BAB 10; Terabaikan Lagi

39 6 4
                                    

Besok paginya baru saja Gemintang masuk ke dalam kelas, tiba-tiba Bara kembali mendatanginya dengan tergesa-gesa. Terlihat dari raut wajahnya terlihat sangat khawatir. Gemintang yang sadar akan datangnya Bara langsung menghampiri cowok itu. Menanyakan ada masalah apa.

Dan ternyata Bara memberitahu pada Gemintang bahwa Jenggala muntah-muntah karena ngeyel minum air minum yang Sera bawa, teman sekelahnya. Sialnya minuman itu ternyata jamu datang bulan. Mendengar itu Jenggala langsung berlari ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya.

Sebenarnya Gemintang ingin tertawa saat Bara bercerita, namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk itu.

Gemintang langsung berlari menghampiri Jenggala tanpa perduli yang ia masuki adalah toilet cowok. Didepan toilet sudah berdiri teman-teman Jenggala dengan cekikikan tanpa berniat membantu cowok itu.

"Ga! Buka dulu pintunya, jangan dikunci." Teriak Gemintang sambil meng gedor pintu toilet dimana ada pacarnya didalamnya.

Tidak butuh waktu lama terdengar suara kunci pintu terbuka. Dapat Gemintang lihat cowok itu terlihat pucat dengan wajah basahnya.

"Kamu nggak papa?" Gemintang langsung  menghampirinya lalu mengusap punggung cowok itu.

"Perut gue mual banget," ujar Jenggala masih memegangi perutnya yang terasa mual.

Setelah mengatakan itu dia merasakan sesuatu yang ingin keluar dari perutnya. Cowok itu kembali menuju wastafel dan memuntahkan isi perutnya, lagi.

Tanpa merasa jijik Gemintang menghampiri Jenggala. Memijat tengkuk cowok itu pelan, berharap bisa sedikit mengurangi rasa mualnya.

"Pelan-pelan aja," ujarnya lembut.

Jenggala masih berusaha mengeluarkan isi perutnya. Ia meruntuki dirinya sendiri karena ngeyel minum minuman milik Sera yang ternyata berisi jamu datang bulan.

Napas Jenggala naik turun sambil mencuci mulutnya setelah dirasa mualnya mereda. Gemintang langsung menyerahkan tisu basah yang ia ambil dari dalam tasnya untuk berjaga-jaga.

Jenggala menyenderkan tubuhnya didinding toilet yang dingin karena tubuhnya sangat lemas. Dia diam saja membiarkan Gemintang membersihkan sisa muntahannya yang masih ada.

"Lo nggak jijik?" tanyanya sambil menatap Gemintang yang begitu telaten membersihkan dirinya.

"Enggaklah. Kenapa harus jijik, kamu kan pacar aku," jawab Gemintang sibuk dengan aktifitasnya.

Jenggala terus memperhatikan Gemintang tanpa mengalihkan pandangannya. Ia tersenyum kecil menyadari betapa baiknya hati gadisnya. Padahal Jenggala sudah berulang kali menyakitinya, namun dia tetap bersikap baik padanya. Tidak ada sorot kebencian yang Jenggala lihat dari matanya. Hanya ada ketulusan yang terpancar dari sana.

Jenggala menghentikan aktifitas gadis itu dengan mencekal tangannya. Gemintang mendongak karena tingginya hanya sebatas dagu Jenggala.

"Udah, gue udah nggak papa," ujar Jenggala membuat Gemintang mengangguk.

"Iya." Gadis itu beralih untuk membuang tisu kotor yang ia gunakan tadi kedalam tempat sampah toilet.

"Ayo, aku bantuin kamu keluar." Gemintang menarik tangan Jenggala agar melingkar di lehernya. Membantu cowok itu berjalan keluar dari toilet. Agak kesusahan karena tubuh Jenggala yang lemas.

"Anjir, ternyata si boss bisa tepar juga," ledek Megan saat melihat Jenggala keluar bersama Gemintang yang memapahnya.

"Gara gara Kiranti lagi, ndak gantle amat sampeyan jadi ketua." Tambah Surya membuat semua yang ada di sana tertawa ngakak.

TEAMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang