karena takut si cewek nggak bisa nerima keputusan dia. Kalau ceweknya stress kan bahaya," imbuh Gemilang.

"M-maksud lo Jenggala kasian sama gue?"

Gemilang mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum ganjil. "Bisa ajakan?"

Gemintang terdiam. Apa benar yang dibilang Gemilang bahwa Jenggala hanya kasian padanya? Tapi kenapa? Bukannya selama ini Gemintang sudah memberikan semuanya untuk Jenggala. Gemintang juga tidak pernah mengeluh ini itu saat Jenggala membuat kesalahan. Lalu atas dasar apa ia masih harus dikasihani?

Gemintang mencoba berfikir jernih. Ia takut otak sucinya ternodai dengan perkataan Gemilang yang tidak bermutu. Bukannya menambah pengetahuan, malah menambah beban.

TEAMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang